Sheet 7 : Another Best Friend

256 34 1
                                    

.

Monday, 4 Mei 200X

Hehe... hallo dear diary...

Sudah berapa lama aku tidak menulis eh? Hehe... sekitar seminggu kurasa. Well, beberapa hari ini tugas dan kegiatanku sangat banyak sehingga aku sampai lupa untuk menulis didiary. Beberapa hari ini tetap seperti biasa, teman-teman di sekolah tetap baik seperti biasanya. Hubunganku dengan Sasuke-kun juga lancar...-uh, kami tidak pacaran! Maksudku aku dan Sasuke-kun tetap bersahabat dan rukun.

Aku senang, hari ini aku kembali mendapatkan teman, oh ya dia adalah tetangga sebelah yang baru pindah kemarin. Namanya Yamanaka Ino, cewek Inggris yang kemarin baru saja datang dari luar negeri. Ino sangat lucu karena bahasa Jepangnya masih patah-patah, apalagi dia sering keliru menyebutkan kata-kata sehingga membuatku bingung.

Untung aku bisa bahasa Inggris, jadi aku dan Ino tidak sulit untuk berkomunikasi. Kadang aku harus menjadi penerjemah untuk Ino. Ino ternyata baru masuk di sekolahku 4 hari yang lalu. Sayangnya kami berbeda kelas, aku kelas X sedangkan dia kelas XI, Ino adalah kakak kelas. Tapi Ino sangat baik, dia sungguh ramah dan pintar memasak, menyukai bunga, dan hobi bersolek.

Haha, seperti kemarin, Ino memaksaku menjadi modelnya. Mataku ditutup dengan sapu tangan dan dia menata rambutku sedemikian rupa-aku benar-benar tak tahu apa yang ia lakukan karena Ino melarang keras aku untuk mengintip sampai kegiatannya selesai-

Dan kau tahu? 1 jam kemudian aku sudah berubah, woow... aku benar-benar tak bisa mengenali diriku sendiri yang terpantul dari cermin. Ino merubah ujung rambutku yang lurus menjadi ikal dan menguncirnya disisi kiri. Dahiku yang terlihat lebar itu kini tertutupi oleh poni panjang dan di Ino menyisakan rambut di kedua sisi wajahku, rambutku di bagian tengkuk yang sebelumnya panjang ia potong sampai sebatas leher.

"Hehe, ternyata memang cocok!" Ino memekik girang, ia mengambil kameranya dan mengeklik berkali-kali sampai aku bosan. Kemudian ia mengobrak-abrik tasnya dan menunjukkan sebuah kemeja putih polos tanpa lengan dengan kerah seleher dan sebuah rok mini merah kotak-kotak berenda, tak lupa sebuah kaus kaki hitam setengah paha dan sebuah sepatu boots berwarna krem bertali seukuran mata kaki. Aku hanya bisa mengangkat alis tak mengerti.

"Nih, pakai!" paksa Ino. Aku dengan terpaksa segera berlari ke kamar mandi dan segera berganti pakaian.

Aku hanya menatap wajahku di pantulan kaca jendela, ini konyol! Tapi tidak buruk, aku terlihat sempurna dan imut. Well, narsis sedikit tak apalah!

Sekeluarnya aku dari kamar mandi, Ino terlonjak senang. "You look perfect!" pujinya. "Ternyata benar! Kau sangat cocok dengan model ini!"

Aku hanya memutar bola mataku-bosan dengan tingkah Ino yang sangat kekanakan- oh ya, tiba-tiba ibu berteriak dari bawah kalau Sasuke datang ke rumah. Ah, apa komentar Sasuke-kun ya? melihat penapilanku yang sukses dipermak oleh Ino?

Dear diary...

Oh, betapa lucunya saat kuingat tadi. Sasuke-kun langsung melotot saat membuka pintu kamarku-hei itu tidak sopan! Tidak boleh seorang pria memasuki kamar seorang gadis tanpa izin!- tapi sudahlah, toh itu memang kebiasaan buruknya.

Sasuke-kun mengerjabkan matanya tak percaya. Sementara itu Ino terkikik geli, Sasuke-kun kembali mengucek matanya dan memastikan kalau yang dilihatnya adalah aku.

"Sakura? benarkah ini kau?" tanyanya polos seperti orang tolol.

Aku hanya mampu menghela nafas dan berkacak pinggag, "tentu saja ini aku!"

Sasuke mendekat dan kembali mengerjab tak percaya seolah kagum. "Kau sangat berbeda!" Sasuke mengangkat tangannya menyentuh rambutku ikal baruku. "Kemana rambut lurusmu yang panjang itu?" tanyanya takjub. "Kau sungguh manis!"

Oh, Sasuke-kun berhentilah berkata-kata manis agar aku tak terus-terusan tersipu...

Dear diary, aku tak menyangka kalau Sasuke-kun akan memberikan kesan positif akan perubahan penampilanku. Dia tak pernah berhenti menggodaku, wajahnya kadang menampakkan aura ceria, ia akan tersenyum lebar.

Sasuke-kun dan Ino, akhirnya berkenalan... Aku hanya mampu tersenyum ketika kulihat wajah Ino sedikit tersipu ketika berjabat tangan dengan Sasuke-kun. Hei, rasanya sedikit tercubit ketika aku melihat mereka terus berjabat tangan lama-lama. Aku refleks menyentuh bahu Ino dan Sasuke-kun,

"bagaimana kalau kita jalan-jalan sekarang?" tanyaku. Ino dan Sasuke-kun mengangguk setuju. Sore ini, kami berjalan di sepanjang taman bermain Konoha, Sasuke-kun berdiri di sampingku dan Ino di samping Sasuke-kun. Ino tampak terus curi-curi pandang pada Sasuke-kun dengan wajah memerah yang membuatku entah kenapa merasa sedikit kesal.

"Kau sudah punya pacar? Sasuke-kun?" pertanyaan Ino seketika membuatku tersedak, dia langsung memanggil Sasuke dengan sufiks –kun.

Sasuke-kun hanya mengeleng pelan, dengan senyum tipis yang merekah. Ino terkikik geli sejenak dan menyentuh telapak tangan Sasuke-kun, mendekatkan wajahnya dan berbisik sekilas pada lelaki itu. Sasuke mengeleng pelan dengan wajah memerah kemudian Ino kembali tergelak dan menarik tangannya. Rasanya... ada sebuah tangan besar yang meremas hatiku...

Sakit, ngilu, bercampur menjadi satu. Aku segera beranjak dan berkata bahwa ada makanan yang ingin kubeli. Meninggalkan mereka berdua di atas bangku taman. Aku hanya diam, tak ingin mengingat semuanya...

Dear Diary, inikah rasanya jatuh cinta? Menyakitkan...

Sejak awalpun, Sasuke-kun hanya menggapku sebagai sahabat. Ia memang melindungiku, mendampingiku, dan selalu menghiburku dengan kata-kata dan perbuatan yang manis. Tapi, semuanya tetap terasa sakit...

Haha... dear diary...

Sepertinya aku harus melupakan kata-kata itu. karena aku merasakan bahagia seperti hari kemarin hehehe...

.

.

.

Sasuke-kun menarik tanganku setelah aku pergi. Mengatakan bahwa Ino sudah pulang dahulu, Sasuke-kun bertanya kenapa ada liquid bening dipelupuk mataku namun aku tak juga menjawab. Sasuke-kun mengangkat jemarinya dan menghapus liquid bening itu dan dengan seenaknya mendaratkan sebuah kecupan lembut di pipiku. Aku hanya mampu tergagap, tak mampu bergerak dan membeku. Yang bisa kuingat hanya lindungan kokoh lengan Sasuke-kun di bahu mungilku saat kami beranjak pulang... serta... sang mentari redup yang menjadi saksi.

.

.

50 Sheet of Paper DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang