21. Perkenalan Mata

538 80 3
                                    


Eunji merengut kesal saat Gura memaksanya keluar dari flatㅡtempat tinggalnya, selama ia menempuh pendidikan di Seoul. Demi Tuhan, Eunji baru saja selesai memakai lotion ketika tangannya ditarik keluar kamar oleh Gura. Tentu saja ia sudah mengeluarkan sumpah serapahnya saat itu juga. Tak perlu waktu lama, dirinya sudah berada di dalam mobil Gura yang dari tadi sudah terparkir di halaman depan rumah Bibi Min, pemilik sewa tempat tinggalnya.

"Kenapa aku ditarik? Sebenarnya, kita ini mau ke mana?" tanya Eunji saat Gura sudah menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Bibi Min.

"Temani aku kencan, oke!"

Kalimat yang keluar dari mulut Gura tidak terdengar seperti seseorang yang ingin minta tolong di telinga Eunji. Kalimat itu lebih mengarah pada perintah mutlak juga harus dituruti oleh Eunji. Kekesalan gadis itu sudah diambang batas kala raut wajah Gura terlihat menikmati lagu yang mengalun di tengah kesunyian dalam mobil gadis bermarga Kim itu.

"Demi Tuhan, Kim Gura! Apa kau sudah gila? Aku baru saja selesai mandi saat kau menarikku keluar dari flat! Kau lihat, aku hanya memakai kaus putih kebesaran dengan celana jeans selutut juga sendal tidur berwarna hijau pucat di kakiku. Apa kata orang nanti jika melihatku berpenampilan seperti ini, eoh?"

Omelan Eunji yang panjang lebar hanya dianggap angin lalu oleh Gura. Dia terlalu sibuk mengikuti alunan lirik lagu yang di dengarnya, daripada meladeni omelan Eunji. Tangan Gura beralih ke tempat duduk belakang mobilnya, saat melihat Eunji menatap jalanan luar dari jendelanya dengan untaian kata mengumpat padanya.

"Pakai ini," ucap Gura yang sudah meletakkan satu paper bag di atas pangkuan Eunji.

Setelah dibuka, Eunji langsung menatap tak percaya wajah Gura yang masih terlihat santai. Ketika umpatan keluar lagi dari mulut Eunji, Gura tertawa lepas karena melihat ekspresi frustasi di wajah Eunji.

*

"Ingatkan aku kalau setelah acara ini selesai, aku akan menghabisi Kim Gura!" gumam Eunji pada dirinya sendiri, rupanya rasa kesal itu terus berlanjut saat ia berada di dalam kamar mandi wanita.

Dirinya sudah akan keluar, namun sesuatu kembali menahan dirinya. Pikirannya melayang tentang alasan kenapa sahabatnya itu malah mengajak dirinya saat akan mengikuti kencan buta yang direncanakan oleh ibunya. Jangan bilang Gura akan menukar dirinya dengan dia untuk berkencan? Oh tidak! Itu tidak mungkin, karena Gura sendiri sudah memakai pakaian yang selayaknya untuk janji temu dengan seseorang. Lalu, alasan apa yang bisa menembus kepala Gura, hingga dengan santainya membawa Eunji dalam kencan butanya?

Belum sempat Eunji memikirkan jawaban lain, teriakan Gura sudah menggema di ujung pintu kamar mandi wanita. Eunji memutar malas bola matanya, jika saja Gura bukan sahabatnya, sudah pasti gadis yang sedang teriak itu mendapatkan hadiah istimewa dari Eunji. Mungkin pukulan ringan pada dahi Gura akan terlihat sebentar lagi, mengingat sudah sejak satu jam yang lalu Gura menguji kesabarannya.

"Lama sekali," keluh Gura saat Eunji sudah muncul di hadapannya.

"Aku harus merapikan rambutku lebih dulu." Eunji menyampirkan tas kecil pada bahunya yang diberi oleh Gura.

"Tapi, tidak perlu memakan waktu sampai setengah jam, Eunji. Aku itu hanya memberimu jaket kulit juga sepatu kets hitam. Dan ... rambutmu juga masih sama saat kita keluar dari flatmu itu."

Gura sudah menahan rasa kesal ketika Eunji kembali memuntahkan kalimat yang ingin membuatnya memukul bokong sahabatnya itu. "Aku hanya berpikir, bagaimana caranya membumi-hanguskan dirimu."

"Lupakan! Ayo, mereka sudah menunggu kita," ucap Gura sembari menarik tangan Eunji, namun ditahan kembali pada sang empunya raga.

"Tunggu, apa maksudmu dengan mereka?"

La Nostra Storia D'amore (ChanJi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang