Chapter 67

3.1K 195 10
                                    

Kedua irang tua Angga, Zahra, Dimas dan Risa masih setia menunggu diruang rawat Angga, keadaan laki - laki itu masih tetap sama, terlelap dan masih belum membuka matanya meskipun beberapa hari lalu sempat memberi respon dengan menggerakan jari - jari tangannya.

Setelah hari dimana Angga memberi respon dengan menggerakan jemari tangannya, dokter mengatakan bahwa Angga harus terus diajak berbicara oleh orang - orang terdekatnya, respon yang Angga tunjukan beberapa hari lalu menunjukan bahwa Angga bisa mendengar apa yang orang - orang sekelilingnya katakan, maka dari itu Angga harus terus diajak berbicara, diajak berbucara mengenang kisah kisah bahagianya agar bisa mengugah semangatnya untuk segera bangun dari komanya.

"Kamu mau pulang sa ?"

Dimas menatap Risa yang kini tengah duduk disofa kamar rawat Angga sambil memejamkan mata dan menyandarkan punggungnya.

Sejak tadi kepalanya kembali terasa sakit, beberapa hari terakhir tubuhnya juga sering merasa lemas, dan sekarang dia sengaja duduk dengan posisi menutup mata dengan punggung bersandar berharap bisa mereda rasa sakitnya, dia tidak ingin mengatakannya kepada Dimas karena Risa tahu pamannya itu pasti akan sangat mengkhwatirkan keadaannya.

"Risa hari ini nginep di rumah sakit aja ya om, sekalian besok ambil hasil tes, biar gak bolak balik, Risa juga periksanya di sini kan"

"Kamu masih sakit wajah kamu aja madih pucet gitu"

Dimas tahu keadaan keponakannya belum benar - benar sehat, tergambar dengan jelas dari wajahnya yang terlihat pucat, dan jika Dimas membiarkannya menginap dirumah sakit bagaimana dia bisa sembuh.

"Engga Risa udah sehat "

"Yaudah, kayaknya semangat banget mau nemenin Angga"

Mendengar godaan dari Dimas Risa hanya mendelikan matanya sebal, pamannya itu selalu berhasil membuatnya merasa kesal diwaktu yang tidak tepat. Seperti sekarang dia sedang ada dirumah sakit area yang diharuskan tenang dan jang berisik, jika tidak ada dirumah sakit mungkin Risa sudah menjawab godaan pamannya hingga membuat mereka terlibat dalam percekcokan.

Satu jam yang lalu kedua orang tua Angga pamit pulang karena memang mereka semalam menginap, tersisa Dimas, Zahra dan Risa yang kini sedang menunggu Angga. Risa masih duduk terdiam dengan matanya yang masih terpejam, dia berusaha melebur rasa sakit yang menjalar dikepalanya.

"Aku cari makan dulu ya"

Zahra dan Risa menoleh kearah Dimas yang sedang berdiri didekat pembaringan Angga kemudian keduanya dengan kompak menganggukan kepalanya.

"Tante Zahra ikut aja, kalian pacarannya di luar sana, gak inget apa disini masih ada anak di bawah umur pake mesra mesraan di sini juga"

Risa berkata dengan suaranya yang terdengar judes membuat Dimas terkekeh geli mendengarnya sedangkan Zahra hanya tersenyum.

"Bilang aja kamu sirik"

Risa memdelik kesal kearah pamannya, tapi kali ini dia lebih memilih diam, karena dia sadar jika menjawab perkataan pamannya tidak akan ada ujungnya.

"Kalau tante ikut kamu sendiri nanti"

"Gak papa tan, nanti om Dimas repot lagi bawa makanannya"

"Bener gak pa - pa"

Risa tersenyum sambil menganggukan kepalanya untuk meyakinkan kepada pasangan halal dihadapannya bahwa dia akan baik - baik saja.

"Kalau ada apa apa langsung telepon"

Risa menganggukan kepalanya, Dimas dan Zahra berlalu pergi. Dia merasa beruntung Dimas ingin pergi jadi setidaknya dia memiliki peluang untuk membiarkan paman dan bibinya pergi dari ruangan, karena dengan adanya mereka didekat Risa benar - benar membuatnya merasa tidak nyaman dengan keadaan kepalanya yang sedang tidak bisa diajak kompromi.

CAHAYA CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang