7. Alergi?

1K 169 31
                                    

"Huweeeeee."

Teriakan Eunji menggema di kamar apartementnya. Mata yang biasanya mempunyai kelembutan dalam menatap, kini berubah seakan ingin mengeluarkan sang bola mata. Wajahnya ia benamkan di antara kedua kakinya yang sudah ia tekuk. Tidak lama kemudian, ia merubah lagi posisi tangisnya ㅡmenekuk badannya seperti bolaㅡ di atas ranjang tidurnya. Namun, posisi itu tidak juga bertahan lama. Posisinya kini hanya tidur lurus dengan badan yang menghadap ke kanan, wajah yang sendu menahan tangis itu kini menatap jendela di kamarnya. Eunji gelisah, sungguh. Tangisnya tak mau berhenti sedari tadi.

Suara dering ponselnya tiba-tiba terdengar di telinganya. Seakan mengikuti badan yang malas bergerak, Eunji pun enggan mengangkat telepon yang entah dari siapa itu. Bersamaan dengan suara dering telepon yang berhenti, air mata Eunji jatuh mengenai bantal tidurnya. Dirinya kini mulai menangis lagi dalam diam. Matanya ia pejamkan untuk beberapa waktu, saat rasa itu datang kembali.

"Ya Tuhan, ini sungguh menyiksaku," jeritnya dalam hati.

Matanya kembali terbuka saat lagi-lagi bunyi dering ponselnya memecah keheningan. Dengan berat hati, Eunji mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas, lalu mengangkat panggilan telepon yang mengganggunya dari tadi.

"Sayang, kau kenapa? Hyeri bilang kau tidak masuk kantor, kau sakit?"

Suara panik Chanyeol langsung menyapa telinganya begitu saja, saat ia menekan tombol hijau pada layar ponselnya. Namun, bukan jawaban yang keluar dari mulut Eunji, melainkan suara rengekan wanita itu yang berubah menjadi erangan tangisan menyapa telinga Chanyeol. Pria yang itu langsung berdiri dari kursinya, lalu membelakan matanya begitu suara Eunji tadi terdengar dari sambungan teleponnya.

"Hei, kau kenapa, Sayang? Ada yang sakit? Kau di mana? Aku akan segera ke sana sekarang!"

Lagi, tak ada respon berarti yang diucapkan Eunji. Ia hanya menangis sesegukan, membuat Chanyeol kalang kabut dengan tingkah kekasihnya.

"Jangan menangis, eoh. Aku akan segera ke apartemenmu."

Setelah itu, Chanyeol langsung mematikan sambungan teleponnya. Eunji? Jangan ditanya lagi. Wanita itu masih belum menyelesaikan tangisnya.

*

Sepi. Itulah kesan pertama yang Chanyeol lihat saat memasuki apartemen Eunji. Sekilas, Chanyeol melihat jam dinding yang terletak di samping foto Eunji.

"Jam 10," batinnya saat akan melangkah ke kamar Eunji.

Chanyeol membuka pelan pintu kamar Eunji. Ia menyembulkan kepalanya sedikit, guna melihat keadaan di dalam kamar kekasihnya. Wanita itu masih di sana, masih dalam keadaan tidurㅡmenurut Chanyeolㅡdi ranjangnya. Mungkin karena selimut tebal masih bersarang di atas tubuh Eunji juga tubuh wanita itu yang membelakanginya, makanya ia berpikir kalau wanitanya masih tidur.

Dibukanya sedikit lebih lebar pintu kamar Eunji, lalu ia mulai masuk ke dalam. Melangkah pelan, tanpa menimbulkan suara di ruangan itu. Ia memposisikan dirinya bersimpuh di hadapan Eunji, sehingga wajahnya bertatap langsung dengan wajah Eunji.

"Kau terlihat kacau, Jung," ucap Chanyeol pelan.

Tangan Chanyeol terangkat untuk merapikan poni tipis di kening Eunji. Penampilan Eunji memang sangat kacau. Rambut yang berantakan, mata yang bengkak, wajah dan bibir yang pucat, keringat yang membasahi dari kening sampai leher. Hingga, kulitnya yang memerah.

Tunggu! Kulit? Memerah? Kulit Eunji memerah?

Seketika mata Chanyeol membola. Kenapa tangan Eunji memerah? Tidak hanya memerah, tangannya seperti terkena gigitan nyamuk. Tapi ... apa gigitan nyamuk bisa menyebar? Demi Tuhan! Ini menyebar! Dilihatnya tangan Eunji yang kiri. Apa ini? Warna kemerahan yang memudar langsung terpampang jelas di depan matanya. Sungguh, ini tidak hanya memerah, tetapi juga kulit Eunji sedikit melembung padat (bentol-bentol). Chanyeol tidak mengerti hal apa yang terjadi pada Eunji. Satu yang ia tahu, kekasihnya itu sungguh tersiksa.

La Nostra Storia D'amore (ChanJi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang