"Kak bisma, ayok pulang." ajak ara ke bisma."Iya, udah sore juga ini, gue pulang dulu ya, nganterin ara sekalian."
"Oke deh, hati hati bro."
***
Dalam perjalanan ara tidak fokus pada jalanan sore yang ramai dengan orang-orang pulang bekerja dan beraktifitas.
Gimana ya ntar kalo ketemu bang radit, apa yang harus gue katakan.
Gue egois nggak sih, cuman gara-gara gue hubungan mereka renggang.
Gak papa deh, nanti gue coba minta maaf sama dia, kalo memang dia masih marah sama gue, ya mungkin karena dia masih kesel juga sama sikap gue ke tika.
Demi kakak --nya bahagia kenapa tidak. Walaupun itu sakit bagi ara. Pikir ara.
"Ra, gue dari tadi ngajak ngomong kok diem aja sih, udah kayak orang gila tahu ngomong sendiri."
Ara tidak mendengarkan bisma yang sedang berbicara, bagi --nya suara bisma seperti suara lebah, yang hanya mendengung.
"APAAAA? GAK KEDENGERAN??"
"GAK KENAPA-KENAPA KOK , LO NGOMONG --NYA BIASA AJA KAGAK USAH TERIAK-TERIAK."
"LO SENDIRI NGOMONG --NYA JUGA TERIAK KAK."
Setelah berdebat di jalan akhir --nya ara dan bisma sampai tujuan.
Terlihat ada tika di teras, jujur itu membuat ara gak mood lagi, tapi mau bagaimana --pun demi kesejahteraan bersama dan supaya radit tidak memarahi --nya, ara terpaksa harus menerima tika.
"Ra, lo lagi nahan berak ya?"
"sial, eh- ya nggak lah gila apa, kalo gue pengen berak ya tinggal berak aja kali."
"La terus lo kenapa dari tadi gue lihatin diem mulu?"
Ara diam tidak menjawab perkataan bisma.
***
Radit melihat ara baru saja sampai dan dia kelihatan baik-baik saja bersyukur dia nggak kenapa-kenapa.Karena jujur radit sangat khawatir dengan keadaan adik --nya itu, dari kejadian kemarin ara menjadi pendiam dan tidak pernah sama sekali menyapa radit walaupun di sekolah.
Radit berjalan mendekati bisma dan ara yang tengah berbincang di depan pagar rumah --nya itu, dan tidak lupa ada tika yang selalu mengikuti radit kemanapun pergi.
Jujur radit sebenarnya kangen berbicara, bercanda dengan ara, pengen rasanya meluk tapi gengsi yang radit rasakan, bagaimana lagi nama --nya juga rindu.
"Aku kangen banget sama kamu, maafin aku."
Ara terkejut melihat tingkah kakak --nya yang tiba-tiba menjadi manja, padahal baru saja sehari belum bertemu.
"Gue pulang duluan ya ra, dit pulang dulu."
"Makasih ya kak udah mau nganter."
Ara merasa risih karena radit masih belum melepaskan pelukannya, ditambah lagi muka radit di tenggelamin di sisi bahu ara.
"Udah ah geli tau."
Tiba-tiba tika menarik tangan ara, dan menjauhkan --nya dari radit.
"Gak usah ganjen sama cowok orang."
"siapa yang ganjen coba, orang dia yang meluk-meluk gue."
"Udah lah tika, lo tuh kenapa sih? jahat mulu sama ara, dia salah apa sama lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NGENEST
Teen FictionMengertikah semesta jika aku telah mengagumi sosok yang entah dia juga mengagumiku atau enggan -Rara Andhita