Dua puluh lima

23.8K 2.5K 172
                                    

Happy reading

***

"Selamat pagi, mantan." Arka menyapa Zea dan meletakkan sebuket mawar dengan berbagai macam warna di meja samping ranjang Zea. Lalu ia mengusap pelan rambut Zea membuat Kenzio langsung berdeham.

Arka sampai tidak melihat Kenzio yang baru keluar dari toilet, ia tersenyum tipis ke arah Kenzio yang menatapnya kesal.

"Ketika mantan jadi teman di situlah pacar cemburu," Kenzio merasa tersindir dengan quotes yang dilontarkan oleh Arka yang tak lain dan tak bukan adalah mantan pacar kekasihnya.

"Sepertinya kita belum kenalan secara formal," Kenzio mengulurkan tangannya lalu Arka membalasnya.

"Kenzio, calon suaminya Zea."

"Arka, mantan terindahnya Zea."

Zea hampir tidak bisa menahan tawanya Arka dan Kenzio yang saling memberikan tatapan mematikan, lebih tepatnya Kenzio yang menatap Arka seperti ingin memakannya hidup-hidup.

Setelah jabat tangannya terlepas, Arka kembali menatap Zea. "Get well soon, my ex-girlfriend."

Kenzio menatap tidak suka kepada Arka. "Bangga banget sama status mantan!"

"Gue berangkat sekolah dulu, mantan." Zea mengangguk. "Jangan lupa bilang ke ketua kelas gue belum sempat minta keterangan dokter." Seteleh Arka mengacungi jempol ia berlalu ke luar ruangan tanpa berpamitan kepada pria yang menatapnya tajam sedari tadi.

"Ken, jangan menatap Arka seperti itu," ujar Zea setelah Kenzio duduk di samping Zea.

"Aku tidak suka, sayang."

"Ken, Arka itu orangnya baik. Baik banget makanya dulu aku betah pacaran sama dia hampir setahun."

"Mau balikan lagi?"

"Tapi sekarang udah move on, 'kan cintanya cuma buat Ken."

Zea selalu punya cara meluluhkan hati pria dingin ini, mencairkan jiwa es yang melekat dalam diri Kenzio, meruntuhkan segala ego yang Kenzio miliki. Hanya Zea yang bisa melakukan itu semua, hanya gadisnya.

Kenzio mengacak gemas rambut Zea membuat Zea merengut kesal. "Kamu itu ya minta banget dibawa ke KUA sekarang juga," ujarnya diakhiri tawa renyah.

"Ken, nggak ke kantor?"

"Usir nih?"

"Iya!"

Kenzio mencubit hidung Zea hingga si empunya meringis kesakitan. "Biar mancung, sayang."

"Udah mancung tahu!"

"Mancung ke dalam ya?" goda Kenzio.

"Sana kerja."

"Iya, sayang. Tunggu kamu sembuh dulu ya baru daddy Ken kerja, cari nafkah buat mommy Zea dan anak-anak kita kelak,"

"Jijik, alay, dasar manusia menyebalkan."

"Manusia menyebalkan ini calon suamimu dan yang akan memberikan anak-anak yang lucu, sayang."

"Ken, stop!"

Kenzio tertawa renyah melihat pipi Zea bersemu merah, ia tahu gadisnya ini sedang blushing, hobi Kenzio adalah menggoda Zea. "Te amo, babe."

Zea bergeming.

Tapi setelah itu ia tersenyum. "Abdi ge bogoh ka anjeun."

Zea dan Kenzio layaknya seperti remaja alay yang baru saja merasakan indahnya jatuh cinta. Nyatanya emang cinta itu indah walaupun tidak selamanya indah, cukup dinikmati dan ikuti alur yang semesta tentukan.

***

Arka berjalan ke kelas 12 ipa 1 yaitu kelasnya Zea untuk menemui Alvin yang merupakan ketua kelasnya.

"Vin, Zea nggak masuk hari ini, dia abis kecelakaan belum sempat minta keterangan dokter," ujar Arka kepada Alvin yang duduk di bangkunya.

Alvin mengangguk. "Ok."

Kyara yang juga mendengar ucapan Arka ikut memberikan respon. "Zea kecelakaan?" ia tersenyum miring. "Emang pantas sih buat orang yang suka rebut kebahagiaan orang lain."

"Vin, gue saranin lo kalau cari cewek yang mulutnya disekolahin." Kemudian ia beralih menatap Kyara. "Lo itu kelas 12 tapi otak lo lebih pintar anak SD!"

"Maksud lo apa? Gue selalu ranking!"

"Palingan hasil nyontek!"

"Sembarangan, gue belajar tahu!"

"Yaudah kalau lo pintar, gunain otak lo buat mikir. Lo katain Zea yang rebut kebahagian orang tapi lo nggak ngaca justru lo yang rebut kebahagiaan dia!"

Kyara menahan emosi mendengar ucapan Arka. "Lo diam!"

"Bingung mau jawab apa?" tanya Arka enteng. Kemudian ia beralih menatap Valen yang duduk di sebelah Kyara. "Apa kabar hati lo, Len? Masih ingin rebut seseorang yang memang nggak ditakdirkan buat lo?" setelah itu Arka melenggang pergi karena memang ia tak membutuhkan jawaban dari pertanyaan yang lebih ke sindiran tersebut.

"Kenapa nggak mati aja sih?" ucapan Kyara membuat Valen kesal. "Lo boleh benci Zea tapi jangan nyumpahin dia mati juga!"

Kyara menatap Valen heran. "Bagus dong kalau dia mati, itu artinya lo nggak punya saingan lagi. Zio jatuh ke tangan lo, Valen!"

"Kyara, stop racuni otak gue dengan pikiran busuk lo itu."

Tak lama kemudian guru fisika masuk ke dalam kelas untuk mengajar tiga jam ke depan.

***

Kenzio bersikeras tidak mau ke kantor bahkan dengan sengaja ia memberi tahu Alana agar tidak perlu ke rumah sakit. "Sayang, kalau nikah nanti mau punya anak berapa?" pertanyaan absurd Kenzio membuat Zea kesal. Bisa-bisanya ia bertanya hal seperti itu.

"Nggak tahu deh, Zea aja belum mikir sampai ke situ. Katanya melahirkan itu sakit."

"Buat anak yuk?"

"Astaga, Ken sehat?"

"Maksudnya buat anak setelah menikah nanti, sekali tendang hasilnya langsung tiga, triple."

"Kembar tiga gitu?" Kenzio mengangguk.

"Yaudah Ken aja yang hamil kalau gitu."

"Mana bisa, aturannya sperma aku masuk ke–"

"STOP!" Zea menutup matanya berpura-pura tidur, tidak mau mendengar lanjutan ucapan Kenzio karena pasti ujung-ujungnya mesum.

Kenzio tertawa lepas. "Sayang, cepat sembuh ya. Nanti kalau kamu sudah sembuh, aku mau kasih surprise," ia mencium kening kekasihnya tersebut.

"Aku tresno karo koe."

***

Rahasia Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang