Sakit

1.4K 58 0
                                    

Sudah 1 minggu sejak kejadian dimana seorang Rain Metafora marah pada Justin Leonard, tidak ada yang tau apa isi hati Rain sebenarnya, karna Rain hanya diam dan menyembunyikan kesedihannya dengan senyum manisnya. Tapi fakta yang di dapatkan dari Ralia, membuktikan bahwa dia sangat sedih. Karna Ralia pernah melihat Rain duduk di dekat pintu balkon kamarnya dan menangis bersandar duduk meringkuk disitu.

Saat Ralia membiarkan Rain meluapkan semua kesedihannya dengan menangis ia pun pergi ke dalam kamarnya, dan melihat kearah balkon kakaknya melalui jendela kamarnya yang memang hanya terdapat balkon kecil tidak seperti balkon yang berada di kamar Rain. Disitu dia melihat Justin sedang duduk terdiam di balkon kamarnya sendiri. Justin terlihat pucat sejak beberapa hari ini.

Sekarang, Ralia melihat kembali kejadian yang sama, tapi ia tidak melihat lagi Rain menangis, karna Rain sedang berada di rumah omanya untuk melihat omanya yang sakit. Ralia yang ingin mengambil sesuatu dibalkon kamar Rain yang sempat tertinggal saat mereka menghabiskan malam bercerita dikamar Rain. Tapi, betapa kaget nya Ralia, Ralia melihat Justin tengah meringkuk di atas sofa kamarnya, cuaca diluar sangat dingin, Ralia berfikir pasti Justin sangat kedinginan, ia pun menghampiri Justin.

"Bang, bang Justin, abang kenapa?" Tanya Ralia dengan panik.

"Per-gi" kata Justin dingin dan bergetar.

"Bang, lo kenapa? Lo pucat bang." kata Ralia memegang pundak Justin.

"Pergi, gue bilang pergi." kata Justin dengan nada tinggi dan menatap Ralia, Ralia pun terkejut. Justin yang melihat itu pun langsung menunduk kembali.

"Maaf, gue lagi pengen sendiri." kata Justin lagi dengan nada rendah, dan masuk ke kamar nya dengan jalan sempoyongan. Tapi belum sampai kamarnya, Justin sudah terjatuh dan terduduk dengan memegang kepalanya.

"Bang, lo gak papa?" tanya Ralia khawatir. Tentu saja Ralia khawatir, dia sudah menganggap Justin sebagai abangnya sendiri. Justin yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya lemah.

"Gue, gue gak ada hubungan apapun sama cabe itu, lo tau gue sayang sama lo. Gue gak mungkin mau sama orang kayak dia, disaat gue ada yang lebih dari dia. Gue udah bilang sama cabe itu kalau dia gak usah deketin gue, jangan marah lagi, gue sayang sama lo." kata Justin dengan wajah sedihnya dan tanpa sadar langsung memeluk Ralia.

"Bang lo mabuk." kata Ralia mencoba menjauh.

"Gue sayang sama lo.... Rain." kata Justin dan langsung memejamkan matanya. Ralia langsung bingung. Dengan cepat Ralia memampah tubuh Justin kedalam kamarnya dan langsung membaringkannya di ranjangnya.

"Kak Zayn. Kakak, tolong kerumah bang Justin sekarang!" kata Ralia melalui sambungan telepon. Zayn yang mendengar nada kekhawatiran dari Ralia Segeran pergi kerumah Justin. Dan tidak butuh waktu lama Zayn datang. Dan langsung masuk kekamar Justin.

"Sayang, Justin kenapa yang?" tanya Zayn khawatir saat sudah sampai dikamar Justin.

"Kak, bang Justin mabuk, tadi dia pingsan di balkon kamar. Gimana ini? Bang Justin sakit. Udah beberapa hari ini mukanya pucat. Kasih tau kak Rain, aku gak mau bang Justin sakit." kata Ralia menangis di pelukan Zayn.

"Udah jangan nangis, kalau sakit ya di rawat atuh sayang ku yang paling cantik." kata Zayn mencubit hidung mancung Ralia.

"Ihh... Apasih kak, ayo di rawat... Ralia gak mau kehilangan abang Ralia. Kalau Gak sembuh kakak aku pecat jadi pacar!" kata Ralia memegang puncak kepala Justin.

"Eehh... Kok gitu, jangan di pecat dong." kata Zayn memohon pada Ralia.

"Ihh kakak, ayo cepet di kompres." kata Ralia memerintah.

  Hujan&Basket||•Tahap Revisi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang