Chapter 5

5.1K 283 0
                                    

Author POV
Meskipun masih terdapat luka lebam dan perban di wajah dan tangannya Risa berangkat ke sekolah tanpa memperdulikan larangan dari nenek paman dan istri pamannya. Risa dengan segala sikap keras kepalaannya terus memaksa sang paman yang pagi itu paling sulit dibujuk dibandingkan dengan nenek dan tentenya.

Setelah melakukan begitu banyak bujuk rayu akhirnya Dimas sejutu Risa pergi kesekolah dengan syarat Rissa harus berangkat dengan diantar oleh Risa. meskipun enggan karena biasanya dia berngkat sendiri dan akan terlihat aneh jika tiba - tiba berangkat ssekolah akhirnya Risa menyetujuinya karena jika tidak Risa yakin pamannya itu pasti akan kembali pada keputuan awalnya untuk melarang Risa berangkat sekolah.

* * *

" Sa kemarin kemana kok gak masuk aku kesepian tau " Ujar Amelia yang selalu saja menguntit kemana  Risa pergi dan melakukan apa yang Risa lakukan.

"kamu kenapa wajahnya ko biru biru gini " Ujar Amel yang tidak hentinya mengajak Risa bicara saat di masuk kelas .

Tapi Risa tetap tidak  mengumbris Amel yang sejak tadi bicara ,dia berjalan menjauh dari Amel tapi dengan setianya Amel mengikuti Risa di belakangnya .

"Sa senin besok kita UN loh kamu pasti dapet nilai paling gede ,,padahal usia kamu 16 sedangkan kami yang sekelas sama kamu 18" Ujar Amel berceloteh ria saat sedang berjalan dibelakang Risa dan berusaha mengimbangi langkah Risa agar bisa berjalan bersampingan dengan Risa.

"sa kamu gak mau cerita apa tentang lebam ini"  Tanya Amel sambil mencoba menyentuh luka lebam diwajah Risa namun dengan cepat Risa segera menjauhkan wajahnya.

"Apa yang kamu mau ,kamu slalu ganggu aku ,buat aku pusing dengan melawan mereka yang tidak suka padaku berusaha dekat denganku apa sebenarnya tujuanmu"
Ujar Risa kesal dan dengan nada dingin karena dia terus diikuti gadis yang selalu ceria ini. Dia tidak perduli dengan sikap Amel yang selalu ceria dan ramah kepada siapa saja tapi yang Risa inginkan. Amel jangan pernah mengganggu Risa.

"Aku ingin kamu mengakui ku sebagai temanmu ,aku tidak meminta banyak aku hanya ingin kita bicara belajar bareng ,habisin waktu bareng sa ,,aku mohon beri aku kesempatan sa"Jawab Amelia sambil tersenyum dan menatap Risa dengan penuh kelembutan.

"Aku bahkan tidak pernah menganggap mu Amel " Ujar Risa dengan wajah datarnya membuat Amel menghembuskan nafasnya berat. 

Selalu saja berakhir dengan penolakan Risa. Amel selalu berpikir apa sebenarnya yang salah dengan dirinya? kenapa Risa selalu menolak berteman dengannya? apakah dirinya terlalu menyebalkan ? atau terlalu memusingkan untuk dijadikan teman?

"maka dari itu mulai sekarang belajar lah mererimaku " Ujar Amel sambil membawa Risa kedalam genggamannya.

Risa menatap tangannya yang tengah digenggam Amel, melihat tangan itu digenggam hati Risa menghangat, dia merasa ada orang yang perduli kepadanya selain paman, tante, dan juga neneknya. Tatepi sesaat Risa tersadar, dia kembali berusaha membentengi dirinya bahwa dirinya tidak bisa percaya kepada orang lain, hatinya sudah hancur berkeping keping karena penderitaannya selama ini, dia tidak akan membiarkan kepingan terakhir hatinya dikuasai orang lain hinggga kembali hancur. tidak akan cukup satu kali dia merasakan hatinya hancur dia tidak akan membiarkan hatinya kembali hancur dengan mempercayai orang lain dan berakhir menghianatinya. Risa menarik tangannya dari genggaman tangan Amel membuat Amel mendongan ]mentap Risa tepat dimatanya. Risa segera berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Amel yang masih berdiri ditempatnya yang hanya menatap punggung Risa yang semakin menjauh.

* * *
Saat mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk tugas akhir guru mereka memberi tugas membuat sebuah alat praga yang berhubungan denganTata Surya , Mata Percaharian, Budaya dan yang lainnya .

CAHAYA CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang