Sheet 8 : The Meaning of His Kiss

237 35 0
                                    





Wednesday, 6 Mei 200X

Dear Diary,

Akhir-akhir ini aku merasa sangat kikuk kalau bertemu Sasuke-kun. Aku malu sekali gara-gara kejadian dua hari yang lalu saat di Taman Hiburan. Sasuke-kun mencium pipiku...

Sasuke-kun mencium pipiku...!

Kyaaa! Ini sungguh memalukan, rasanya seluruh tubuhku menjadi panas ketika mengingatnya. Karena itu pula selama dua hari ini aku selalu menghindar setiap berpapasan dengan Sasuke-kun. Sasuke-kun juga tak terlihat bingung atau heran, ia tetap seperti biasa saja. bahkan ketika aku berlari ketika hampir berpapasan dengannya, Sasuke-kun tidak mengerjarku ataupun menahanku agar tidak pergi...

Hei? Apa yang kupikirkan? Sasuke-kun tak mungkin akan menahan tanganku, menanyakan kenapa aku dalam dua hari terakhir selalu menghindarinya, dan meyakinkan aku kalau dia....-argh! Aku benar-benar pusing!

Pokoknya hanya sampai hari ini saja! aku akan menghindari Sasuke-kun! Besok aku akan menyapanya seperti biasa, disisinya seperti biasa. Eh, di sisinya seperti biasa? Bukankah kemarin Ino dan Sasuke-kun... terlihat sangat akrab... apalagi Sasuke-kun memerah saat Ino berbisik di telinganya. Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan.

Tapi...

Kenapa Sasuke-kun menyusulku lalu mencium pipiku...?

Ah, rasanya pipiku kembali menghangat...

Besok aku harus bertanya kepada Sasuke-kun! Kenapa dia mencium pipiku?

.

.

Dear Diary, sebenarnya tadi aku berniat menemui Sasuke-kun besok. Tapi sepulang sekolah tadi Sasuke-kun menahan tanganku agar tak pulang dulu. Aku benar-benar gugup, kami sama-sama diam. Tapi aku bisa melihat pancaran keseriusan dari manik akik Sasuke-kun.

"Kenapa belakangan ini kau menghindariku?" ah, persis sekali hal terakhir yang kuharapkan.

Aku hanya diam, Sasuke-kun berdecak dan mencengkram kedua pundak mungilku. "Jawab aku Saku! Kau membuatku tak tenang selama dua hari ini? apakah karena kau melihatku kemarin bersama Ino saat di taman hiburan bersamamu?" skakmat! Dugaanmu tak sepenuhnya salah Sasuke-kun. Tapi bukan itu yang membuatku... selalu menghindarimu...

"Aku dan Ino tidak memiliki hubungan apa-apa!" Sasuke melanjutkan penjelasannya. Aku mengeleng keras,

"Bu-bukan karena itu..." aku tergagap.

"Lalu apa? kenapa kamu menjauhiku?" Sasuke mendesah. Dan aku kembali membisu.

"JAWAB AKU SAKU!" Sasuke-kun mulai menaikkan nadanya satu oktaf, kesabarannya habis dan seketika aku terbelalak ketakutan. Tak pernah kujumpai kemarahan dalam diri Sasuke-kun sejak pertama aku mengenalnya...

Rasanya pelupuk mataku memanas. Apa salahku? Kenapa Sasuke-kun...?

Sasuke-kun melonggarkan cengkramannya. Ia menghapus setetes liquid yang meluncur bebas dari manikku.

"Dasar cengeng." Ejeknya dengan senyum geli. Ia mengusap kepalaku lembut sampai aku selesai menangis. "Sebaiknya kita sekarang pulang..." Sasuke-kun menarikku keluar kelas.

Dear Diary,

Sasuke-kun tak benar-benar mengajakku pulang ke rumah. Dia menarikku ke sebuah sungai kecil di pinggir jalan yang tertutupi rimbunnya pepohonan dan semak-semak sehingga sungai kecil itu tak terlihat dan tak banyak diketahui orang.

Kami duduk berdampingan. Dibalik rimbunnya pepohonan, aku bisa melihat raut nyaman yang hadir di wajah Sasuke-kun. Dia terlihat sangat tampan secara alamiah dan aku kembali memanas.

"Sasuke-kun...?"

"Hn?"

"Boleh aku... bertanya sesuatu?"

Sasuke menatapku heran, "langsung saja... tidak perlu gugup begitu." Sasuke menyeringai jahil.

Aku meremas ujung rokku hingga kusut. Menghela nafas berulang-ulang guna meredakan kegugupan yang daritadi menyelubungi diriku.

"Kenapa... kena-pa di taman hi-hiburan kemarin... saat ki-kita mau pulang... kau-kau... uh me-men... mencium pi-pipi... ku?" tanyaku terbata-bata. Kenapa aku mendadak gagap sih?

Sasuke-kun menatapku tak percaya. Ia terus menatapku lama sampai-sampai angin datang dan menerbangkan surai-surai kami. Lalu Sasuke-kun tersenyum, ia mengalihkan wajahnya kepada langit.

"Aku memutuskan... ada tiga makna dalam setiap ciuman yang kulakukan." Sasuke-kun berkata, kemudian ia menatapku lembut. Tangan besarnya menangkup wajahku, membuat pipiku kontan memerah secara drastis.

"Ciuman di kening untuk orang yang menyayangiku..."

Cup!

Sasuke-kun mendaratkan kecupan kecil di dahiku yang lebar.

Aku hanya bisa terpaku. Sasuke-kun menatapku sejenak dan kembali terkikik geli. "Lalu... ciuman di pipi untuk orang yang kusayangi... dan menyayangiku..."

Cup!

Sasuke-kun mengecup pipiku lembut, seperti waktu itu. aku tak tahu apa yang terjadi setelahnya. Aku hanya tergagap dan terpaku di tempat. Sasuke-kun melambaikan tangannya di depan wajahku dan membuatku tersadar.

"Terpesona eh-?" godanya. Aku hanya mengeleng kaku dengan gugup.

"Ka-kalau begitu... apa arti ciuman yang ketiga?" tanyaku kemudian. Sasuke-kun menatapku kembali dan berbisik di telingaku... aku kembali memanas ketika kurasakan hembusan hangat nafas Sasuke-kun di telingaku.

"Ciuman dibibir... untuk orang yang kucintai..." Sasuke-kun meniup telingaku. Dan terbahak keras ketika aku melompat karena terkejut. Dengan wajah memerah kulempar tasku asal ke wajahnya.

Kena kau! Dasar pantat ayam!

Dear Diary...

Apakah nantinya aku akan mendapatkan makna ketiga ciuman Sasuke-kun?

.

.

50 Sheet of Paper DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang