Jika pagi - pagi biasanya Risa akan menghampiri meja makan sendirian dngan memasang wajah datar berbeda pagi ini, perempuan itu turun bersama sosok laki - laki yang menyandang status suaminya, wajah kedua manusia itu terlihat cerah dan berseri - seri.
"Yang pengantin baru wajahnya cerah bener"
Risa menatap Dimas dengan tatapan mengintimidasi, lalu tanpa aba - aba Risa langsung mencubit perut Dimas dengan sangat kuat sehingga menyebabkan laki - laki dengan gelar barunya sebagai calon ayah itu menjerit kecil karena kesakitan.
"Aduh, sakit - sakit"
"Kamu jadi keponakan sadis bener dikasih makan apaan sih kamu perasaan kamu doyannya tempe deh bukan racun"
Tangan Dimas masih sibuk mengelus perutnya bekas cubitan dari Risa sedangkan pelaku yang mencubit hanya menatap Dimas sinis seakan dia tidak peduli dengan pamannya yang terlihat kesakitan.
"Kalian kalau ketemu gak pernah bisa akur, kalian undah punya pasangan tapi kelakukan masih kaya bocah berubut mainan, Dimas kamu malu dong sama Zahra dan Risa kamu gak malu sama Angga sayang"
Perkataan oma Rianty berhasil membuat Risa dan Dimas terdiam diwaktu bersamaan tidak ada ringisan kesakitan dari mulut Dimas, tidak ada tatapan mengintimidasi dari Risa kepada Dimas, keduanya benar - benar diam seperti anak kecil yangsedang dimarahi ibunya.
"Maaf"
Risa dan Dimas berucap kata maaf bersamaan membuat orang - orang didekat mereka tersenyum melihat tingkah mereka.
"Hari ini jadwal kamu kemoterapi yang ketiga, om gak mau tahu pokoknya kamu harus mau ke rumah sakit karena kamu udah janji, okey, jangan cari - cari alasan lagi, kali ini om gak terima alasan apapun"
Dimas berkata dengan tegas pertanda bahwa dia tidak ingin dibantah lagi oleh Risa, mereka memang kerap kali bertengkar karena hal sepele, saling mengejek. Namun, dibalik itu semua tersimpan segudang kasih sayang dari Risa untuk Dimas dan dari Dimas untuk Risa.
"Besok saja om, hari ini Risa mau ke kampus"
"Hari ini kamu kerumah sakit buat kemoterafi Sa, kamu udah janji sama om"
"Sayang itu semua demi kebaikan kamu, kamu mau sembuhkan, makannya kamu harus ke rumah sakit buat kemoterafi ya"
Zahra membelai kepala Risa kemudian mngenggam tangan Risa, dia menatap Risa tepat dimatanya sedangkan Risa yang mendapatkan perlakuan selembut itu tidak mampu harus menolaknya seakan setiap perlakuan yang Zahra lakukan kepadanya berhasil menghipnotis Risa.
Setelah itu semua fokus pada makanan mereka, bertepatan setelah acara sarapan selesai tiba - tiba fokus mereka beralih pada Risa yang batuk - batuk dengan tangannya yanh mencengkram bagian kepalanya. Suara batuk Risa tiba - tiba berubah menjadi suara muntah, dari balik cadar berwarna ping yang Risa gunakan terlihat ada bercak merah, hal itu tentu membuat semua orang yang masih berada dimeja makan menjadi panik. Angga yang semula duduk disebrang Risa langsung bergerak mendekati tubuh Risa, tangannya menggenggam tangan Risa dengan begitu erat, matanya fakus menatap Risa yang masih menunjukan ekspresi kesakitan.
"Sayang buka dulu cadarnya ya"
Setelah Zahra berhasil membuka cadar yang digunakan Risa, mata semua orang langsung membulat kaget karena mendapati mulut Risa yang bersimbah darah.
"Bawa kerumah sakit Angga, ayo bawa Risa kerumah sakit Dim"
Oma Rianty berkata dengan cemas, wajahnya menyiratkan begitu banyak ke khawatiran, ada secercah rasa takut yang memenuhi hati setiap Risa saat melihat keadaan Risa sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA CINTA
SpiritualDia yang hidup tanpa pernah mendapat sentuhan dari orang tua ,tanpa mendapat kasih sayang, pelukan dan ciuman dari kedua orang tuanya . Iri ,tentu . menharapkan ,sangat . Tapi perlakuan yang di dapat Risa dari kedua orang tuanya ,membuat Risa sadar...