Sheet 50 : The Last

831 57 2
                                    



.

.

Wednesday, 27 Maret 201X

Beberapa hari setelah tahun baru, aku lebih banyak sibuk dengan tugas-tugas kuliah. Ino sesekali menghubungiku, merengek-rengek agar aku menemaninya dan mengabaikan tugas-tugas menumpuk yang membuatku frustasi. Dengan susah payah akhirnya aku berhasil menolak.

Ah, aku ingat, Bibi Mikoto memberikanku banyak hadiah setelah liburan akhir tahunnya di Milan. Aku tak sempat membukanya karena sibuk dengan tugas-tugas akhir tahun. Berbeda dengan keluarga Uchiha yang bisa menghabiskan akhir tahun dan tahun baru dengan liburan jauh-jauh di Milan, aku harus berjibaku dengan setumpuk tugas menyebalkan ini.

Bibi memberiku sebuah mini dress cantik berwarna pastel, indah sekali. Bibi bilang ini dress yang Sasuke pilihkan secara khusus untukku. Haha, yang benar saja. mana mungkin si muka datar itu mau melakukannya...

Maksudku... Sasuke yang sekarang.

Banyak hal yang mulai berubah, banyak juga yang akhirnya beranjak menjadi dewasa. Hari-hari kedepannya nanti seperti apa ya? apakah setelah memiliki keluarga, aku dan yang lainnya akan seperti dulu-dulu? Atau... menjadi orang lain?

Entahlah...

Berbicara tentang kedewasaan... dan keluarga...

Mengingatkanku tentang banyaknya orang-orang yang membahas tentang perikahan. Proses menuju hubungan yang lebih serius, lebih dalam dan lebih luas.

Ikatan antar dua keluarga, dan dua insan yang akan bersatu di hadapan Tuhan.

Mengingat itu membuat ingatanku melayang di hari kemarin, Sasuke tiba-tiba datang ke apartemen. Bertamu dengan raut sedikit cangung karena seperti ini pertama kalinya ia berkunjung ke apartemen teman wanitanya.

Awalnya, aku menyambutnya dan mempersilakannya duduk... kami mengobrol sejenak guna menanyakan bagaimana kabar masing-masing, dan obrolan itu terus berlanjut sangat akrab sampai tiba-tiba Sasuke berkata,

"Oh ya, tujuanku datang kemari... karena aku ingin menyerahkan sesuatu!" ucapnya.

Aku hanya menatapnya dengan raut ingin tahu, "Sesuatu, apa itu?" tanyaku dengan senyum kecil.

Sasuke tampak mengambil sebuah kertas dari tas selempangannya, sebuah kertas tebal dengan warna silver dan pita emas di sisinya.

Sebuah... undangan...?

"Aku ingin mengundangmu, kepernikahanku dan Tayuya lusa!" jelas Sasuke. "Maaf aku terlambat memberikannya, karena sejak kemarin aku sibuk!" jawabnya dengan sebuah senyuman tulus. "Aku harap kau bersedia datang!" imbuhnya.

Aku hanya bisa terrdiam, terpaku kala kutemukan maniknya yang memancarkan binar bahagia, "Aa... benarkah?" ucapku terbata-bata sekaligus kelu.

" Ka-kalian akan menikah..." ujarku dengan nada riang yang kubuat-buat, sampai tiba-tiba nyeri hebat menerjang rongga dadaku, tercekat sampai tak bisa berucap. "selamat... selamat! Aku senang... mendengarnya... ya, aku senang mendengarnya! Kalian... kalian sangat serasi!" tanpa kusadari, seiring dengan ucapanku itu, air mata meluncur bebas dari netraku.

Aku menangis... entah kenapa...

Sasuke tak bergeming. Ia menatapku heran, "kau... kenapa tiba-tiba menangis?" tangannya terulur seperti hendak menyentuh pipiku. Namun, tanpa sadar tanganku menghalanginya.

"Aku menangis... karena aku bahagia... haha, aku senang akhirnya kau menikah. Ya Tuhan, aku tidak menyangka akhirnya balok es sepertimu ternyata laku juga! Kau tahu, kau mendahului kami semua. Aku yakin kalian akan terlihat sangat serasi di pernikahan nanti" candaku sembari menepuk-nepuk bahunya.

50 Sheet of Paper DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang