Kanker darah? stadium 4?

2.2K 76 0
                                    

"Beneran loe sayang sama gue?" Tanya Zayn memastikan, saat dia dan Leiya berjalan di taman rumah sakit.

"Iya... emang loe gak percaya yah?" Kata Leiya merengut.

"Percaya... emm... jadi, kita pacaran?" Tanya Zayn.

"Belum... soalnya..."

"Tapi loe bilang loe sayang sama gue, kok kita belum pacaran?" Tanya Zayn memotong ucapan Leiya.

"Jelas belum pacaran lah bego, loe aja belum nembak gue, emang gue cewek apaan yang langsung bilang kalau kita pacaran..." kata Leiya, dan Zayn hanya terdiam. "Gak niat buat nembak gue nih?" Tanya Leiya melihat Zayn kebelakang yang sedang mendorong kursi roda Leiya.

"Tapikan gue udah bilang kalau gue sayang sama loe, emang belum cukup?" Tanya Zayn dengan nada dibuat lucu.

"Belum lah, loe gak ngerti yah? Kalau cewek itu pengennya di tembak dengan cara yang so sweet... udah ah... gue males..." kata Leiya ngambek.

"Nih buat loe..." kata Zayn sambil berlutut di depan kursi roda Leiya dan memberikan sekuntum mawar merah/ae.../

"Dapet dari mana nih bunga?" Tanya Leiya sambil menerima bunga itu.

"Tuh... petik di situ... gak papakan? Soalnya gue gak tau kalau hari ini bakal nembak loe..." kata Zayn terus berjalan mendorong kursi roda.

"Gakpapa... wangi... makasih sekuntum mawar merahnya yah?" Kaya Leiya sambil menghirup wanginya.

"Sekuntum mawar merah? Kayak judul lagu... sekun..."

"Gak usah nyanyi... lagu dangdut, dan yang paling penting adalah.... suara loe jelek..." kata Leiya sambil tertawa pelan.

"Iya sayang yang suaranya bagus..." kata Zayn mencubit pipi Leiya.

***
Rain pov

"Leiya mengalami kanker darah bu... kami hanya bisa memberikan dia satu kantung darah tadi, karna kami takut, tubuhnya tidak merespon akibat menerima donor darah, kalau bisa Leiya harus menjalankan kemotrapi."

"Kami sudah tau jika Leiya mengalami kanker darah dok... dan sudah melakukan kemotrapi sebanyak 5 kali dok, dan kami pikir penyakitnya sudah terangkat seutuhnya, apalagi saat dia sudah terlihat sehat belakangan ini."

"Kami tidak tau kenapa itu terjadi bu, kankernya sudah stadium 4, di perkirakan hidupnya tidak lama lagi, jadi saya sarankan agak dia di rawat di rumah sakit dulu."

"Pah... Leiya pah... gak mau dia pergi"

Suara tangisan terdengar di dalam ruangan dokter tersebut.

"Sembuhkan anak saya, umurnya masih muda."

"Tapi..."

"Cukup dok, sembuhkan anak saya, saya akan bayar berapapun."

"Justin... Leo..." teriak gue mencari keberadaan Leo di sekitar koridor rumah sakit.

"Maaf mbak, bisa tenang sedikit?" Tegur seorang perawat.

"Ihh mbak sewot banget sih, gue lagi cari temen gue tau..." kata gue sambil celingak-celinguk mencari Leo. Saat perawat itu mau ngomong... "Gue tau kok, ganggu pasien... gue diem sekarang... ok mbak... dari pada ribut mending gue pergi... bye..." kata gue pergi tanpa peduli tatapan dan ucapan perawat resek itu.

"Eta..." panggil seseorang tapi seperti sebuah bisikan.

"Leo..." gue langsung berlari saat melihat bahwa itu adalah Leo, dan gue langsung meluk dia, gue tau dia kaget.

  Hujan&Basket||•Tahap Revisi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang