BAB 12

2.9K 117 1
                                    

Instagram: gabyvarerasinaga_

Sekarang Ana bisa melihat siapa perempuan itu. Itu adalah Ivana.

"Lepasin gue" teriak Ana. Ivana berjalan mendekati Ana dan mengelus pipi Ana.

"Jangan galak-galak dong sayang". Ana membuang muka nya.

Tiba-tiba ponsel Ivana berdering. Ivana mengangkatnya.

"Halo"

"..."

"Iya kenapa?"

"..."

"Tenang aja, semuanya berjalan mulus seperti yang kita rencanain"

"..."

"Enak aja lo"

"..."

"Fine"

Ivana mematikan ponsel nya kesal. Sekarang Ana mengerti. Ivana bekerja sama dengan seseorang untuk menculik nya.

"Kalian! Jagain perempuan ini! Kalau dia sampe kabur, kalian tau akibatnya" ancam Ivana pada para orang suruhan nya.

"Ana sayang, gue pergi dulu ya. Jangan kabur. Karna tujuan penculikan ini belum dilakukan.

Ini baru permulaan". Ivana menampar wajah Ana kencang hingga wajah Ana merah.

Keadaan fisik Ana saat ini sangat buruk. Leher, tangan dan kaki nya sakit dan bekas tamparan Ivana tadi.

Ana haus. Sejak pagi ia belum minum. "Air" desah Ana.

Ivana mendengar desahan Ana. "Haus ya? Sabar gue ambilin"

Ivana pergi mengambil air putih digelas lalu kembali menuju Ana. "Nih haus". Ivana menyiram wajah Ana.

Sekarang baju Ana sudah basah kuyup. "Van. Please, gu-gue haus"

Ana tak bisa lagi menahan rasa hausnya. Ana menjatuhkan air matanya.

Ivana melihat syal yang melingkar di leher Ana. Ia menarik paksa syal itu.

"Aaaaaa" teriak Ana. Ivana melihat leher Ana yang bengkak. Ternyata dia ingin menutupi leher nya itu.

Penglihatan Ana sudah buram sampai akhirnya semuanya gelap. Ivana tersenyum miring lalu meninggalkan tempat itu.

***

Keano menelfon Kenzo. Ia ingin tau perkembangan pencarian Ana.

"Halo bang"

"..."

"Kenapa bang?"

"..."

"Masih sama bang. Kita belum nemuin menghilang nya Ana. Tapi kami menyatakan kalau Ana sudah diculik"

"..."

"Iya bang"

Keano mengusap wajah nya kasar. Ia bingung bagaimana cara untuk mencari adik bungsunya ini.

Keyla sebenarnya merasa bersalah juga. Rasa benci nya pada Ana sudah keterlaluan. Tapi disisi lain ia masih kesal pada Ana.

Hari sudah gelap. Kegelisahan Netta bertambah. Mengingat anak nya yang phobia dengan gelap.

Netta melihat Keano yang baru turun dari kamarnya. "Kean" panggil Netta. Keano menoleh ke arah Netta lalu menghampiri nya.

"Iya mah?" tanya Keano.

"Bagaimana perkebangan pencarian Ana?". Keano menghela nafas nya.

"Belum ada mah" jawab Keano yang membuag rasa cemas Netta menambah.

"Mama ngga bisa duduk disini terus. Mama harus pergi kesana buat bantuin nyari Ana" ucap Netta lalu berdiri.

"Mah. Ngga usah lah. Kita disini aja. Kita berdoa buat Ana supaya keadaan nya dia baik-baik aja"

"Tapi firasat mama ngga enak Kean. Please Kean" mohon Netta.

"Kean ijin dulu ya sama papa". Keano pergi menuju ruangan Davin.

Keano mengetuk pintu ruangan Davin. "Masuk". Keano membuka pintu lalu menghampiri Davin.

"Pah, Mama minta dianterin ke Puncak. Tadi Kean udah coba nenangin mama. Tapi mama tetep aja ngga mau.

Mama bilang firasat nya ngga enak". Raut wajah Davin menampakan wajah yang sedang cemas.

"Kita akan kesana. Karna papa juga punya perasaan ngga enak. Kita akan berangkat besok"

Keano mengangguk lalu pergi meninggalkan ruangan Davin.

***

Ana tersadar dari pingsanya. Kepalanya berat sekali untuk diangkat dan pandangan nya buram.

Ana menatap ke depan. Ia melihat Vino yang sedang duduk sambil bermain ponsel.

Vino menyadari pergerakan Ana. Ana sudah sadar. Ia segera menarik kursinya di depan Ana. Sekarang Ana dan Vino sudah saling berhadapan.

"Haus". Vino mendengar ucapan pelan Ana. Ia mengambil botol lalu membantu Ana meminum nya.

Akhirnya tenggorokan nya tidak kering lagi. Ana bernafas kecil. Tapi kenapa Vino bisa ada disini?

"An, maafin perlakuan Ivana ya. Dia keterluan banget buat kamu kayak gini" ucap Vino sambil mengangkat wajah Ana.

Ana meneteskan air matanya.

"Kamu kenapa An? Kamu butuh apa?"

"Sakit" erang Ana.

"Apanya yang sakit?" tanya Vino.

"L-leher" jawab Ana. Vino melihat leher Ana.

Ia tau pasti ini terjadi karna tenggorokan Ana kering. Dan pasti ini ulah Ivana.

Tiba-tiba pintu terbuka. Ternyata Ivana. Vino langsung menghampiri Ivana.

"Hai" sapa Ivana. Wajah Vino memerah.

"Heh! Gue gak minta lo buat nyakitin Ana. Gue cuman minta jagain dia. Karna gue kangen sama dia.

Lo liat keadaan dia sekarang. Lo mau bunuh dia? HA?" Vino berteriak di depan wajah Ivana.

Ivana tersenyum miring.

"Gue gak perduli. Gue benci sama dia. Dan kalau misalkan dia mati, bagus juga". Vino tak menyangka kalau Ivana bisa sejahat ini.

"Gue ngga akan ngebiarin cewek jahat kayak lo buat nyakitin Ana. Ternyata gue salah orang buat diajak kerja sama. Gue bakal lepasin dia" ucap Vino lalu mendekati Ana.

Tapi Vino kalah cepat karna orang suruhan Ivana sudah menangkap Vino. Vino meronta-ronta. Ivana berjalan mendekati Vino.

"Makanya jangan sok jadi pahlawan Vino. Akibat nya jadi begini kan. Kalian semua, ikat dia!" perintah Ivana.

***

07:00 AM

Davin, Netta, Keano dan Klara sedang berada di perjalanan menuju Puncak. Mereka sudah berangkat sejak pukul 05:00 tadi.

Netta berada di dekat kaca sambil menangis. Klara melihat mama nya menangis. "Mah. Jangan nangis dong. Klara jadi sedih liatnya.

Ini cobaan dari Tuhan yang harus kita hadapin. Please ya mah" ucap Klara sambil memegang tangan Netta.

***

Semua peserta diminta untuk pulang karna keadaan yang sedang tidak mendukung.

Sudah banyak orang tua yang menelfon panitia agar acara perkemahan itu di selesaikan. Mereka takut jika anak mereka kenapa-napa.

*****

Ps: Mohon berikan vote dan komentar kalian agar cerita ini bisa lanjut terus.

Cold Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang