Pukul 7 tepat Garri keluar dari kamarnya, dia tampak memakai setelan jas Armani dan bersiap untuk berangkat bekerja.
Pria itu berjalan ke arah dapur di mana dari tempat itu dia mendengar siara Peter sedang berbicara pada Leo.
Dada Garri berdebar tak karuan mengingat kenekatannya semalam mencium Peter.
Untung saja saat itu Peter tidak tau apa yang di perbuatnya.
Mengingat saat itu Peter dalam keadaan tertidur kala Garri dengan berani mendaratkan ciuman ke bibir anak buahnya itu."Pagi..."
Sapa Garri berusaha tenang dan menyembunyikan keresahannya meskipun wajah pria itu jelas-jelas memancarkan rasa malu yang teramat sangat."Pagi..."
Jawab Peter masih terus sibuk berkutat dengan menu sarapan pagi itu.Dia membuat roti bakar dengan selai kacang dan meletakkannya di piring bersama dengan telur dadar.
Peter memperhatikan Garri yang sedang bercanda dengan Leo hingga membuat balita itu tertawa.
Sekarang ini Leo sedang duduk di mejanya dengan memainkan oatmeal di depannya.
"Hai...jangan lakukan itu...kau harus memakan sarapanmu..."
Ucap Garri, dia mengambil sendok dari tangan Leo dan memakainya untuk menyuapi balita itu.Baru beberapa kali suapan tampak Peter meminta Garri memberikan sendok yang di bawanya.
"Biar aku yang menyuapinya, kau sarapan saja"
Pinta Peter sembari menengadahkan tangannya.Garri segera beranjak dari tempat duduknya dan memberikan sendok yang di pegangnya pada Peter.
Pria itu perlahan duduk di kursi di depan meja yang sudah terhidang masakan buatan anak buahnya.
Entah kenapa Garri merasa situasi pagi itu sedikit kaku.
Dia melihat Peter tidak banyak bicara, membuat perasaan Garri jadi tidak tenang."Bos..."
Suara Peter mengalihkan perhatian Garri dari piringnya."Iya..."
Jawab Garri agak canggung."Kalau boleh tau, apa yang akan kau lakukan pada Leo.
Karena tidak mungkin aku akan berada di sini dan menjaganya terus-meneruskan...?"Garri terdiam sejenak, dia memperhatikan Peter yang sedang menyuapi Leo.
"Kenapa kau menanyakan hal seperti itu...?
Apa kau tidak suka tinggal di sini...?"Peter segera berpaling memandang ke arah Garri yang menatapnya dengan pandangan tajam.
"Bukan begitu, aku tidak keberaran tinggal di sini dan mengurus Leo, hanya saja apa tindakan mu setelah ini...
Maksud ku apa kau tidak mau mengadopsinya...?"Garri terdiam.
"Kalau soal itu...menurutmu bagaimana...?""Kenapa malah bertanya pada ku...?"
"Karena kaukan ibunya..."
Peter mengerutkan dahi saat Garri mengatakan hal itu.
"Aku hanya sekali menyusui Leo dan kau selalu bilang kalau aku ini ibunya...
Aku ini bukan wanita...""Lalu kau mau jadi ayahnya...?"
Garri melahap telur dadar buatan Peter, pria itu terlihat mengerutkan dahinya.
Ada yang aneh dengan rasa telur buatan Peter kala dia mengunyahnya.Rasanya sangat manis....
"Harusnya begitukan...?"
Garri meneguk segelas air putih di depannya sebelum menanggapi ucapan Peter barusan.
"Tidak papa jika kau mau jadi ayahnya, aku yang akan menjadi ibunya.
Dan karena kau ingin jadi ayah dari putra ku.
Kau harus memenuhi semua kebutuhan kami berdua.
Apa kau bisa melakukan itu...?"Peter menelan ludah.
"Kenapa jadi aku yang harus memenuhi kebutuhan kalian...?""Bukannya itu memang tanggung jawab seorang ayah.
Jika kau mau kita berganti posisi, aku akan kembali ke kamarku dan mengganti pakaianku.
Kau bisa bekerja di kantor sekarang...""Aku mengerti...
aku tidak akan mungkin bisa jadi Ayahnya...
Baiklah...aku akan jadi ibunya.
Tapi kau harus membayarku dengan sangat mahal..."Garri menyunggingkan senyumnya.
"Aku sudah bilang pada orang tua mu akan memberikan gaji dua kalilipat padamu...""Benarkah itu...?
Kenapa kau tidak memberitahu ku...?""Karena ku pikir kau tidak akan perduli soal itu..."
Garri kembali memasukkan suapan berisi telur dadar ke dalam mututnya.
Dia memaksakan diri untuk menelannya dengan bantuan air putih."Jelas saja aku perduli, aku butuh banyak uang untuk membayar cicilan rumahku..."
Garri menatap Peter sekilas sebelum kembali memakan sarapannya.
"Jangan terlalu meghawatirkan soal itu, kau jaga saja Leo baik-baik.
Biar aku yang mengurus semuanya...""Apa maksud Bos dengan mengurus semuanya...
Apa kau mau melunasi cicilan rumah ku...?""Tidak juga..."
Jawab Garri enteng, hingga membuat wajah Peter berubah masam.Garri segera bangkit dari duduknya, pria itu mengeluarkan kartu kredit dari dalam dompetnya dan meletakkan benda itu ke atas meja.
"Gunakan untuk membeli kebutuhan kalian..."Garri tampak berjalan mendekati Leo, dia membungkukkan badannya dan mendaratkan kecupan ke kening balita itu.
"Kau tau ibumu itu sangat perhitungan soal uang, kau harus meniru sikapnya...
Suatu hari dia pasti akan menjadi orang kaya dengan perhitungan keuangannya yang sangat mengerikan seperti itu"
Ucap Garri sambil tertawa renyah membuat wajah Peter merona merah.Garri perlahan menegakkan kembali tubuhnya.
Dia menatap ke arah Peter yang berdiri mematung memakai afron.
"Lain kali lihat dulu sebelum kau memasukkan gula ke dalam telur dadarmu...
Kau pagi-pagi sudah menyiksa perutku""Astaga...benarkah itu...?"
Peter segera berlari ke arah meja makan, dia melihat piring Garri yang sudah bersih.
Pemuda itu mencoba telur dadar di piringnya sendiri dan langsung memuntahkannya ke tempat sampah."Rasanya tidak enak...!"
Pekik Peter tak tak percaya dengan keteledorannya."Kenapa kau diam saja dan menghabiskannya...?
Aku tidak percaya Bos bisa menelan makanan mengerikan seperti ini..."
Ucap Peter sambil meneguk air mineral di depannya.Garri terlihat tersenyum geli menatap wajah Peter saat merasakan masakannya sendiri.
"Itukan buatan mu, mana mungkin aku tidak memakannya.
Dan di lidahku rasanya tidak seburuk itu..."Wajah Peter semakin memerah saat dia mendengar ucapan Garri padanya.
"Soal Leo, kita berdua bicarakan nanti malam saja"
Garri melihat jam casio di pergelangan tangannya.
"Aku harus berangkat kerja sekarang..."
Garri beranjak dari tempat itu dan meninggalkan Peter dalam keadaan jantung berdegup kencang.Peter tampak tertegun, dia meremas dadanya kala melihat Garri sudah menghilang dari pandangannya.
Bos sialan, ini pasti pengaruh karena dia menciumku semalam.
Itu sebabnya jantungku berdebar-debar karena menerima kebaikannya.Situasi ini sangat tidak normal, akan gawat jadinya jika aku tetap tinggal di sini bersamanya...
Tapi aku tidak punya pilihan lain...
Aku tidak bisa meninggalkan dia berdua saja dengan Leo.Nanti malam aku akan memintanya mencari pengasuh bayi agar aku bisa kembali ke dalam kehidupanku yang normal.
Aku harus menjauhinya....
KAMU SEDANG MEMBACA
Upnormal Situation (Selesai)
RomanceWARNING....!!! ZONA PELANGI 11-11-2017 s/d 11-02-2018 cerita cinta komedi romantis mengandung unsur Boy Love di peruntukkan Reader usia 18+ Masalah yang dihadapi Garridan Bennet, membuat CEO muda itu menyeret masuk salah satu anak buahnya yang berna...