Jati Diri

154 16 13
                                    

'Jadi?'

Pertanyaan itu terus tergiang dibenak Melody, ia mengguling gulingkan badannya di atas kasur, resah, sangat sangat resah, kira kira apa yang harus ia lakukan

Tak menemukan jawaban, akhirnya Melody memilih untuk bertanya pada sang mama, mungkin mama-nya punya solusi untuk masalah percintaannya

"Mamaaa...." serunya manja, ia duduk disebelah sebelah Karina yang sedang asik menonton "Ma.. Atha lagi bingung"

"Bingung kenapa?" mata Karina beralih pada anak perempuannya "Soal percintaan?" anggukan Melody menjawab 'ya' "Kenapa dengan percintaan kamu?"

Melody menghela nafas, lalu diceritakannya semua msalah yang sedang dia hadapi, dan perasaan ambigu yang sedang ia rasakan

Karina menganggukan kepala mengerti "Kamu udah bilang ke Larisa kalo kamu suka Eryan?"

"Belum"

"Tapi kalo aja Larisa minta kamu jauhin Eryan kamu terima?" Melody mengangguk meng-iyakan "Kalo gitu, kamu bilang dulu sama Larisa kalo kamu suka sama Eryan, kalo emang dia rela baru kamu tentuin pilihan kamu, daripada kamu udah milih Eryan tapi ternyata pilihan kamu malah merusak pertemanan kamu"

Melody mengangguk lagi, ada benarnya juga omongan mama-nya itu, tapi gimana bilangnya? Gimana kalo Larisa tambah marah? Gimana kalo...

"Kamu nggak akan tau kalo beum coba" tangan hangat milik Karina mengusap tangan Melody, ya.. dia nggak akan tau kalo belum mencoba

😊😊😊

"Sejak kapan?"

Sambil menundukan kepalanya Melody menjawab pelan "Sejak pertama gue masuk sekolah itu, sejak pertama kali gue liat dia senyum, sejak itu jantung gue deg-degkan setiap liat senyum dia"

Larisa agak sedikit kecewa, tapi ia tersenyum kecil setelahnya "Kenapa nggak bilang dari awal? Pasti sakit pura pura di depan gue, iya? Atau jangan jangan selama ini kak Loudi itu cuma pelampiasan lo doang?"

Dengan cepat Melody menggeleng "Nggak kok, gue emang suka sama kak Loudi, dan itu yang jadi masalah sekarang"

"Masalah?"

"Gue suka lagi sama Eryan, jantung gue kembali berdetak kencang pas liat dia senyum, dan fikiran gue selalu tertuju ke dia, tapi..." gantung Melody "Tapi gue juga cemburu ngeliat kak Loudi sama cewek lain"

Larisa ber-oh ria "Jadi initinya lo suka sama dua orang?" Melody mengangguk "Kalo gitu, boleh gue minta lo buat jauhin Eryan? Boleh Eryan buat gue, atau lebih tepatnya boleh gue minta lo ngalah demi gue?" pelan, santai, tapi entah kenapa seolah olah Larisa sedang menodongnya, atau apalah itu

Agak kaget sebenarnya, bingung juga, dia kira Larisa bakal ngerelain Eryan atau mungkin kalo nggak terima, dia bakal marah marah, tapi ini? Larisa terlihat santai, seolah dia biasa biasa saja, tapi perkataannya seolah dia adalah orang jahat

Larisa menjentikan jarinya "Mel.." panggilnya "Boleh kan? Bisa kan lo relain Eryan buat gue?" santai lagi, tapi tatapan matanya seolah olah ia sedang membunuh Melody "Lagipula orang bilang 'lo nggak akan berhasil dengan cinta pertama lo' jadi ya mending lo relain Eryan buat gue"

Larisa bangkit, ia berbalik badan ingin pergi, tapi ternyata ada kalimat yang belum ia ucapkan "kalo emang nggak boleh, apapun caranya gue baal bikin lo perbolehkan gue milikin Eryan, walaupun dengan cara kasar"

Kali ini Larisa tidak berbalik, ia rasa pembicaraannya dengan Melody sudah selelsai, rasanya lega ketika menampakan jati diri yang sebenarnya, ya.. itu adalah jati diri Larisa yang sebenarnya

***
Thanks for reading

Update sabtu dan minggu

Ps : Please let me know if there is any mistake in this story ☺

Hear the HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang