4. Perawat

1.3K 190 22
                                    

Tiga hari sudah, Eunji bergantian menjaga ayahnya dengan adik dan ibunya. Hanya lima hari, waktu yang diberikan atasan Eunji untuk cuti. Keluarga Chanyeol juga sudah menjenguk ayah Eunji, hanya selang satu jam saja dari kepulangan Chanyeol yang sudah Eunji perintahkan semalam sebelumnya. Selama tiga hari itu pula, Chanyeol tetap menghubunginya, menanyakan ada kemajuan apa saja yang ayah kekasihnya itu alami. Sehari setelah Chanyeol pulang, esoknya ia datang lagi ke rumah sakit, guna memberikan ponsel Eunji. Ia ingin tahu setiap hal kecil yang terjadi pada keluarga wanita itu, makanya ia rutin menghubungi Eunji lewat telpon, seperti saat ini.

"Hm, aku sudah makan siang, Chan. Ini sudah lewat jam makan siang, kau makanlah dulu. Apa pekerjaanmu itu lebih penting dari kesehatanmu?"

"Iya, Sayang, aku baru saja keluar dari ruanganku. Ini sedang menuju kedai ramyeon, tiba-tiba saja aku merindukan tempat makan yang biasa kita kunjungi malam hari itu."

"Jangan sampai telat makan lagi, Chan. Ayah sedang membutuhkanku, jika sampai kau sakit juga mungkin aku akan memakai jurus Naruto, seribu bayangan," canda Eunji yang membuat dirinya sendiri maupun Chanyeol yang di ujung telpon sana terkekeh.

"Aku merindukanmu, Jung."

Eunji tersenyum mendengar ucapan Chanyeol. Dirinya pun sama, merasakan betapa besarnya perasaan rindu itu. Dua hari tidak bertemu dengan Chanyeol, membuat harinya biasa saja, malah terkesan hampa. Meskipun ketika mereka bertemu, perdebatan selalu menjadi hal yang tak bisa terlewatkan, tapi sejatinya, perdebatan itulah yang membuat mereka tak bisa melepaskan diri satu sama lain.

"Hm, aku juga merindukanmu, Tuan Park."

"Kapan kau kembali ke Seoul?" tanya Chanyeol yang baru saja tiba di kedai ramyeon.

"Dua hari lagi masa cutiku habis, Chan. Kondisi ayah juga sudah mulai membaik."

"Ya, baiklah. Aku makan dulu ya, Jung. Kau jangan sampai kelelahan, tubuhmu juga perlu istirahat, Sayang."

"Eo. Aku juga tahu itu. Jangan khawatirkan aku, ya sudah aku tutup dulu telponya."

"Aku mencintaimu, Eunji."

*

"Pulanglah ke rumah, Eunji. Sejak semalam, kau belum tidur," ucap Jina yang beberapa saat lalu memasuki ruang perawatan Sewoon. Pria paruh baya itu memang sudah dipindahkan ke ruangan intensif, kondisi kejang yang sering dialami Sewoon, membuatnya harus mendapatkan perawatan lebih.

"Harusnya, Ibu yang pulang dan beristirahat di rumah. Minki akan datang jam lima nanti, jadi Ibu bisa pulang dengannya. Kesehatan Ibu lebih penting, aku juga sudah meminum vitamin yang menunjang kinerja tubuhku, Bu. Jadi, Ibu tidak perlu khawatir, eoh." Eunji tersenyum di akhir kalimatnya.

Sebelum Jina sempat membalas perkataan Eunji, pintu ruangan itu terbuka. Menampilkan sosok lelaki berseragam hijau muda.

"Oh, Perawat Kim. Apakah ini waktunya pemeriksaan rutin?" tanya Eunji ramah.

"A-ah iya, Nona. Saya hanya memeriksa keadaan Tuan Jung saja. Untuk pemberian obat mungkin akan diberikan sekitar jam lima atau jam enam, karena jeda waktu dari obat yang dua belas jam sekali diberikan kepada pasien." Penjelasan singkat yang diberikan Perawat Kim itu, membuat Eunji dan Jina memanggukkan kepalanya.

"Bagaimana keadaan ayahku?" tanya Eunji lagi.

"Tensinya normal, Nona. Apa Tuan Jung mengeluhkan sesuatu hari ini?"

"Tidak, hanya saja hari ini ia bilang ingin buang air kecil di kamar mandi. Katanya, sudah bosan jika harus mengeluarkan air seninya ke dalam botol itu." Kali ini Jina yang bicara, ia menunjuk benda yang akhir-akhir ini sering dipegangnya itu.

La Nostra Storia D'amore (ChanJi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang