Sheet 38 : Slice of Life

194 33 1
                                    

.

.

8 Mei 201X

Dear Diary, benar kan apa yang kuperkirakan sebelumnya? Semua orang kalang kabut ketika 5 hari aku memutuskan semua kontak, menghilang sementara dari kehidupan. Begitu aku sampai di Stasiun Konoha, Ino sudah stand by dengan wajah garang kuadrat, bersiap mendampratku sepertinya..

Gugup memang yang kurasakan saat ini, namun dengan langkah tenang aku hanya tersenyum ketika mendengan ocehan Ino. Ternyata benar, dia mendampratku karena menghilang selama 5 hari.

"KEMANA SAJA KAU, HAH? DITELEPON TIDAK BISA, DI SMS TIDAK DIBALAS, DI EMAIL TIDAK DIBALAS PULA, FB-MU OFFLINE, TWITTER OFFLINE JUGA!" teriak Ino bertubi-tubi tanpa jeda, membuat sebagian orang tentu saja langsung menoleh dan menatap kami berdua heran. "KYAAA DAN BAGAIMANA BISA KAU MEMOTONG RAMBUTMU?!" Ino kali ini memekik girang, heboh sekali! "KAWAI!"

Duh, Ino! Bikin malu saja!

Aku hanya meringis, dan menghela nafas, menunggu sampai ocehan maha dasyat milik Ino selesai berkumandang. Karena menyelapun percuma, paling-paling ujung-ujungnya aku malah didamprat kembali.

"Hiss... gomenne!" seruku agak kesal juga, pasalnya bahkan telingaku sampai berdenging mendengar teriakan Ino yang tentu saja tak bisa dibilang pelan itu. bahkan suaranya mengalahkan pengumuman dari speaker yang ada di stasiun.

"Berhenti berteriak-teriak! Kau membuat orang-orang melihat kemari, Baka!" cetusku. Sementara Ino hanya memutar bola matanya, seolah tidak mengubris, sialan!

"Jadi, kemana saja kau selama ini, ne?" delik Ino kemudian dengan tatapan-kau-saat-ini-dalam-masalah-besar-nak-, oh, ayolah, ini terlalu berlebihan memang! Maksudku, Ino memang kadang terlalu err... over!

"Bukankah sudah kukatakan padamu sebelumnya, kalau aku akan menghabiskan beberapa hari untuk liburan?!" dengusku sedikit kesal.

"Ya, tapi tidak dengan memutuskan semua kontak seolah kau menghilang ditelan bumi, Baka!" balas Ino super duper galak.

Uh, aku meringis kembali. Berbicara dengan Ino saat dalam mode evil-bad-mood seperti ini sama saja dengan menggali kuburan sendiri. mengalah adalah pilihan terbaik karena dalam evil-bad-mood-nya Ino menjelma sebagai makhluk paling menyebalkan di seluruh jagad raya... Setelah perdebatan kecil itu, aku dan Ino pulang ke rumah. Dan tak jauh berbeda, setibanya di rumah, ayah dan ibu sudah menyambutku dengan dampratannya, namun kali ini berbeda, mereka malah menangis bahagia seolah aku telah berhasil ditemukan setelah menghilang begitu saja tanpa kabar selama bertahun-tahun. Uh... wajar sih, karena anak tunggal, ayah dan ibu terlalu sayang padaku.

Mereka sudah mendengar soal hubunganku dan Menma dari Ino, ayah dan ibu berkata mereka sangat kecewa awalnya, namun mereka mendukung keputusanku yang memutuskan untuk mengakhiri pertunangan kami. Mereka ingin aku bahagia, itu yang ayah dan ibu katakan padaku.

Keluarga Namikaze dan Haruno sudah berkumpul, dan merundingkan tentang putusnya pertunangan kami. Meluruskan semuanya, dan akhirnya, kami memutuskan pertunangan dibatalkan secara resmi tanpa perselisihan di kedua belah pihak. Dan saat itu juga, Menma secara khusus meminta maaf padaku.

Pertama kali bertemu memang aku merasa agak enggan, namun akhirnya, aku menerimanya. Menma berjanji akan menjagaku setelah kami putus seperti janjinya dulu, walau aku sempat menolak namun ia bersikeras karena menganggapku saudaranya sekarang. Dan perihal hubungan Menma dan Sara setelahnya, aku tak tahu, namun aku tak pernah melihat keberadaan gadis itu di antara keluarga Namikaze.

Ah, lega rasanya. Semua sudah beres dan berakhir dengan baik, mungkin untuk kedepan nantinya aku akan mencari kesibukan di sela-sela kuliah, oh ya, aku harus lebih fokus pada kuliahku. 2 tahun lagi aku akan lulus menyusul Ino yang satu tahun lebih dulu.

Selama ini aku belajar banyak hal, tentang cinta, sakit hati dan kesabaran dalam menjalani hidup. Kuharap untuk selanjutnya, aku akan menjadi lebih baik.

.

50 Sheet of Paper DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang