Chapter 12

3.8K 233 0
                                    

Setelah selesai membayar buku Risa segera keluar dari toko buku tersebut, yang Risalakukan saat keluar dari toko buku adalah berdiri mematung di depan toko buku  sambil membolak balikan buku yang baru saja dibelinya itu, meninmbang nimbang apakah isi buku ini akan menecuri hatinya sama seperti ketika cover buku ini menarik hatinya sampai dia rela berdebat dengan orang tidak jelas itu .

"mba mba balikin bukunya itu punya saya "
Tiba tiba suara bariton itu muncul dari belakang Risa dan membuat Risa jengah mendengarnya.

"mba denger ga sih saya sedang bicara dengan kamu "
Ujar orang itu yang belum juga lelah mengikuti Risa karena memang dia tidak kunjung mendapat respon dari Risa yang hanya cuek cuek saja.

"yang bayar bukunya saya berarti bukunya milik saya "
Ujar Risa dengan tegas, kemudian dia berlalu pergi meninggalkan orang yang sejak tadi mengikutinya tanpa lelah.

Diana Merisa (Risa) POV
Setelah meninggalkan orang bawel itu aku masih asik keliling keliling lihat lihat di sekitar mall sambil sesekali membuka buku baru ku ini.

Aku sungguh sangat penasaran dengan isi buku ini . Karena tidak sabar ,akhirnya aku memutuskan untuk membaca bukunya sekarang juga, beruntung di mall ini menyediakan kursi untuk para pengunjung jadi aku bisa duduk sambil membaca disana sambil menunggu om Dimas sama tante Zahra pacaran juga dari pada ngikutin mereka dan bikin hati panas ya mending disinikan ngadem sambil baca buku.

Karena keasikan baca, tenggorokanku terasa kering, aku merogoh tasku mencari air mineral. aku memang  selalu membawa air mineral kemanapun aku pergi entah mengapa aku merasa jika aku minum maka perasaanku menjdi lebih tenang, itu sebabnya aku selalu membawa air mineral kemanapun aku pergi.

Tapi saat aku merogoh isi tas ku ternyata tanpa disengaja ada sesuatu yang terjatuh kelantai dari dalam tasku yang ternyata itu adalah fotoku hasil jempretan si om super jahil ku, dan dengan tidak berprikemanusianya dia mencetak potoku yang tidak berbentuk itu dan menyimpannya dibalik pintu kamarnya semdiri. Aku tidak tahu apa  om Dimas memajang potoku tapi yang pastinya aku yakin dia selalu menertawakan potoku ini setiap kali dia akan tidur, untung saja aku bisa merampasnya dengan segera jika tidak pasti poto ini sudah menjadi bahan tertawaan tante Zahra pula. Ya meskipun kesal tapi aku slalu membawa poto ini, dan entah kenapa setiap kali aku melihat poto ini aku selalu takut, takut jika aku tidak bisa lama lagi bersama orang orang yang kucintai. Takut jika waktu aku menghabiskan wakfu bersama oma, tante Zahra dan juga om Domas hanya tinggal sedikit lagi. Karena takut poto itu hilang aku selipkan saja poto itu di dalam buku yang baru saja  aku beli, lalu aku meneguk air minum ku sampai setengah tandas .

Sudah hampir 25 halaman yang aku  bacaternyata sulit untuk aku bisa mencerna isi dari buku ini saat aku membacanya ditempat umum seperti ini. Tante Zahra dan Om Dimas juga entah kemana sejak tadi tidak ada kode atau tanda dari mereka akan segera kembali, belum ada pesan dari mereka yang mengatakan bahwa acara pacaran mereka telah selesai. Tahu akan begini aku tidak akan membiarkan mereka pacaran tadi kenpa aku tidak kepikiran ajak mereka ke Miapoli ya padahal biar aku main perosotan sama anak kecil atau balita mereka nungguin berdua, kan pasti aku gak akan bosen begini.

"Makannya jadi anak tuh jangan nakal ,,bandel banget ,nyusahin tau gak kamu "
Maki seorang perempuan pada anak kecil yang sedang dijewer  perpuan itu. Anak itu menangis merintih kesakitan.

Lalu tak lama datang seorang laki laki
dari dalam sebuah toko tepatnya toko mainan sambil menggenggam sebuah paper bag ditangannya, laki laki iti menghampiri anak dan
istrinya.

"Lihat yang kamu perbuat malu maluin aja jadi anak ,udah nangis nangis di dalam di jatohin lagi kan ayah jadi harus ganti rugi "
Maki laki laki itu pada anak yang sama.

Aku masih duduk di tempat awalku .  Menyaksikan setiap perlakuan yang kedua oramg tua itu lakukan ,semuanya sungguh membuatku merasa merinding tiba tiba bayang bayang dimana ayah penyiksaan dan kemarahan ayah dan ibu berputar memenuhi setiap ruang kepalaku seakan sebuah film. Sungguh membuatku semakin takut. Aku memejamkan mataku lama mencoba menenangkan hatiku .

Tapi saat aku buka mata mengapa semua oramg di mall ini berubah menjadi ayah ibu yang sedang menatapku dengan kilatan marah di matanya. Mereka semua mendekat matanya terlihat seperti sangat marah padaku

"HEH ANAK PEMBAWA SIAL ,KENAPA KAU MASIH HIDUP ,,AKU TIDAK MENGHARAPKANMU "

kata kata itulah yang terdengar terus terngiang berulang ulang kali membuatku menutup telinga rapat rapat tapi suara itu malah semakin jelas terdengar di telingaku .

Aku sudah tidak tau apa yang harus aku lakukan aku menutup mataku tak berani membuka mataku tubuhku sudah menegang dan aku tidak tahu harus bagaimana.

Apa yang harusku lakukan ? jeritan batin Risa yang kini air matanya mulai mengalir membasahi pipinya .

#R22R05

CAHAYA CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang