awal yang buruk

1.1K 54 5
                                    

"Hai semua" sapa seseorang.

"Ehh, lo bukannya yang waktu itukan?" Kata Rain seperti mengingat mereka pernah bertemu.

"Siapa yah kak?" Tanya cewek itu sambil duduk di sebelah Justin dan senyum kearah Justin yang membuat Rain panas.

"Loe lupa gue? Emang kalau cabe mah gitu eh salah terong eh bukan, terong di cabein mah gitu, cepet lupa, gue itu orang yang lo tabrak dua kali itu. Satu, di rumah Leiya. Dua, di toilet itu. Dan gak minta maaf, terus dengan gak tau malunya lo duduk di sebelah cowok gue?" Kata Rain dengan emosi yang meluap orang yang ada di situpun melongo melihat Rain.

"Gue bukan cabe, terong, ataupun terong di cabein kek yang lo omongin, gue punya nama, kenalin, gue Flora. Teman Ralia sih tapi lebih tepatnya musuh." Katanya melihat ke arah Ralia yang membuang mukanya.

"Ohh, jadi lo Flora yah? Deket banget lo sama cowok gue?" Kata Rain sambil duduk memakan makanannya.

"Cowok lo? Emang cowok lo siapa? Dia?" Tanya Flora menunjuk ke arah Biru dan merangkul Justin yang diam saja.

"Ehh cabe, orang yang lo rangkul itu cowok gue, lepasin gak!" Marah Rain semakin menjadi.

"Kak Justin? Lo pacaran sama kak Justin? Tapi kok kak Justin bilang ke gue kemarin dia itu gak punya pacar? Kak bener kakak pacar dia?" Tanya Flora manja pada Justin.

Brakk

"Ohh, jadi lo udah gak punya pacar? Terus kejutan ini buat apa? Buat lo nunjukin cewek cabe ini ke gue? Iya? Jawab!" Kata Rain sambil menunjuk Justin.

"Gak, aku gak ada niat kayak gitu, aku masih pacar kamu." Kata Justin memegang tangan Rain.

"Kak... Ihh ngapain pegang-pegang tangan dia sih?" Marah Flora.

"Ehh tau malu dong lo, dia ini pacarnya, lo bukan siapa-siapa juga, ngapain lo marah?" Marah Ralia.

Zayn yang sudah tau bahwa Ralia akan marah semakin besar jika dibiarkan pun menarik Ralia keluar.

"Gue ini calon pacar kak Justin." Kata Flora lagi. Quira yang sudah melihat Rain ingin menangis karna Justin, ingin membantu tapi di halangin oleh Louy.

"Ini urusan mereka, kita keluar." Kata Louy menarik Quira keluar.

"Rain, aku gak mungkin mau sama dia, aku berani sumpah, aku sama dia gak ada hubungan apa pun." Jelas Justin.

"Sekarang emang gak ada, nanti pasti ada kan? Lo kalau sukanya sama dia kenapa lo nembak gue? Lo kalau sama gue susah banget mau ketawa, tapi pas sama dia, lo gampang banget ketawanya. Lo kalau gak nyaman sama gue, gak usah deketin gue." Kata Rain berlinang air mata, Rain pun pergi, saat Justin ingin mengejar dia di tahan Flora.

"Lepasin!" Perintah Justin.

"Ihh kakak..." Kata Flora menahan Justin.

Biru yang masih ada disana, berinisiatif mengejar Rain. Tapi sebelumnya ia mengatakan sesuatu pada Rain.

"Jangan pernah buat orang kecewa. Kepercayaan hanya datang satu kali. Kalau terjadi apa-apa sama Rain. Gue yakin lo tinggal nama." Kata Biru mengejar Rain.

Diluar mereka melihat Rain berlari dengan air mata. Saat mereka yang ada di luar ingin mengejar Rain, mereka dihalangin Biru.

"Gue aja, kalian semua pada kumpul di rumah Rain, naik mobil Rain yang dibawa Quira tadi, pastiin, Justin gak masuk kerumah." Kata Biru dan di angguki oleh semua lalu berlari lagi mengejar Rain. Mereka yang lainpun pulang dengan keadaan cemas.

Sementara didalam caffe.

"Udah gue bilang, jangan deketin gue, apa lo gak ngerti? Lo mesti make bahasa apa lagi sih? Bahasa hewan?" Marah Justin.

"Kak, aku cuma mau deket masa di marahin, kenapa kakak lebih milih cabe kayak dia daripada gue sih kak? Gue kan lebih cantii dari pada dia." Kata Flora menangis.

"Dia beda, dia baik, tulus, dan gak ada drama dalam hidupnya, dia gak kayak lo. Gue pergi, jangan deketin gue lagi!" Peringat Justin kepada Flora dan mengejar Rain.

"Tunggu aja kak, lo bakal jadi milik gue, kalau gue gak bisa dapetin lo, kak Rain juga gak bisa." Katanya setelah Justin pergi.

Rain masih menangis dan berlari, dia tidak tau dia harus berlari kemana lagi, dia sudah capek. Bukan hanya capek karna lari, tapi karna dia selalu sakit hati.

"Rain, berhenti gue bilang." Kata Biru menahan Rain, dan Rain langsung berhenti tanpa membalikkan badannya. Biru pun berjalan mendekat.

"Hei, kenapa lo harus nangis?" Katanya ketika sudah berada di belakang Rain dengan jarak yang lebih dekat. Tapi Rain tidak menjawab.

"Segitu cintanya lo sama dia?" Kata Biru membalikkan tubuh Rain, dan Rain semakin menangis.

"Kenapa dia selalu bohongin gue? Apa dia gak cinta lagi sama gue? Berarti semua yang dia omongin selama ini bohong, emang semua cowok sam..." Ucapan Rain terhenti saat Biru meletakan jarinya di bibir Rain.

"Jangan ngomong itu, gak semua cowok kayak yang lo bilang,gak semua cowok brengsek kek yang ada di otak lo. Gak semua ucapan cowok itu bohong. Dan gak semua cowok itu jahat." Kata Biru menatap Rain dengan lekat.

"Terus kenapa Justin buat gue marah udah berkali-kali? Kenapa gue selalu nangis karna cowok? Kenapa semua cewek harus nangis karna cowok? Apa itu takdir dari tuhan? Kenapa takdirnya begitu pedih? Kenapa? Kenapa? Jawab!" Bentak Rain dan masih saja memukul Biru dada bidang Biru dari sejak awal dia ngomong tadi, Biru yang sudah merasa sakit pun langsung menarik Rain kedalam dekapannya.

"Jangan nangis karna cowok, gue gak suka liat lo nangis, gue bakal buktiin ke lo. Gak semua cowok itu sama." Kata Biru mengusap lembut rambut Rain.

"Buat gue yakin, gak semua cowok sama, hiks... Hiks" tangisan Rain makin menjadi bahkan isakkannya pun tak dapat dia tahan.

"Kenapa lagi sih?" Tanya Biru dan mengajak Rain duduk di kursi taman.

"Gue salah, coba ae dulu gue gak pacaran sama Justin. Pasti gue gak akan sakit hati. Sekarang gue gak mau ketemu dulu sama dia dan itu membuktikan kita bakal kehilangan satu teman. Maafin gue, gue salah. Gue langgar kata-kata gue sendiri saat gue bilang gak akan pacaran sama sahabat sendiri pas lo nembak gue. Coba aja gue tetep berpegang teguh pada prinsip gue. Pasti gue gak akan sakit hati, dan kalian gak bakal kehilangan sahabat kalian karna keegoisan gue." Kata Rain tersedu-sedu sambil bersandar pada Biru.

"Jangan salahin diri lo sendiri, jangan menganggap hanya lo aja yang salah disini. Kita semua punya kesalahan masing-masing." Kata Biru dan menghapus air mata Rain.

"Tapi yang paling salah disini itu gue,gue bodoh udah nerima Justin. Gue bo..." kata Rain terpotong dan sudah tidak sadar karna pusing.

"Ehh,Rain, lo gak papa, bangun bego." kata Biru mulai cemas. Biru yang cemas tidak tau lagi mau bagaimana,tapi saat dia ingin menggendong Rain...
Tiba-tiba
























































































































































***
"Benar kata orang,penyesalan selalu datang belakangan dan tak terduga. Tapi apa semua penyesalan membawa kesedihan? Tentu iya, namanya juga menyesal,pasti sedih."
Hujan&Basket

🌸🌹🌸

Hai semua...
Maaf nunggu lama cerita gaje ini...
Emang ada yang nunggu?
Ohh iya, author sebenarnya mau buat part khusus Q&A....
Tapi author pikir lagi,emang ada yang mau nanya?
Tapi klau ada, komen aja, tunggu banyak yang tanya baru di jawab.
Boleh tanya ke Rain, Justin, Biru, Ralia, Zayn, Quira, Louy, Flora, Arga, sama Defora.
Semua terserah kalian, bahkan nanya ke author juga boleh...
Hehehe😅😅
TBC

  Hujan&Basket||•Tahap Revisi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang