Segalanya

385 12 0
                                    

Sumpah ya gak nyangka banget udah 70,7k yang baca, OMG aku tuh bahagianya sampai ubun-ubun
Oke penunggu setia love kalian.
Baca sampai akhir, ada pengumuman buat kalian para pembaca tersetia, terlope-lope ulalala cetar membaha halilintar


_________

"Mommy, pulang sekolah nanti gak usah jemput Malvin." kata pemuda yang memanggil dirinya dengan sebutan Malvin.

Ya, Malvin Leonard, yang pasti anak dari Justin Leonard. Malvin, kembaran lima menit pemuda yang bernama Melvin Leonard.

"Loh, mommy mau ngajakin kalian ketemu daddy." kata wanita yang kiranya berusia 39tahun itu. Wanita yang sudah tak remaja lagi, tapi kecantikkan didalam hatinya bahkan diwajahnya tak pernah berubah.

Rain, ya Rain Metafora, wanita yang dulunya adalah seorang gadis yang memadu cinta dengan Justin Leonard. Rain, ibu dari dua pria kembar yang tampan ini, Melvin dan Malvin.

"Melvin aja mom, Malvin sibuk." kata Malvin yang kemudian turun dari mobil, menuju perkarangan sekolahnya. Memang sudah bukan anak kecil lagi, melainkan anak 17 tahun, tapi tetap saja diantar oleh sang mommy kesekolah.

"Anak itu." geram Rain yang melihat tingkah Malvin, sudah bukan rahasia, kalau Malvin tak suka jika harus berkunjung ke tempat daddynya. Entahlah apa yang dipikiran anak 17 itu.

"Nanti biar Melvin yang bujuk mom." kata Melvin sebelum turun dari mobil, membuat senyum Rain mengembang.

"Sekolah yang bener ya." kata Rain memberi semangat pada anaknya itu. Senyum manis tercetak dari bibirnya.

"Mereka sudah besar sekarang. Hari ini aku bakal jenguk kamu, dan aku janji bakal bawa Malvin kesana." monolog Rain, tanpa sadar, sebutir air mata turun dan membasahi pipinya.

Drrrttt drrttt

Suara ponsel Rain membuat kesadarannya kembali, dengn cepat Rain mengambil ponselnya dan menjawab telfon dari seberang.

"Halo."

"....."

"Saya segera kesana." jawab Rain, lalu segera mematikan sambungan telfon.
































































Perjalanan cukup jauh sudah, sudah membawa Rain hingga pada sebuah gedung besar. Ya gedung besar, lebih tepatnya kantor. Kantor milik Justin dan Rain yang dibuat 18 tahun yang lalu, Awal mereka menikah.

"Selamat pagi,bu." tegur satpam yang melihat kedatangan bos besarnya. Rain hanya mengangguk, bukan karna sombong. Tapi karna dia sedang terburu-buru.

"Dimana?" tanya Rain pada Randy, Asisten pribadi sekaligus sekertarisnya itu.

"Sudah ditunggu di ruang rapat." Jawab Randy seraya menuntun sang atasan ketempat dimana kliennya itu.

"Maaf saya ter-" Ucapan Rain terhenti saat melihat seorang pria merentangkan tangan dihadapannya seakan memberi intruksi agar memeluk pria tersebut, dengan langkah cepat, Rain mendekati pria tersebut dan memeluk pria tersebut.

Satu tetes air mata dan isakan keluar dari Rain, membuat pria tersebut mengelus puncak kepala Rain, menenangkan Rain yang menangis hingga tersedu-sedu.

Pria itu menatap Randy, seakan meminta Randy untuk keluar dari ruangan tersebut. Paham dengan intruksi, Randy menunduk lalu keluar dari ruangan itu, menyisakan Rain yang menangis dipelukan pria itu.

"Hiks kangen hiks hiks." ucap Rain, masih dengan tangisannya. Pria itu melepaskan pelukkannya, menatap Rain.

Dengan berani tangannya menghapus air mata yang turun dari mata cantik Rain.

"Sekarang udah ada disini kan?" kata pria itu, membuat Rain kembali terisak.

"Justin hiks Just." tangis Rain pecah, kembali memeluk pria tersebut.

____

"Aku harus jemput Malvin sama Melvin." kata Rain, dan diangguki oleh pria itu, mereka sedang berada di Mobil Rain.

"Melvin, mommy udah di depan." kata Rain ketika menelfon anaknya itu.

"Mommy,  Mel- Eh siapa?" tanya Malvin yang masuk kedalam mobil terlebih dahulu sebelum Melvin.

"Mom- eh ada orang." kata Melvin canggung, dia sama terkejutnya dengan Malvin.

"Kenalin, ini Om Biru,  teman mommy sama daddy waktu SMA." Jawab Rain menjelaskan, dan Biru hanya menganggukkan kepalanya. Membuat Malvin dan Melvin ber-oh ria.

"Mom, jadi ke tempat daddy?" tanya Malvin memastikan, awalnya memang dia enggan ikut, tapi kata Melvin hari ini daddynya berulang tahun, jadi ya kayaknya jangan durhaka. Lagian Malvin sudah sadar, tidak sepatutnya dia selalu menolak, toh lambat laun dia harus tetap terima.

Sesampainya ditempat yang mereka tuju, mereka berjalan bersama memasuki tempat tersebut.

"Assalammualikum, daddy." tegur Melvin, membuat Rain menunduk. Biru yang melihat itu langsung memegang kedua pundak Rain. Seakan menguatkan Rain.

"Hai, daddy. Maafin Malvin baru dateng liat daddy." kali ini Malvin, pria itu berjongkok disamping undukkan tanah yang sekarang sudah tertutupi dengan rumput hijau.

"Hai, maaf gue baru kesini." Kata Biru yang kemudian berjongkok disebalah Malvin dan Rain.

"Hiks Just." hanya itu yang bisa keluar dari mulut Rain. Dengan kesedihan yang mendalam. Rain mengusap batu nisan dengan bertulis nama JUSTIN LEONARD itu.

"Hiks aku tepatin janji aku buat bawa Malvin kesini, sayang." kata Rain, mengelus batu nisan itu.

Sudah 17 tahun, tepat setelah satu minggu kelahiran kedua putra mereka. Justin mengalami kecelakaan dan itu menyebabkan nyawanya hilang. Awalnya dengan hilangnya Justin, kebahagiaan Rain juga hilang. Semua temannya entah dimana sekarang. Hanya Ralia dan Zayn yang masih bersamanya. Memeluknya, menyemangatinya, tanpa mereka tahu dimana teman yang lainnya. Bahkan Biru, baru kali ini dia mendapatkan kabar dari pria tampan nan dingin ini.

Setelah berdoa dan menumpahkan segala kesedihannya, mereka ber-4 pulang. Ini yang membuat Malvin enggan diajak ke makan sang ayah. Dia tidak ini menangis, tapi sudahlah. Ingin mencoba agar tak menangis pun percuma. Dia hanya seorang anak yang merindukan sosok ayah hadir dalam kehidupannya.

****

Melvin sayang sama daddy- Melvin

Maafin Malvin dad, Malvin janji bakal sering kesini dan bakal jagain mommy- Melvin

Gue awalnya marah, lu ninggalin gue tanpa berpesan apapun sama gue. Thanks buat kisah kita- Biru

Aku sayang kamu, sungguh- Rain

🌸🌹🌸

"Ikatan sekuat apapun, sedalam apapun dan selama apapun.
Pasti akan berujung dengan kehilangan."
-Rain-

"Belajar untuk menerima kenyataan meskipun pahit. Kepahitan itu bisa menjadi motivasi untuk menjadi manis."
-Malvin-

"Tetap bertahan hidup, meskipun ada yang kurang dalam hidupmu."
-Melvin-

"Seperti apapun kisah dan akhirnya semua harus bisa menerima."
-Hujan&Basket-

"Tamat"

******************************************

Okey guys udah tamat
Maaf ya tamatnya gak greget, gak ada bahan lagi buat cerita ini.
Tapi tenang oh tenang
Author bawa cerita lebih menarik lagi nih
Judulnya ZIA
Cek diakun author ya
Yakin deh pada suka
Yang mau esktra part komen ya
Oh iya, makasih motivasi dari
@Luvearr
Soalnya dia komen terbanyak
Buat temen lain yang selalu aku liat notifnya dicerita Hujan&Basket
Aku terimakasih banget

Oh iya jangan lupa baca Zia
Loveyou kalian
Maaf ya lamaaaaa❤

  Hujan&Basket||•Tahap Revisi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang