Eunji melangkahkan kakinya dengan terburu-buru. Pesan yang diterima olehnya beberapa menit yang lalu itu, sukses membuat dirinya kalang kabut. Ia sama sekali tidak memperdulikan, apakah ada barangnya yang tertinggal di ruang kerjanya atau tidak, pikirannya hanya berpusat pada sosok yang paling berarti dalam hidupnya. Matanya melirik gelisah saat ia mencoba untuk mencari alat transportasi yang akan mengantarkannya pada tempat itu, tapi, hingga menit ke lima belas ia menunggu, tidak ada satupun alat transportasi yang bisa dijangkau oleh matanya. Rasanya, ia sudah akan menangis saja, jika pundaknya tidak ditepuk pelan oleh seseorang dari arah belakangnya itu.
"Sedang apa kau di sini?" Suara orang itu lebih dulu menyapa telinga Eunji. Eunji langsung mengarahkan pandangannya pada sosok itu.
"Ah, Jisung-ssi. Aku sedang mencari taksi, tapi dari tadi tidak menemukannya. Padahal, sudah hampir tujuh belas menit aku menunggu di sini."
"Taksi di jam pulang seperti ini, memang agak sulit menemukannya. Banyak orang yang ingin pulang dengan taksi daripada harus berdesakkan dalam bus. Kau ingin pulang ke rumahmu?" jelas Jisung yang di akhiri pertanyaannya pada Eunji.
"Bu-bukan, tapi aku akan ke suatu tempat,"
"Kenapa tidak minta kekasihmu saja yang mengantarnya?"
"Chanyeol sedang ada proyek baru di kantornya. Tadi pagi ia memberikan kabar, katanya ia akan lembur hari ini."
"Mau kuantar?" tanya Jisung lagi. Eunji seperti menimbang ajakan rekan setimnya itu. Daripada ia harus menunggu lebih lama di sini, bukankah lebih baik mengiyakan tawaran laki-laki bermarga Lee ini?
"Baiklah."
*
"Ayah!" teriak Eunji begitu ia melihat sosok yang akan ditemuinya itu, terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit.
"Nunna berisik!"
"Bagaimana bisa seperti ini, Minki-ya?" Suara Eunji mulai berubah, seperti akan menangis.
"Ayah baru saja tertidur, obatnya baru mulai bekerja. Dari tadi Ayah hanya merintih sakit pada bagian perutnya. Setelah itu, tiba-tiba tubuhnya mengalami kejang hingga susah untuk bernapas. Tadi aku melihat Ayah sudah seperti ini saat pergi ke kamarnya. Ibu sedang membuat makan siang, disaat aku berteriak setelah melihat keadaan Ayah," jelas Minki panjang lebar.
"Lalu apa kata dokter?" Lagi, Eunji bertanya pada adiknya karena rasa keingintahuannya itu belum terpenuhi.
"Dokter bilang asam lambung Ayah kambuh, hal inilah yang menyebabkan sakit dibagian perutnya muncul. Selain itu, sarafnya juga ikut tertarik, makanya Ayah bisa mengalami kejang-kejang." Minki berjalan mendekati Eunji.
"Kejangnya sudah lebih baik, Nunna. Jadi kau tidak perlu khawatir," ucap Minki sambil menyentuh pundak Eunji dan meremasnya pelan, berusaha menenangkan kakaknya itu yang sedang khawatir melihat keadaan sang ayah.
"Dimana Ibu?"
"Ibu sedang menemui perawat, tadi perawat yang memeriksa Ayah meminta Ibu untuk ikut dengannya, katanya masih ada berkas yang harus dilengkapi, karena Ayah akan dirawat inap mulai hari ini."
Tidak ada kata yang keluar dari mulut Eunji lagi. Wanita itu hanya memegang tangan ayahnya sambil menatap sendu wajah pria paruh baya di hadapannya itu. Sesekali pula ia mencium kulit tangan ayahnya yang sudah mulai termakan oleh usia.
"Nunna sudah menghubungi Chanyeol Hyung? Dari tadi ia terus menghubungiku, menanyakan tentangmu yang tak membalas pesannya dan tak mengangkat panggilan darinya."
Astaga! Ia lupa untuk memberitahu Chanyeol! Saking terburunya tadi, ia bahkan tidak mengingat ponselnya ada di mana. Dicarinya benda persegi panjang itu dalam tasnya, ia menjadi panik sendiri, begitu tidak menemukan apa yang dicarinya. Ya Tuhan, di mana ia meninggalkan ponselnya itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
La Nostra Storia D'amore (ChanJi)
FanfictionRepublish [Title In Bahasa; Kisah Cinta Kita] Bukan hanya sehari atau dua hari Eunji mengenal Chanyeol, keduanya sudah saling mengenal sejak beberapa tahun lalu. Memutuskan untuk saling terbuka, mencurahkan segala perasaan yang mereka alami satu sa...