Sheet 9 : My Beloved Friend

214 32 0
                                    





.

Saturday, 9 Mei 200X

Dear Diary,

Kadang kalau berdekatan dengan Sasuke-kun, aku merasa sedikit gugup. Tapi aku mulai bisa santai sejak Sasuke-kun memberitahu aku arti uhuk-ciuman-uhuk yang dia berikan padaku tempo hari.

Dahi untuk orang yang menyayagi Sasuke-kun...

Pipi untuk orang yang disayangi dan menyayangi Sasuke-kun...

Dan yang terakhir... bibir untuk orang yang Sasuke-kun cintai...

Huff... jadi benar-benar tidak sembarangan Sasuke-kun memberikan ciuman. Ah, atau dia memang tidak pernah berciuman? (_._" )

Kak Itachi bilang, Sasuke-kun tidak pernah pacaran. Sasuke-kun memang cenderung anti-sosial saat masih kecil dulu. Padahal dia tergolong anak yang tampan, Sasuke-kun benci anak perempuan yang selalu histeris setiap melihatnya.

Hehe, karena itu juga Kak Itachi sempat heran kenapa Sasuke-kun menjadikanku sahabatnya, bahkan aku sebenarnya tergolong gadis yang cerewet. Tapi kini tak separah dulu saat usiaku masih 13 tahun. Aku sekarang sudah besar, usia 15-16 itu usai ABG mencari jati diri dan berubah kan?

Ngomong-ngomong aku baru ingat, aku dan Sasuke-kun tidak pernah bertukar nomer telepon. Kalian tanya kenapa? Tentu saja karena aku dan Sasuke-kun selalu bersama.

Aku dan Sasuke-kun selalu bareng setiap hari, mau di sekolah, mau di perpustakaan, kafe, taman bermain, sampai kumpul-kumpul anak-anak muda. Kami selalu bareng, kecuali saat di rumah masing-masing, dan kamar mandi. Teman-teman sampai mengira Sasuke adalah bodyguard-ku. Ada juga anak yang iseng mengatakan aku dan Sasuke-kun pacaran, atau malah tunangan. (O.o)

Well, untuk ukuran sahabat antara laki-laki dan perempuan, Sasuke-kun cenderung overproktektif, dia akan membrondongiku dengan pertanyaan bertubi-tubi jika melihatku jalan bareng dengan anak laki-laki lain. Aku berulang kali memperotes, namun ia sepertinya tak mengubris.

"Sebagai sahabatmu aku tak ingin kau terluka atau terlibat bahaya, Sakura!" itulah yang Sasuke katakan ketika aku memprotesnya saat Sasuke-kun melihatku berjalan dengan Hidan-senpai.

Aku hanya bisa mengerucut sebal dan berlalu pergi. Ayolah, saat itu Hidan-senpai hanya mengantarku kerumah kepala sekolah untuk meminta tanda tangan persetujuan proposal klub atletik. Karena aku yang menjabat sebagai anggota OSIS dan kepala sekolah sudah pulang ke rumahnya dan proposal itu harus sudah diserahkan kepada guru lembaga pengawas ekstrakulikuler besok pagi.

Baiklah tak perlu dibahas tentang sifat jelek Sasuke-kun yang itu...

Jadi, aku akhirnya bertukar nomer dengan Sasuke-kun. Dia sepertinya tidak keberatan, dan kami selalu ngobrol-ngobrol sejak tiga hari terakhir lewat ponsel. Aku senang Sasuke-kun mau mendengarkan segala keluh kesahku tentang kegiatan OSIS yang sangat banyak.

Setiap hari berbicara dengan Sasuke-kun, walau lewat telepon sekalipun membuatku senang dan bahagia. Mendengar suaranya membuat segala lelah dalam jiwa perlahan-lahan terangkat.

Ternyata memang benar... perasaan di hatiku ini kian hari kian membesar. Aku semakin mengharapkan Sasuke-kun. Aku berharap Sasuke-kun memiliki rasa yang sama sepertiku. Segala perhatiannya cukup menjadi bukti. Tapi... aku belum mendapatkan makna ketiga ciuman Sasuke-kun...

Aku...

Besok, aku akan melewati banyak hal meyenangkan dengan Sasuke-kun seperti biasa. Aku akan bersama Sasuke-kun. Hehe, lagipula Sasuke-kun tidak memiliki gadis yang ia sukai kan? jadi aku bisa bersama Sasuke-kun. Memang ini seperti menghianati persahabatan kami. Aku mencintai Sasuke-kun, persahabatan memang tak seharusnya diselimuti cinta, karena cinta itu... egois.

Tapi tak salah kan kalau aku berharap...?

.

50 Sheet of Paper DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang