.
Saturday, 19 August 200X
Dear Diary...
Beberapa hari ini aku sadar, Sasuke-kun bertingkah sangat aneh. Sejak pagi ia datang lebih dulu, berpakaian rapi dan tumben sekali sebuah kacamata bertengger manis di hidung mancungnya. Aku bingung karena tumben sekali Sasuke-kun mau berangkat pagi sampai-sampai tak sempat menjemputku. Ketika kutanya ia hanya nyengir dan meminta maaf sambil berkata kalau ia lupa untuk menjemputku.
Dan ada satu hal baru yang kusadari, Sasuke-kun selalu melirik sosok anak baru yang baru lima hari ini masuk ke kelas. Ah ya, Hyuuga Hinata. Anak manis yang populer akhir-akhir ini mengalahkan Karin si ratu sekolah. Hinata lebih disenangi karena pembawaannya yang lembut dan anggun. Hinata, dia pintar, manis, anggun dan baik hati.
Mungkin banyak anak yang menyukainya, tapi banyak juga yang tak menyukainya.
Sayangnya satu hal, Hinata adalah gadis yang lemah. Ia mudah sakit bahkan pingsan. Dan yang lebih parah semakin banyak saja penggemarnya, aku tak ingin ambil pusing, tapi, beberapa waktu ini Sasuke-kun selalu ikut-ikutan menjadi salah satu orang yang selalu memperhatikan Hinata. Ah, aku sadar Sasuke-kun perlahan mulai menjauhiku.
Ingatkah kau diary? Kemarin Sasuke-kun bahkan menolak makan siang bersamaku dan memilih mengajak Hinata yang kebetulan juga diajak oleh sekumpulan anak laki-laki dan perempuan yang mengaguminya. Sifatnya yang baik dan lemah itu membuat siapapun ingin melindunginya, dan tak tega untuk menyakitinya.
Kenapa aku merasa iri dengan Hinata?
Aku iri, karena Hinata... Sasuke-kun mulai berubah. Aku merasa sendirian. Walau hanya ada Ino yang selalu di sampingku.
Aku ingat saat obrolan kami sore tadi. Aku sedikit bertengkar kecil dengan Ino hanya karena aku mengatakan kalau aku tidak menyukai Hinata tanpa alasan yang jelas. Aku ingat saat itu aku berada di sebuah café dan tak ada Sasuke-kun di sampingku. Aku tak tahu ia pergi entah kemana. Ia hanya bilang ia sibuk akhir-akhir ini.
"Kenapa kamu termenung terus?" Ino bertanya dengan logat inggrisnya yang sangat kental. Aku mendengus, setidaknya dia sedikit banyak mengerti bahasa jepang sehingga aku tak perlu menjawabnya dengan bahasa Inggris.
"Aku tidak tahu, tapi... akhir-akhir ini aku tidak menyukai anak baru itu..."
Ino mengangkat alisnya, "Anak baru yang dari Hyuuga itu kan? kenapa kau tak menyukainya? Dia anak yang baik lho."
"Aku tak tahu, rasanya setiap melihatnya yang seperti sempurna itu membuatku muak." Ujarku lirih. Ino menepuk pundakku pelan, ia mengeleng pelan.
"Kau merasa tersaingi, eh? Yang kutahu dia cukup populer dikalangan laki-laki. Apakah kau takut Sasuke akan berpaling darimu?" tanyanya lembut.
Aku terdiam sebelum mulutku terbuka, "aku tak tahu..."
Ino merigis, "tenang saja Saku, aku yakin, Sasuke-kun takkan pernah meninggalkanmu. Bukankah kalian adalah best friend forever after?" cengirnya. "Seperti yang pernah kukatakan dulu, kalau kau seharusya menjadikan Sasuke milikmu."
Aku mengeleng, "aku... tak ingin merusak persahabatan ini. aku hanya merasa kesepian, Sasuke-kun rasanya mulai berubah. Kami mulai menjauh..."
Ino menghela nafas, "sebaiknya kau pikir-pikir lagi. Kalian hanya sahabat, karena itu wajar jika Sasuke-kun akan memiliki tambatan hati lain."
Ino melenggang pergi. Apakah ia marah padaku? Tapi kenapa?
Namun sepersekian detik kemudian aku menerima sms dari Sasuke-kun.
'Maaf, besok aku tak bisa menjemputmu...'
Kenapa saat membacanya aku merasa sesuatu yang tak menyenangkan akan terjadi?
Rasanya... Sasuke-kun semakin asing bagiku.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
50 Sheet of Paper Diary
FanficSebuah kisah, tentang seorang anak manusia yang terlambat menyadari arti sebuah cinta sederhana dari seorang gadis yang selama ini di sisinya. Hingga akhirnya garis takdir yang menjawab segalanya. Sebuah cerita yang terungkap dari sebuah buku diary...