"Thanks Eryan" ucap Melody sembari menarik mangkok bakso yang dibawakan Eryan untuknya
Eryan tersenyum "Yourwel" katanya lembut
Melody melahap baksonya, sampai tiba tiba dia teringat akan sesuatu
"Eryan.." Panggil Melody, yang dipanggil berdehem "Lo kenal Loudi nggak sih?"
Eryan nampak berfikir sebentar "Loudi Artara maksud lo?"
Melody menggeleng "Gue nggak tau nama panjangnya, waktu itu dia ngenalin dirinya Cuma Loudi doang" katanya "Dia itu cowok, item manis, alis tebel, mata sipit, idung mancung, ya gantenglah pokoknya" lanjutnya menjelaskan ciri – ciri cowok bernama Loudi
"Yang itu bukan?" Eryan menunjuk seseorang yang berjalan tak jauh dari mereka
Melody menoleh, dia sebenarnya tidak terlalu ingat dengan wajah Loudi, tapi sepertinya yang ditunjuk Eryan memang orang yang dimaksud
Melody mengangguk "Lo kenal?"
Cowok itu mengangguk "Dia senior gue di basket, namanya Loudi Artara, biasa dipanggil Tara"
Melody ber-oh-ria, sampai dia sadar kalau kata senior itu artinya kakak kelas, dan bodohnya waktu itu dia bersikap nggak sopan sama Loudi, Melody menepuk jidatnya merasa bodoh, membuat Eryan mengerutkan dahi
"Kenapa?"
Melody memasang wajah melasnya ke arah Eryan "Waktu itu gue manggil dia nggak pake kak, soalnya gue nggak tau dia kakak kelas, gimana dong? Pasti gue di cap sebagai adik kelas songong deh, gimana dong Yan? Pasti dia ilfil deh, Ahhh..." Melody membeturkan kepalanya ke atas meja "Aaaaaa, bego banget sih gue"
"Ngga masalah lagi"
"Gimananya nggak masalah, gue tuh- eh, tunggu, ini bukan suara lo Yan" Melody mendongak ketika menyadarai ada yang janggal, dan dia melihat Loudi udah ada didepannya menggantikan posisi Eryan
Melody terkekeh pelan "Gue ke toilet ya" katanya ingin menghindari Loudi
Baru selangkah, Loudi menariknya sehingga ia kembali duduk di kursinya
Melody mencari – cari keberadaan Eryan yang tiba – tiba hilang, dan dia disana bersama Larisa, di tukang soimay. Melody memasang puppy eyes-nya minta pertolongan pada Eryan, tapi Eryan malah menggeleng sembari mengangkat tangannya yang tertempel, dan mulutnya terbukan mengisyaratkan kata 'sorry'
Melody menoleh pada Loudi yang menatapnya dengan tatapan... pokoknya tatapan Loudi ngebuat Melody panas dinging nggak karuan
Loudi tersenyum kecil "Lo takut sama gue?" Melody mendongak dan langsung menggeleng "Terus kenapa ngindarin gue gitu?" tanyanya
"Hm... itu, anu, ituloh, anu, a-"
"Sampe kapan lo mau bilang, itu anu, ituloh, anu, itu? Sampe nenek nenek ompong makan kacang?" Potong cepat Loudi
Melody mendengus kecil "Namanya juga orang gugup, ya wajarlah" gerutunya tanpa sadar "Mati gue" katanya menepuk jidat ketika menyadari gerutuannya
Loudi terkekeh "Santai aja kali, waktu di halte juga lo biasa aja kan, kenapa jadi gerogi gitu, lo nggak gugup karna suka sama lo kan?" tanyanya dengan nada meledek
"Ya enggaklah, masa iya gue suka sama lo" Melody lagi lagi menepuk jidatnya "Mak-maksud saya, waktu di halte itu kan saya nggak tau kalo kakak ini kakak kelas saya, nah sekarang kan saya tau, jadi ya saya nggak boleh bicara asal, harus sopan" Melody berbicara sesopan mungkin dengan kepala menunduk
Loudi menarik nafas "Emang kalo bicaranya nggak sopan kenapa? Bakal kena hukuman? Lo bakal masuk penjara? Nggak kan?" Melody mengangguk dengan kepala yang masih menunduk "Yaudah santai aja kali"
"Tapi kak, dari buku yang saya baca, adek kelas itu harus sopan sama kakak kelasnya"
Loudi ber-oh-ria "Oh gitu, tapi lo tau nggak sih apa yang lebih nggak sopan?" Melody menggeleng dengan kepala yang masih menunduk "Yang lebih nggak sopan itu, ketika lo lagi ngomong sama seseorang tapi lo nggat natap orang yang lagi ngomong sama lo"
Sontak Melody langsung mendongak, dan tanpa disengaja bibirnya menyentuh bibir milik Loudi, Cuma nyentuh kok, dikit, bentar juga, nggak lama, suer deh
Mata Melody sontak membesar, dia sama sekali nggak berkedip, fikirannya masih melayang – layang ke udara
Setelah kembali ke dunia nyata, Melody segera bangkit dan pergi meninggalkan Loudi. Sedangkan cowok itu, matanya tak bisa lepas dari Melody, matanya mengikuti Melody sampai gadis itu pergi, bibirnya menyungging membuat senyuman tipis
"Manis" gumamnya pelan
😊😊😊
Melody bergulig guling di kasurnya, sampai suara dering ponselnya menghentikan aktifitas konyolnya
Melody melihat siapa yang menelponnya, tapi yang terpampang adalah nomor tidak dikenal, tanpa berpikir panjang dia menggeser tombol hijau, dan menempelkan ponselnya ke telinga
"Halo siapa nih?" tanya Melody tanpa minat
Orang di sebrang terdengar berdehem beberapa kali sebelum berbicara
"Ini gue" katanya
Melody memutar bola matanya malas "Ya gue-nya siapa? Nomor lo nggak ke save, makanya gue tanya ini siapa?" tanyanya terdengar kesal
Orang disebrang terkekeh mendengar Melody yang marah – marah
"Yee.. malah ketawa, kalo nggak penting gue tutup"
"Eh.. jangan ditutup dong, ini gue Loudi"
"Loudi?"
Belum sempat orang disebrang menjawab, Melody langsung menutup sambungan dan mematikan ponselnya
Dia menghempaskan tubuhnya ke kasur lalu berguling guling "Aaaaaa... Ka Loudi nelpon gue!" Teriaknya
Tok.. tok.. tok..
"Kak, Kak melody!"
Melody mengangkat wajahnya "Apa?!" tanyanya garang
"Temen lo tuh di depan"
"Siapa?'
"Mana gue tau" kata Raihan-adik lelaki Melody yang berbeda 2 tahun darinya "Yang pasti dia cowok" lanjutnya sebelum pergi meninggalkan kamar Melody
Melody berfikir, kira kira siapa yang dateng ke rumahnya malam – malam seperti ini, dan wajahnya seketika berubah merah ketika salah satu orang terbesit di benaknya
"Jangan jangan..."
***
Thanks for readingUpdate sabtu dan minggu
Ps : Please let me know if there is any mistake in this story ☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear the Heart
Teen Fiction#3 Loudi (12 Juli 2019) #4 choose (14 Juli 2019) (Complete) Ini bukan cerita tentang badboy/girl, coolboy/girl, populer boy/girl, cerita ini cuma cerita klasik yang mungkin aja kalian pernah ngerasaiinya atau malah lagi ngerasain, ini cerita cinta...