Eryan benar benar menjauh dari Melody sejak saat itu, bahkan dia sampai pindah tempat duduk, mungkin akan sulit melupakannya kalau masih satu meja, itu yang difikirkan Eryan
Sebulan berlalalu, dan mereka masih sama sama diam, Melody enggan berbicara pada Eryan, karna dia tau bakal akward nantinya, sedangkan Eryan, dia tidak ingin menghancurkan hubungan seseorang
Sampai saat mereka bertemu di kantin pun, diantara mereka hanya diam – diaman, Larisa yang nggak ngerti apa apa sampe kadang bingung, dan sialnya Larisa selalu aja ngebuat dia barengan terus sama Eryan, contohnya kayak sekarang ini
Saat sedang asik makan berdua dengan Loudi, dengan wajah cerianya Larisa datang menggandeng Eryan dan bilang mau makan bareng, Melody nggak bisa bilang enggak, jadi pada akhirnya dia mengalah
"Eh udah lama deh kayaknya gue nggak makan bareng lo, iya nggak sih Er?" Larisa menatap Eryan meminta persetujuan, yang ditatap dengan terbata mengangguk "Jadi gimana nih sama kak Loudi?" kali ini Larisa berbisik agar Loudi tidak mendengarnya, tapi sayang bisikan itu terlalu kencang
"Baik baik aja, ya nggak Mel?" sahut Loudi sambil mengerlingkan mata genitnya ke Melody
Melody mencebik "Dasar genit!"
Sebelah alis Loudi terangkat "Sama pacar sendiri nggak boleh emang? Kalo gue genitnya sama Larisa tuh bar- Aaaaaa... iya deh ampun" Loudi teriak kesakitan ketika Melody mencubit perutnya
Melody menggerutu nggak jelas, tanpa dia sadari mata Eryan terfokus hanya padanya, bibirnya tersungging menampilkan senyuman, tapi bukan senyum bahagia, itu senyum penuh luka
Dalam hati Eryan selalu berkata 'Andai gue yang ada dosisi Loudi' atau 'Andai gue lebih cepat' dan andai andai yang lainya. Tapi mau sampai kapanpun dia beranda, tetap aja saat ini Melody bukan miliknya, tolong garis bawahi kalimat itu, bukan miliknya
😊😊😊
Bell pulang sekolah berbunyi
Seluruh siswa SMA Khayala berhambur keluar kelas menuju rumah masing masing, begitu juga teman sekelas Melody, dengan doa yang sangat terburu buru mereka langsung pulang ketika salam penutup diucapkan
Apalagi Tito- siswa yang selalu terlihat ingin pulang, dia sudah lari sebelum guru menjawab salam, bu Nanik- guru Kimia, hanya bisa menggeleng maklum
Tapi Melody masih setia didalam kelas, dia menunggu sang pangeran menjemputnya. Dia nggak sadar kalo ternyata Eryan masih disana, masih duduk di bangku paling belakang, dia nggak sadar kalo cowok itu masih sering memandangnya tanpa berkedip
Ponsel Melody bergetar, ia menekan tombol hijau daan menempelkannya pada telinga
"Sorry Mel, gue ada pelajaran tambahan, lo bisa pulang sendiri kan? Atau gue suruh Eryan nganter lo aja"
Melody menggeleng cepat "Gausah kak, gue bisa naik angkot atau ojek kok"
"Oh yaudah deh, sorry ya"
Setelah berdehem sambungannya ia putuskan, ia menghela nafas sebentar lalu berjalan keluar kelas, masih belum sadar bahwa Eryan masih disana
Melody duduk di halte depan sekolahnya, menunggu angkutan umum, tapi sialnya nggak ada satupun angkutan umum yang lewat
Sudah hampir setengah jam, dan nggak ada sama sekali angkutan umum yang lewat, sekalinya lewat malah penuh
Karna jenuh juga nungguin sendirian, akhirnya Melody nekat jalan kaki, sabodo sama rumah yang jauhnya minta ampun, lagi pula pasti nanti bakal banyak angkutan umum kalo dia jalan ke depan
Tapi nyatanya, sampe di deket rumahnya pun, sama sekali nggak ada angkutan umum yang lewat, Melody sampai berfikir kalo hari ini itu hari liburnya supir angkutan umum, atau apalah itu
"Aaaaaaaa cape!" Gerutunya kesal
Ia membungkukkan badannya, dan sebuah motor dengan kekuatan penuh hampir saja menyerempetnya, Melody menghindar tapi dia malah jatuh ke selokan
"Woy nggak punya SIM lo ya?!"
Separuh badan Melody kotor, hanya separuh karna emang selokan itu nggak terlalu dalam, dan Melody juga jatuhnya berdiri, tapi tetep aja kotor dan bau
Kesal, sebel, cape, malu bercampur aduk, dia cape... tapi rumahnya masih jauh, mau naik angkutan umum pun pasti nggak bakal dibolehin sama sopirnya, akhirnya dia cuma bisa berjongkok memeluk lututnya, sabodo sama bau itu
Air matanya mengalir beriringan dengan gerutuan gerutuan dia, seperti "Gue cape, tapi nggak ada angkutan umum, kalopun ada pasti nggak bakal dibolehin naik, mau jalan tapi malu! Huaaa.... kesel" Isaknya
"Ayo gue anter" sebuah tangan terulur
Melody mendongak dan mendapati Eryan sedang berdiri dihadapannya sembari mengulurkan tangannya
Melody menggeleng, ia membuka mulutnya ingin menolak, tapi tangan Eryan segera menariknya sehingga ia berdiri, lalu mengangkat badan Melody, memposisikan Melody di motor matic miliknya
Cowok itu tersenyum saat Melody sudah duduk di motornya "Gue nggak bisa liat orang yang gue suka nangis" tangannya terulur menghapus air mata Melody
Diam... hanya itu reaksi yang Melody perlihatkan
Bahkan sampai mereka berdua mereka akhirnya sampai di rumah Melody, gadis itu hanya terdiam
Eryan tersenyum Maklum, dia mengacak rambut Melody "Gue pulang ya"
Melody masih diam, Eryan mengangguk mengerti, dia akhirnya pergi dengan Melody yang masih diam di tempat
Tanpa sadar tangannya memegang dada "Getaran itu balik lagi"
***
Gimana nih? Melody kayaknya suka sama Eryan lagi, jadi Loudi gimana??Thanks for reading
Update sabtu dan minggu
Ps : Please let me know if there is any mistake in this story ☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear the Heart
Teen Fiction#3 Loudi (12 Juli 2019) #4 choose (14 Juli 2019) (Complete) Ini bukan cerita tentang badboy/girl, coolboy/girl, populer boy/girl, cerita ini cuma cerita klasik yang mungkin aja kalian pernah ngerasaiinya atau malah lagi ngerasain, ini cerita cinta...