Menjauh

1.1K 55 3
                                    

"Ehh,Rain, lo gak papa, bangun bego." kata Biru mulai cemas. Biru yang cemas tidak tau lagi mau bagaimana,tapi saat dia ingin menggendong Rain...
Tiba-tiba



























































































Krukk krukk

"Ehh siapa yang perutnya bunyi nih?" kata Biru bingung.

"Ihhh... Kok gak lanjut sih gendongnya?" tanya Rain yang duduk dan mengelap sisa air matanya.

"Ehh, loh gak pingsan?" kata Biru bingung.

"Hehehehe, tadi gue males aja mau jalan ke rumah, pengen di gendong, soalnya gue lapar. Gak kuat jalan." kata Rain dramatis memegang perutnya.

"Ya udah,yuk pulang. Gue gendong." Kata Biru berlutut dihadapan Rain berniat ingin menggendongnya.

"Ehh bener nih gak papa?" kata Rain dengan senyum mengembang. Dan dijawab anggukkan oleh Rain.

Biru pun menggendong Rain di pundaknya, Dan berlari membawa badan Rain seperti seorang ayah yang mengajak anaknya bermain pesawat-pesawatan (taukan maksud author? Yang main pesawat-pesawat gitu. Bayangin sendiri yah"

Rain nampak senang,dan tertawa lepas. Meskipun masih ada sedikit kesedihan didalam hatinya. Tanpa mereka sadari,sedari tadi Justin melihat dari balik pohon. Saat Rain menangis di pelukkan Biru, Justin mengumpat dalam hati. Dan saat Rain tersenyum. Dia sedikit bahagia karna setidaknya Rain tidak terlalu sedih.

"Maafin si brengsek ini, yang udah bikin kamu nangis, bikin kamu terluka. Tapi kenapa kamu gak nangis di pelukkanku? Dan kenapa bukan aku yang membuatmu tersenyum?" kata Justin meninggalkan tempat itu saat Rain dan Biru pun sudah pergi.

Rain's Home

"Kak Rain, lo gak papa?" kata Ralia khawatir saat kakaknya turun dari motor Biru.

"Gak papa, gue laper. Yuk masuk makan." Kata Rain dan masuk, semua yang ada di situ bingung dan menatap. Tapi Biru hanya membalas dengan mengangkat bahunya dan menyusul Rain masuk. mereka yang lain pun akhirnya acuh dan masuk dalam.

At school

"Kak Rain.... Nih ponsel lo ketinggalan." teriak Ralia dari dalam mobil yang baru saja mengantar Rain kesekmengantar ingin mengantar Ralia ke toko buku. Yapp, Ralia sudah libur karna sudah menjalankan UN. Dan saat ini Rain sedang melakukan ujian kenaikan kelas.

(Author ae bru ujian semester ganjil, UN masih lama. Hehehehe😅😅)

"Ehh, iya lupa, thanks Ralia." kata Rain mengambil ponselnya dari tangan Ralia. Tapi Ralia yang diajak ngomong malah celingak-celinguk sendiri.

"Ralia, lo kenapa? Lo cari siapa sih?" tanya Rain pada adiknya, tapi tidak dihiraukan.

"Ya pasti cariin gue lah, iya ngak sayang?" kata Zayn merangkul Ralia dari belakang.

"Ehh, say- eh, kak Zayn." kata Ralia gagap.

"Ralia, Zayn, gue duluan." kata Rain saat melihat ada orang yang ingin masuk kedalam sekolah.

"Ehh, kak kok lo gitu sih." kata Ralia salah tingkah saat Zayn malah senyum manis padanya.

"Kita dikasih waktu buat pac-" kata Zayn terpotong.

"Kalau pacaran jangan sekarang." kata orang tadi yang membuat Rain pergi.

"Bang Justin?" kata Ralia kaget

"What? Apa?" teriak Zayn saat Ralia selesai terkejut. Ralia menatap bingung kearah Zayn, Zayn yang dilihat malah menatap tajam Ralia.

"Gue duluan." kata Justin saat melihat Rain dan Biru jalan bersamaan menuju kelas.

Memang kelas mereka sama, tapi apa harus sama Biru?
Apalagi Quira dibelakangnya sedang membaca buku, kenapa dia tidak berjalan bersama Quira saja?- Justin

"Rain..." teriak Justin pada Rain. Rain membalikkan saat dia tau siap yang memanggil ia pun berjalan dengan cepat, bahkan berlari.

"Rain, Rain," teriak Justin mengejar Rain. Rain malah acuh, dan malah duduk tempat duduknya bersama Biru. Dan itu membuat Justin panas saat ia berada di depan pintu kelas Rain.

"Ehh, Re, gue punya coklat,lo mau?" kata Quira pada Rain.
/alasan kenapa diatas itu 'Re' karna Rain, tapi kalau diomongin langsung kan Rein. Iyakan? Kalian bacanya gitu kan? Hehehehe😅"

"Mau dong, uhh enak banget" Kata Rain setelah memakan coklat dari Quira. Dan Justin masih menatap dari pintu.

"Biru... Ayo cobain nih, enak loh." kata Rain menawarkan coklat pada Biru, sambil terus menyantap coklat. Coklatnya lumayan banyak.

"Nggak." kata Biru halus sambil menatap Rain yang sedang makan.

"Ihh ayo..." paksa Rain. "Nih gue suapin... Aaa..." kata Rain menyuapi Biru dengan coklat. Mau tidak mau Biru memakannya. Rain yang melihat itu nampak senang. Justin tersenyum.

"Emm, gue ke toilet dulu." kata Rain beranjak dari bangkunya.

"Rain." Kata Justin saat Rain keluar dari kelas. Rain hanya melihat sekilas dan lanjut berjalan menuju toilet.

"Rain!" panggil Justin dan menarik lengan Rain.

"Lepas!" ucap Rain dingin.

"Rain, kamu kenapa sih?" kata Justin masih menarik tangan Rain yang memberontak ingin dilepaskan.

"Lepasin gue, gue gak kenal siapa lo, lepasin gue." kata Rain meronta.

"Diem." bentak Justin dan membuat Rain terdiam seketika.

"Gue mau ngomong soal yang kem-"

"Gue mau ke toilet, siapapun elo, gue mohon lepasin gue, sekarang!" kata Rain menarik tangannya kuat dan terlepas.

"Ohh iya, jangan ikutin gue, deketin gue, ataupun manggil nama gue. Gue gak kenal siapa lo" kata Rain menekan kata terakhir. Dia pun pergi berjalan ke toilet dengan air mata yang tak dapat ia bendung lagi.

Justin mematung mendengar bahwa Rain sudah tidak mengenalnya lagi. Itu sangat sakit.

Rain malah menangis, dengan kata-katanya sendiri yang membuat dirinya sendiri tersiksa. Karena harus terpaksa menjauh dari Justin.

***
"Menjauh bukan berarti meninggalkan. Menjauh hanya sekedar melonggarkan ikatan."
Hujan&Basket

"Sakit itu datang, saat lo bilang, lo gak kenal sama gue.-Justin"

"Sakit itu datang, saat gue bilang, gue gak kenal sama lo.-Rain"

"Tapi nyatanya, gue tetap cinta sama lo- Rain&Justin"

🌸🌹🌸

Yuhuu guys...
Author ketceh beneran bawa cerita kan malam ini...
Meskipun pendek...
Author sekarang jarang minta vote and coment yah?
Iyalah, kan author gak mau maksa...
Okok...
TBC

  Hujan&Basket||•Tahap Revisi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang