07. The star and Moon lost

31 11 2
                                    

Rasa penasaran kini mulai datang ke kepala Vio, bertanya-tanya apa yang membuat Orias tengah menatap pemandangan kota dari deretan kaca jendela yang lebar dari kamar rumah sakit.

Dari caranya menatap hamparan kota benar-benar terlihat jelas bahwa cowok itu sedang larut dalam kesedihan. Tak perlu waktu lama Orias malah menundukan kepala sejenak sambil menghela nafas lalu tiba-tiba melangkah pergi menuju pintu.

"He? Mau kemana??"

"Gue butuh waktu buat sendirian" Orias meraih gagang pintu dan membukanya, tapi berhenti saat mendengar Vio kembali angkat suara.

"Semua orang selalu bilang begitu disaat mereka butuh seseorang"

Orias seketika berhenti didepan pintu sambil menatap Vio yang sedang berjalan kearahnya.

"Jadi??"

"Gue yang bakal jadi seseorang"

Orias tertawa kecil mendengar jawaban aneh dan sulit dimengerti dari Vio, tapi kemudian gadis didepannya itu tersenyum sambil mengedikkan kedua bahunya.

"Kalau begitu mau nemenin gue?"

"Hmm"

Orias berjalan duluan dan disusul Vio dari belakang, mereka berjalan menuju ke arah atap rumah sakit. Yang pasti suasana lantai atas rumah sakit itu sangat sepi, tidak banyak pasien yang berlalu lalang seperti dilantai bawah.

Mereka menaiki tangga usang yang benar-benar sepi, yang terdengar hanya langkah kaki keduanya yang sedang menapaki anak tangga satu persatu.

Tapi saat sampai diatas, Vio sedikit terkejut begitu matanya menangkap pemandangan langit malam serta pemandangan kota yang begitu Indah. Seperti sedang melihat miniatur raksasa Vio malah menunjuk salah satu gedung pencakar langit yang terletak tak terlalu jauh dari gedung rumah sakit.

"Itu apartemen gue" ucapnya riang sambil menatap kearah Orias. Surai hitam cowok disampingnya itu, teracak akibat tertiup hembusan angin yang kencang diatas sana.

Vio dibuat terpanah beberapa saat sampai akhirnya sadar dengan sendirinya. Dirinya akui memang Orias memiliki wajah yang benar-benar tampan, terutama saat pertama kali mereka bertemu di Menara Hercules.

Orias menatap kearah yang ditunjuk Vio, dia memegang tangan kanan Vio yang sedang menunjuk kearah apartemennya dan menyorong tangan Vio kearah gedung lain yang berada di samping gedung apartemen Vio.

"Itu apartemen gue"

"Apartemen kita bersebelahan??"

"Iya. Gue kadang bisa ngeliat lo yang hanya make piama lagi natap bintang-bintang dimalam hari dari balkon apartemen gue"

Vio melongo mendengar pernyataan Orias barusan. Dia bahkan tidak pernah menyangka kalau Orias sering melihatnya yang hanya memakai piama dimalam hari.

"Tahu engga?-"

"Engga"

Orias menjitak pelan kepala Vio yang sedang menggeleng dengan polosnya,

"Makanya dengar dulu ogeb. Gue belum selesai ngomong!!"

"Yeeee maap"

Orias menghela nafasnya dan mengelus dadanya, dirinya lebih tua satu tahun dari Vio tapi rasanya seperti seumuran.

"Ibuku bilang orang yang sudah meninggal akan menjadi bintang-bintang yang Indah dimalam hari"

"masa? Yang gue dengar orang yang sudah meninggal bakal jadi hantu terus gentayangan"

Orias tersenyum singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari hamparan pemandangan kota didepannya,

"Kalau adikku sekarang sudah meninggal dia pasti ada diantara bintang-bintang diatas sana. Tapi kalau dia masih hidup, gue benar-benar berharap dia kembali pulang"

Sweet Escape  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang