"Apa?" Teriak Rain. Tidak menyangka mereka tetangga.
"Nggak usah pakek teriak bisa nggak?" Tanya cowok itu.
"Sorry, sorry, gue syok. Perasaan rumah itu kosong deh... jangan-jangan.... jangan-jangan loe itu hantu...." teriak Rain lagi.
"Woi... biasa aja dong, sakit nih kuping gue... and gue bukan hantu...." kata cowok itu marah, dan Rain hanya tertawa pelan. "Nggak mau turin nih? Betah amat..." kata cowok itu lagi. Rain lansung turun dari gendongan cowok itu.
"Siapa sih yang betah? Geer...." kata Rain.
"Udahlah... suka-suka loe aja..." kata cowok itu pasrah.
"Loe mau mampir dulu?" Tanya Rain.
"Nggak" jawab cowok itu datar dan berlari kerumah merah di samping rumah Rain yang berwarna biru.
"Dasar cowok nyebelin..." teriak Rain memenuhi komplek.
Rain pov
Selesai membersihkan badan, gue pun langsung ke kamar, yah, kamar gue di lantai dua, gue kadang bingung sama orang tua gue, kanapa mesti di atas coba?
Sudahlah mungkin mereka lebih suka kayak gitu.
"Main ke balkon ah..." kata gue keluar balkon. Sesampai di balkon, gue melihat kebalkon samping yang lansung tersambung dengan balkon gue.
"Kayak ada orang, jangan-jangan itu hantu... ihh serem... ehh tunggu... tadi kan kata cowok nyebelin itu kalau dia tetangga gue... dan pas pulang, dia masuk rumah ini... apa ini kamarnya? Gue pastiin dulu lah..." kata gue pelan, lumayan gila gue ngomong sendiri... hehehe...
"Woi cowok nyebelin..." teriak gue. Cowok itu langsung berbalik. Dan gue melihat jelas sekali muka cowok itu, dan benar, itu adalah cowok nyebelin tadi.
"apaan?" Tanya cowok itu. Datar banget sih, nggak bisa baik dikit apa sama cewek secantik gue? Eh kok gue malah repot sih?
"Kamar loe disitu?" Tanya gue. Bodoh banget sih gue, yang pasti ini kamarnya lah.
"Iya.. ini kamar gue, dan itu kamar loe?" Tanya cowok itu. Belum sempat gue jawab. "Kamar kita sebelahan." Kata cowok itu datar. Dasar, gue belum jawab juga. Nyebelin deh.
Rumah gue ama dia emang mepet, dan itu membuat kamar kami sebelahan.
"Iya... by the way busway lewat siny... nama loe siapa?" Tanya gue to the point. Gue emang gak tau malu yah? Bodo amat lah.
"Justin Leonard. Udah taukan mestin panggil gue apa?" Katanya. "Nama loe?" Sambungnya lagi. Akhirnya dia tanya nama gue.
"Nama gue Rain Metafora, panggil aja gue..."
"Eta..." katanya memotong omongan gue lagi. Nyebelin banget kan? Bukan cuma banget. Tapi luar biasa nyebelin.
"Jangan." Marah gue.
"Kenapa? Eta bagus kali... nama itu kayak familiar banget di ingatan gue, ucapan gue, dan mulut gue." Kata cowok nyebelin itu, ralat, Justin. Dia boleh panggil gue Eta. Tapi kan cuma satu orang aja yang boleh panggil gue Eta.
"Emm... sebenarnya gak boleh... tapi ya udahlah... di bolehin aja..." kata gue pasrah, bukan karna kalah, tapi malas berdebat banyak.
"Loe bisa panggil gue Leo." Katanya. Baru baik loe, pasti karna gue kasih tampang pasrah yah? Hehehe..
Tunggu dulu... Leo? Nama yang cukup familiar... sabar yah...
Ahh gue inget... dulu gue panggil temen kecil gue pas umur gue 2 tahun, menuju ke 3 tahun lah. Dan sekarang umur gue mau 17 tahun, apa mungkin dia Leo yang sama? Gue harus pastiin.
"Eh loe dulu pernah tinggal di sini sebelumnya?" Tanya gue, mudah-mudahan dia jawab dengan baik.
"Iya... emang knapa?" Tanya nya. Aduh jawab apa nih?
"Gak papa, 14 tahun yang lalu loe pindah dari sini kan?" Aduh... kok gue banyak banget sih nanyanya? Dasar bego gue.
"Iya, dan sorry, gue manggil loe Eta, karna teman kecil gue dulu namanya Eta. Bukan Eta sih namanya, tapi gue sering panggil dia Eta." Jelasnya.
Gak salah lagi, dia Leo yang dulu... Leo... gue kangen... pengen deh peluk loe... gue ngomong aja kalau gue Eta yang dulu.
"Hiks... hiks..."
"Loe kenapa? Kok tiba-tiba nangis sih?" Tanyanya bingung. Bodoh, kenapa gue nangis coba.
"Gue... hiks.... Eta yang dulu... teman Leo pas umur 2 tahun, dan Leo pergi dari sini... gue selalu nunggu loe Leo... gue kangen..." kata gue nunduk.
"Hah? Jadi... loe Eta?" Tanya Leo. Bodoh banget sih, kan gue udah bilang kalau gue Eta.
"Iy..." belum sempet menyelesaikan ucapan gue, dia langsung lompat ke balkon kamar gue. Dan dia langsung meluk gue.. OMG HELLO... gue kangen pelukan ini... tampa aba-aba gue bales pelukan Leo, ralat, Justin.
"Gue ~~~~~~ sama loe...." kata Leo pelan dan gue gak dengar sepenuhnya.
"Kenapa?" Tanya gue, biar dia mengulang lagi.
"Gak ada... gue seneng aja bisa ketemu sama loe..." katanya.
Gue hanya tersenyum, Leo, mengeratkan pelukannya. Dan itu buat gue nyaman. Tapi udah malam, dan gue ngantuk. Leo melepaskan pelukannya.
"Gue pulang dulu... loe tidur yah? Udah malam..." suruh Justin pada gue, dan melompat ke balkon kamarnya dan masuk kedalam. Gue hanya menganggukkan kepala.
Udah gue putusin, gue bakal panggil dia Leo kalau lagi di rumah, atau cuma berdua aja, kalau lagi rame, tetap gue panggil Justin.
Okey Leo, selamat malam, mimpi indah yah? Sahabat gue.
Gue pun masuk dan memulai ritual malam gue, yaitu... bobo cantik.
☔☔☔
S
orry gaje...
Banyak typo yah? Maklumin... ketik pas lagi males...
Lanjut baca yah?
Oh iya guys...
Jangan lupa baca cerita teman ku yang paling cantik yaitu "Benci" , tapi tetap baca ceritaku juga...
Jangan lupa vote and coment yah....
Oh iya...
Yang buat yeyetweo yah...
Judulnya benci loh guys... jangan sampai ngak baca...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan&Basket||•Tahap Revisi (SELESAI)
FanficSemua orang memiliki kesukaan masing-masing, bahkan ada yang sampai berbuat salah ketika keinginan atau kesukaannya tidak tercapai. Tapi ini berbeda dengan dua anak manusia ini. Salah satunya menyukai Hujan, dan salah satunya menyukai Basket. Jika b...
