Tiga belas

22.5K 3K 138
                                    

Tanya dong yang baca cerita RH ada cowoknya nggak ya? Wkwk.

***

Setelah mengantar Safira ke bandara, Kenzio balik ke apartemennya seorang diri. Tempat ini terasa sepi, tidak ada lagi Zea. Ia rindu, benar-benar rindu gadis bawel itu. Zea akan merengek apapun kepada Kenzio agar keinginannya terpenuhi.

Kini terasa sepi, Kenzio memasuki kamar yang sebelumnya ditempati oleh Zea, dominan warna pink karena gadis itu sangat girly ia menyukai warna pink, peach dan sejenisnya.

Zea pergi tanpa membawa boneka hadiah ulang tahunnya yang ke 17, boneka beruang besar berwarna cokelat yang selalu dipeluknya setiap malam, kini boneka itu hanya sendiri, tak ada lagi yang memeluknya.

Air mata Kenzio hampir menetes langsung ia tepis karena pria sejati pantang menangis tapi hatinya tidak bisa berbohong, ia amat merindukan gadisnya.

Aku rindu, Ze! aku gak akan sanggup jika harus menikah dengan Valen, aku hanya mencintai Zea bukan Valen atau gadis manapun.

Setelah itu Kenzio kembali ke kamarnya, merebahkan dirinya di kasur king size-nya dan pandangan teralih ke ponsel di atas nakas sebelah kasurnya, diraihnya ponsel tersebut kemudian ia membuka chat dari Zea.

Seulas senyum terukir di bibir Kenzio saat melihat pengirim itu my sunshine. Rindunya sedikit terobati.

My Sunshine : Besok berangkat jam berapa?

Hati Kenzio langsung bersorak senang, ia mengerti kemana arah pertanyaan Zea.

Kenzio : Aku booking dulu tiketnya, kalau udah fix aku kasih tau

My Sunshine : Ok

Saat Kenzio ingin membuka aplikasi untuk memesan tiket ke Bangka Belitung besok tiba-tiba masuk chat dari Valen, Safira lah yang memaksa Kenzio untuk menyimpan nomor Valen agar mereka semakin mudah berkomunikasi.

Valen : good night kak, have a nice dream

Tanpa membalas pesan Valen, Kenzio kembali ke aplikasi traveloka yang sempat tertunda ia buka tadi. Setelah menemukan apa yang dicarinya, ia langsung memesan tiket ke Bangka Belitung untuk besok jam 9 pagi. Setelah beres ia packing lalu segera tidur untuk menyambut hari esok.

***

Gavril dan Alana mengantar Zea dan Kenzio ke bandara, sebenarnya Iqbal mau ikut ke Bangka Belitung tapi apalah daya anak SMP yang masih aktif sekolah, belum libur seperti anak SMA. Lagipula pasti Kenzio tidak mengizinkan Iqbal untuk ikut liburan karena hanya akan mengganggu moment indah yang ingin mereka ciptakan.

"Ingat hanya seminggu, jangan nakal, jangan macam-macam dan harus jaga diri," nasihat Alana yang diangguki oleh Zea. Sebenarnya libur sekolah memang dua minggu tapi Alana dan Gavril hanya memberi mereka izin liburan seminggu kalau dua minggu terlalu lama.

"Kenzio, jaga Zea baik-baik!" lanjut Gavril yang diangguki oleh Kenzio.

Setelah berpamitan, Zea dan Kenzio masuk ke ruang tunggu karena sebentar lagi pesawat akan segera take off sementara Alana dan Gavril langsung pulang ke rumah.

Saat pesawatnya tiba, Zea dan Kenzio langsung masuk ke dalam pesawat. Dari bayi Zea sudah berani naik pesawat, tidak ada yang namanya takut ketinggin atau apalah itu. Setelah memakai seat belt masing-masing dan setelah persiapan sudah matang, pesawat siap terbang melintasi udara.

Tanpa sadar tangan Kenzio terus menggenggam jemari Zea, matanya menatap teduh mata Zea yang memendam kerinduan seperti dirinya. "Haruskah aku bawa kamu kabur ke ujung dunia agar tak ada lagi yang memisahkan kita?" setetes cairan bening turun dari mata Zea mendengar ucapan pria yang dicintainya.

Zea merasakan sesak yang amat terasa, bukan hanya Zea tapi juga Kenzio. Mereka saling tersakiti, saling berkorban dan saling mengikhlaskan.

Diusapnya lembut sisa air mata di pipi Zea. "Di saat kita sama-sama kehilangan nanti, aku sangat gak siap menahan kerinduan dan menanggung kesakitan."

Kemana Kenzio yang selalu bersikap dingin? Sekarang ia ingin menumpahkan semua kesakitan yang melanda hatinya akhir-akhir ini.

"Kamu tahu Zea aku sudah menyayangimu sebanyak umurmu, bahkan saat kamu masih berbentuk janin, aku sudah ingin memilikimu."

Kenzio tidak dapat menahan air matanya, persetan dengan egonya yang tidak ingin terlihat lemah. Zea yang baru pertama kali melihat Kenzio selemah ini langsung menyenderkan kepalanya ke dada bidang Kenzio. "Zea selalu kalah soal cinta, Ken."

"Apakah kita memang tidak ditakdirkan bersama? Jika iya! Lalu kenapa Tuhan membiarkan kita saling mencintai? Kenapa rasa ini harus lebih dari sebatas om dan keponakan?" Zea mulai terisak kecil. Kenzio membelai lembut rambut Zea.

"Cinta ini nyata tapi untuk saling memiliki rasanya seperti imajinasi."

"Zea ingin punya kisah cinta dengan seorang pangeran lalu membangun istana dan dikelilingi anak-anak yang lucu serta hidup bahagia. Saling mencintai sampai selamanya. Itu imajinasi Zea saat SMP." Ia terkekeh pelan mengingat betapa konyolnya impian seperti di negeri dongeng itu.

"Imajinasiku itu sederhana menikah dengan perempuan yang bernama Kanzea Navrilia Alesha, punya anak yang lucu dan menggemaskan. Keluarga kecil yang bahagia," ujar Kenzio pelan yang masih bisa didengar oleh Zea.

Zea tersenyum ternyata dirinya masuk dalam imajinasi pria dingin yang telah merebut hatinya.

Saling mencintai tapi tak bisa bersatu. Itu kah kita, Ken?

"I love you, my sunshine." Bisik Kenzio di telinga Zea yang membuat jantungnya berdebar kencang.

***

Part ini harus tembus 1K vote biar aku next part selanjutnya. Jangan kalah sama cerita Alana dong wkwk.

Rahasia Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang