19. Kencan Bagian II (B)

730 134 14
                                    

Langit sudah gelap saat mobil Chanyeol memasuki daerah ramai itu. Eunji yang tadi di perjalanan sempat tertidur kini sudah bangun, matanya masih mencoba bersahabat dengan cahaya lampu yang terpancar dari kaca mobil kekasihnya. Chanyeol melirik sekilas keadaan Eunji yang tadi diliriknya sudah membuka mata sembari mencari lahan parkir untuk mobilnya. Ketika ia sudah menemukan tempat yang pas, langsung saja mobilnya ia arahkan ke tempat yang tak jauh dari samping kios makanan. Keadaan diam sejenak, saat Eunji masih ingin meluk lengan tangannya demi mengusir rasa kantuk yang tengah melingkupinya. Chanyeol hanya mencoba menepuk pelan sisi kanan pipi Eunji dengan sedikit tenaga disela tepukannya, tidak ada elusan di rambut atau nyanyian yang keluar dari mulut pria itu, karena ia yakin jika melakukan hal itu yang ada Eunji akan pulas tertidur di lengannya. Tatapan mata tajam itu tidak lepas dari wajah Eunji yang terbuka menatap kemudi mobil miliknya, tangannya masih menjalani kegiatan seperti tadi.

"Sudah terkumpul belum semua nyawamu?" goda Chanyeol yang mendapat cubitan pelan di pinggangnya. Pria Park itu yakin sekali, jika Eunji sudah bisa mencubit sampai membuat dirinya sedikit meringis seperti ini tandanya ia sudah sadar, "Cubitanmu itu selalu pedas, ya, kalau seperti ini pasti kau sudah selesai mengumpulkan nyawa." Chanyeol meringis mengusap bekas cubitan Eunji tadi.

"Kau terlalu berlebihan. Omong-omong, ayo turun." Eunji merapikan rambutnya yang sempat berantakan.

Chanyeol hanya menuruti ucapan Eunji sambil mencibir pelan cubitan kekasihnya yang masih tersisa rasa perihnya. Ia membuka pintu mobilnya setelah Eunji turun lebih dulu. Chanyeol berjalan menghampiri Eunji yang sudah lebih dulu menyusuri kios-kios makanan di sana. Menyamai langkah sang kekasih, lalu merangkul bahu kecil itu dengan tangan kekarnya. Mengurung posesif tubuh Eunji, seakan takut jika ia merenggangkan rangkulannya sedikit saja, Eunji akan lari diambil orang. Laki-laki itu tersenyum ke arah Eunji, kala kekasihnya asik mengomentari apa yang dilihatnya pada suasana malam hari di tempat mereka berada. Sesekali pula ia mencium puncak kepala Eunji dengan sayang.

"Kita mulai dari tteokbokki?" Eunji mulai memberi saran yang langsung disetujui oleh Chanyeol, "Tapi, jangan yang pedas," tegas Chanyeol mengingatkan Eunji.

"Call!" seru Eunji bersemangat.

Mereka menghampiri kios makanan yang menjual tteokbokki. Kios itu terlihat lebih ramai daripada kios yang berada di samping kanan dan kirinya. Seorang wanita paruh baya yang mengenakan apron serta sarung tangan karet itu tampak senang saat melihat kedatangan Eunji dan Chanyeol.

"Aigoo, sudah lama kalian tidak mengunjungiku. Apa kalian sudah melupakanku, eoh?" canda wanita yang bermarga Lee itu.

Sejak semasa kuliah dulu, Chanyeol memang sering mengajak Eunji ke tempat ini. Karena seringnya mereka ke tempat makan ini hanya berdua, Bibi Lee sering sekali menggoda mereka. Kalian cocok, berpacaran saja. Setidaknya, itulah salah satu kalimat yang dilontarkan pemilik kios itu. Tak jarang, berkat kalimat usil dari Bibi Lee ini, Chanyeol dan Eunji menunduk malu; keduanya sempat berada dalam keadaan kikuk, sebelum Chanyeol berkata bahwa mereka hanya berteman saja. Dulu, niatnya ia ingin menumpahkan semua yang dirasa tentang kekasihnyaㅡsemacam mencurahkan isi hatiㅡ pada Eunji. Eunji dan Jin Kyung itu sama-sama perempuan, jadi pikirnya ia ingin Eunji memberi saran padanya untuk menghadapi Jin Kyungㅡkekasihnya. Jangan diragukan lagi seampuh apa saran yang diberikan Eunji pada Chanyeol, karena keesokkan harinya Eunji sudah melihat Jin Kyung bermanja ria pada Chanyeol.

"Aih, mana mungkin aku melupakanmu, Bi. Terlebih, makanan buatanmu ini," ucap Eunji yang disusul kekehan dari wanita itu. Chanyeol hanya tersenyum melihat itu sambil mengacak pelan rambut Eunji.

"Eunji benar, Bibi Lee. Kami tidak akan melupakan kios ini semasa kuliah dulu, ya hitung-hitung kami kembali mengenang masa berteman dulu," jelas Chanyeol yang kemudian terkekeh di akhir kalimatnya.

La Nostra Storia D'amore (ChanJi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang