Sheet 18 : I Know You Never Forget Me

209 33 0
                                    





.

.

Tuesday, 12 October 200X

Dear Diary, aku sempat berpikir mungkin Hinata lah pemenang hati Sasuke-kun. Kupikir, dia telah melupakanku. Ternyata aku salah...

Aku ingat, pagi ini, dia bahkan menjemputku. Seperti biasanya, dia tersenyum padaku dan memboncengku dengan motor besarnya yang biasa dengan laju yang sangat ugal-ugalan. Kau tahu, aku sangat tak menyukai saat Sasuke-kun memboncengku dengan gaya mengemudinya yang ekstrim itu.

Kami datang lebih pagi dari biasanya. Ia mengacak-acak rambutku seperti biasa. Yap, ini sudah masuk pertengahan bulan terakhir sebelum liburan musim dingin yang akan terjadi saat akhir Desember. Aku sangat menantikan saat itu, apakah tahun ini aku akan merayakan Tahun Baru bersama Sasuke-kun seperti dulu?

Aku tahu, Sasuke-kun takkan berubah apapun yang terjadi. Ia tetap Sasuke-kun ku yang akan menjagaku selamanya. Buktinya, walau dia sekarang tertarik kepada Hinata. Sasuke-kun tidak melupakanku. Dia tetap menjemputku, dan menjagaku seperti biasa. Walau kadang dia menyempatkan waktu untuk urusannya sendiri.

Aku tahu, Sasuke-kun bukanlah laki-laki yang peka. Sehingga mungkin saja karena itu Sasuke-kun tak menyadari perasaanku. Huff... malangnya aku... tapi paling tidak. Sasuke-kun tak melupakanku. Walau kadang di kepala ayamnya itu penuh dengan si Hyuuga. Tapi masih ada sosokku di hatinya.

Kau tahu diary? Dia benar-benar tak melupakanku. Buktinya sekitar seminggu yang lalu ketika ayah dan ibu keluar kota dan meninggalkanku sendirian di rumah, Sasuke-kun bersikeras untuk menginap di rumahku. Walau aku menolaknya, yah, karena bagaimanapun sangat aneh jika seorang laki-laki menginap di rumah seorang gadis yang tinggal sendiri di rumah. Aku tahu, dia adalah sahabatku. Tapi kan...-blush-

Dan akhirnya aku menginap di rumah Sasuke-kun dan meninggalkan rumahku yang sendirian hari itu. tapi aku bahagia, malamnya aku menghabiskan waktu dengan beramai-ramai dengan Kak Itachi. Begitu aku sadar, aku melihat Sasuke-kun bersandar dipojokan dengan tatapan kesal. Ia mencibir melihat tingkahku dan Kak Itachi yang seperti anak-anak. Saling melempar bantal dan saling mengepang rambut-salahkan Kak Itachi yang punya rambut panjang halus yang membuatku sangat iri-

Dear Diary, Sasuke-kun tetap tersenyum padaku seperti biasa, mengacak rambutku seperti biasanya dan kadang mencium pipi atau keningku dengan raut jahil yang pernah satu kali ia lakukan saat kami tengah di koridor sekolah yang ramai. Yap, kau bisa bayangkan apa reaksi teman-teman? Yah, bayangkan saja sendiri, hehe

Bersama Sasuke-kun. Menjadi suatu hal biasa bagiku. Begitupula baginya, ia bilang kami seperti sepasang manusia yang mungkin saja memiliki ikatan benang merah. Yah, Sasuke-kun sendiri heran kenapa bisa sangat akrab denganku sejak kami pertama bertemu. Tapi dia tahu, aku adalah orang yang bisa melengkapinya.

"Ne, Sasuke-kun? Kalau nanti kau sudah menembak'nya', dan kalian bersama... apakah kau akan melupakanku?" tanyaku suatu waktu. Sasuke-kun menatapku heran dan mencubit hidungku pelan dengan geraman gemas. Tentu saja walau ia melakukannya dengan pelan tetap terasa sakit bagiku karena tangannya yang besar. Huh, dasar laki-laki!

"kenapa kau bertanya seperti itu heh? Bagaimanapun kau sahabatku, aku kan pernah bilang, kau adalah bagian dari hidupku!" jawab Sasuke-kun dengan sentilan pelan dihidungku. Aku mendengus,

"Aku hanya takut, kau kan orangnya cuek. Bisa saja kau lupa padaku nantinya!" ujarku. Sasuke-kun terkekeh dan memeluk pelan kepalaku.

"Kalau itu terjadi, maka datanglah padaku! Ingatkan aku kalau kau masih ada. bagaimanpun aku tidak boleh melupakanmu! Begitupula sebaliknya, ne, berjanjilah!" Sasuke-kun menunjukkan jari kelingkingnya. Aku tersenyum saat itu juga dan kutautkan kelingking kami.

Ini adalah janji sehidup semati yang kami ucapkan. Kami akan selalu bersama bagaimanapun keadaannya.

Dear Diary, aku bahagia. Sasuke-kun takkan pernah melupakanku.

Jika itu terjadi, ingatkan aku untuk memukulinya sampai dia ingat! Haha. Selamanya aku ingin seperti ini, aku tahu, bukanlah aku yang akan bertautan dengan tangan besarnya saat dia dan pujaannya bersama. Tapi dialah yang akan mengenggam tanganku dengan sendirinya. Kami takkan terpisahkan, karena dia adalah sahabatku. Sahabat baikku. Aku sudah bisa menerima ini. dan aku bahagia karenanya.

Dear Diary, saat ini tak ada hal lain yang ingin kulakukan. Aku hanya ingin semua mengalir apa adanya. Karena aku tahu, apapun yang terjadi benang merah tak kasat mata itu akan selalu melingkar di kelingking kami sampai selamanya...

.

50 Sheet of Paper DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang