Chapter 72

2.8K 174 2
                                    

1 bulan kemudian....

Setelah enam bulan berlalu, hari ini menjadi hari terkhir Risa tinggal dipesantren, barang yang dulu Risa kemas dari rumah untuk dibawa kepesantren sekarang sudah kembali terkemas untuk dibawa pulang dari pesantren ke rumah.

"Insya Allah tiga bulan lagi kamu juga akan menjadi keluarga kita Sa"

Perkataan Fa'iz tidak mampu Risa pahami dengan baik, terlihat dengan jelas dari kerutan keningnya tanda bahwa dia sedang meraaa kebingungan.

"Kamukan calon adik ipar"

Perkataan Fa'is berhasil membuat orang - orang yang mendengarnya tertawa sedangkan Risa hanya mampu menunduk dalam karena menahan malu.

Enam bulan tinggal dipesantren terasa begitu singkat bagi Risa, karena selama dipesantren dia merasa nyaman, memiliki banyak teman yang menyayanginya, tinggal dipesantren membuat Risa merasa tinggal dirumahnya sendiri dan orang - orang yang ada dipesantren sudah seperti keluarga bagi Risa. Sekarang setelah dia sudah benar - benar merasa nyaman dia harus pergi meninggalkannya.

Selama perjalanan pulang Risa tidak banyak berbicara, gadis itu lebih banyak memilih diam dari pada mengeluarkan suaranya.

Saat mobil yang Dimas kendarai berhenti trpat didepan pekarangan rumah, Dimas baru saja menyadari jika sejak tadi Risa diam karena gadis itu ketiduran. Tenang dan damai itulah yang bisa Dimas lihat dari wajah Risa yang sekarang hanya terlihat bagian matanya saja, mata Dimas masih tetap menatap Risa dengan lekat, Dimas tahu begitu banyak permasalah yang pernah Risa lalui sendiri namun sekarabg dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan membiarkan Risa merasa sendirian lagi. Saat Risa berada dalam titik tersulit hidupnya Dimas selalu ikut merasakan sakitnya, apalagi ketika Risa di ponis terkena kanker otak stadium dua, semua itu bagaikan sebuah mimpi buruk bagu Dimas.

Setelah membangun Risa Dimas turun dari mobilnya, hal pertamayang dilihatnya adalah sebuah senyuman cerah dari dua wanita yang sangat dicintai Dimas melebihi dirinya sendiri, Risa ikut berjalan menghampiri nenek dan bibinya dengan wajah bangun tidurnya yang akan terlihat dengan sangat jelas jika gadis itu tidak memakai cadarnya.

Zahra merentangkan tangannya sebagai tanda dia ingin memeluk tubuh keponakan yang sudah lama dia rindukan, namun Risa hanya membalas pelukan sang bibi dengan sisa nyawa yang belum terkumoul penuh karena dia baru saja bangun tidur.

"Aduuh, Risa baru pulang udah disuruh makan saja"

Setelah Zahra dan oma Riantybmelepas rindu kepada Risa keduanya langsung menyeret Risa kemeja makan, mereka seakan tidak mempedulikan Risa yang masih terlihat lemas karena baru saja bangun tidur.

"Kamu tidak rindu apa sama masakan tante dan oma ?"

Wajah ceria yang tadi Zahra tunjukan seketika berubah menjadi muram karena mendengar ucapan Risa yang bagi orang lain mungkin akan terbiasa tapi tidak untuk Zahra, perempuan itu berpikir bahwa Risa sudah tidak mau memakan masakannya. Memang setelah mengandung Zahra cenderung menjadi lebih sensitif dan mudah menangis mungkin itulah yang menyebabkan Zahra merasa tersinggung dengan ucapan Risa yang terkesan biasa

"Ya pasti rindu, masakan kaliankan yang paling enak"

"Kamu jadi cucu bisa saja membuat hati orang tua senang"

Oma mencubit gemas pipi Risa, cuvu semata wayangnya yang sangat disayanginya, bagi oma teramat sangat berarti saat dia terluka dan tersakiti saat itu juga dia merasakan rasa sakit yang Risa alami.

"Risa serius oma"

"Paling habis ini Risa ada maunya mah"

"Apaan enggak"

CAHAYA CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang