35. Perubahan?

667 137 63
                                    

"Anda suaminya?"

Junmyeon terkesiap saat mendengar pertanyaan Dokter Hwang—dokter yang menangani wanita yang ditabraknya tadi. Laki-laki itu bingung harus menjawab apa, sedangkan ia sama sekali tidak tahu tentang wanita yang ditabraknya. Tidak sama sekali. Dengan raut wajah yang tenang, ia mengambil napasnya, lalu dihembuskan perlahan untuk menghilangi kegugupan yang tiba-tiba menjunjungnya tinggi di awan.

"Ya, saya suaminya. Bagaimana keadaan istri saya?" Lugas dan tegas, khas Junmyeon sekali.

"Kandungan istri anda sangat lemah."

APA? Sebisa mungkin Junmyeon menyembunyikan rasa terkejutnya. Ini di luar dugaannya. Junmyeon pikir, wanita tadi benar-benar terserempet atau terbentur panasnya aspal jalanan, tapi kenyataannya ...? Junmyeon mengusap kasar wajahnya, terlihat frustasi akan kejadian yang sebenarnya. Hal ini mengundang salah paham dari Dokter Hwang. Ia pikir, Junmyeon memang menyesal tidak menjaga kandungan istrinya juga nyawa istrinya sendiri. Maka dari itu, dokter muda tersebut sibuk menyusun kata penenang agar Junmyeon tidak terlihat tertekan lagi setelah mengetahui kabar tentang istrinya.

"Aktivitas yang berlebih juga beban pikiran harus banyak dikurangi. Sebab, dua hal itu sangat berisiko untuk perkembangan janin yang ada di dalam perut istri anda." Dokter Hwang menepuk pundak Junmyeon, seolah memberi kekuatan pada pria itu. "Kandungannya hanya lemah, anak anda masih hidup, Tuan Kim."

Hembusan napas lega keluar dari mulut Junmyeon. Pria Kim itu memejamkan matanya sembari menegadahkan kepalanya mengucap syukur pada kehendak Tuhan. Mengucapkan kalimat pujian untuk campur tangan Dewi Fortuna yang kini memihak padanya.

"Boleh saya melihat istri saya?"

Dokter Hwang tersenyum. "Tentu. Kau yang berhak atas istrimu." Setelahnya, dokter berambut cokelat gelap itu berjalan melewati siluet tegap Junmyeon yang segera menyerbu masuk dalam ruangan IGD rumah sakit itu.

Mata Junmyeon melihat sosok tubuh yang masih terpejam dengan cairan infus yang melekat di pergelangan tangannya. Tak lupa dengan perban putih yang berpadu dengan warna merah di sisi kanan tangan wanita itu. Mengusik pertahanan yang ia bangun untuk wanita, Junmyeon mengelus kening halus dengan segores luka yang mengering terlihat jelas di matanya.

Luka apa ini? Apa ini luka akibat kejadian tadi? Tidak mungkin, luka ini sudah mengering. Tampak sudah ada beberapa hari yang lalu.

Junmyeon tidak sadar akan perlakuannya. Tidak sampai ada seorang perawat yang datang untuk memberi resep obat dan suplemen vitamin untuk wanita yang ia tidak kenal sama sekali itu padanya.

Ada apa denganku? Kenapa timbul perasaan ingin menjaganya? Junmyeon tersedak dalam lamunannya. Menatap fokusnya yang berpijak pada lantai rumah sakit. Tidak Junmyeon, dia istri orang. Sangat tidak terpuji jika kau ingin mengusik rumah tangga mereka.

*

Eunji mengerang saat sinar matahari nampak mengganggu mata terpejamnya. Wanita itu mencoba mengeratkan selimutnya, tapi ia sadar akan sesuatu. Mata dan mulutnya membulat seketika. Astaga, Ah Reum!

Ketika keinginan untuk bangun dari ranjang empuknya harus Eunji kubur dalam-dalam, karena ia teringat sesuatu. Bagaimana bisa, dirinya berada di tempat tidur dan ditemani oleh malaikat kecil Yoseob serta sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya. Jangan lupakan selimut tebal yang membungkus tubuh ketiganya. Seingatnya, semalam ia tidur di sofa kamarnya, lalu mengapa sekarang ia berada di ranjangnya? Tunggu! Ranjangnya? Ketiganya? Tangan yang melingkar di pinggangnya?

Tangan siapa ini, Tuhan? Eunji menjerit dalam hatinya. Merinding seketika, kala lehernya mendapatkan asupan napas yang dihembuskan secara teratur entah oleh siapa. Eunji mengeratkan genggamannya pada selimut tebal yang mengelilingi tubuhnya, juga memejamkan matanya erat-erat seakan ini hanyalah sebuah mimpi yang sedang ia sambangi dalam alam bawah sadarnya.

La Nostra Storia D'amore (ChanJi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang