Ini adalah dua hari setelah kejadian pertengkaran antara kakak kandung ara dengan ke empat sahabat ara. "Ara maafin kakak ya." Ucap radit sambil menggenggam tangan ara yang masih tertidur. Seperti biasa mereka selalu mengunjungi ara setelah pulang sekolah.
Ke empat sahabat nya meninggalkan radit dan ara karena permintaan vania, vania berpikir radit juga butuh bertemu ara, siapa tau radit berubah. Sungguh beruntung jika radit mendapatkan vania sosok yang sangat penyayang, sabar dan baik hati. Sayang sekali radit tidak pernah menaruh perasaan kepada vania.
Dulu ara pernah berpikir, suatu saat kakak nya akan tunduk dan mengejar sahabatnya yaitu vania, dan vania akan menjadi sulit digapai, karena vania sudah mendapatkan sosok yang sangat bisa membuat dirinya bahagia. Menyesal lah kamu radit.
"Kakak? Kakak kenapa nangis?" Tiba tiba ara terbangun dari tidurnya karena merasa terganggu dengan tangisan radit.
"Maafin kakak ra, kakak emang gak pantes jadi kakak buat lo." Ucap radit sambil menangis
"Kakak janji kakak nggak akan meninggalkan lo sendirian gak akan menyepelekan apa tugas kakak ra, kakak janji."
"Udah ya kak ya, jangan nangis lagi, malu kalo ada temen ara." Ucap ara yang masih belum semangat, karena masih merasa lemas.
"Gue udah ngejauhin fera yang cuman manfaatin gue ra, suatu saat bakalan gue putusin, karena dia gue buta, buta hati dan selalu meremehkan apa kata orang, dia yang udah membuat gue berubah."
"Iya kak, bicarain baik baik sama kak fera ya, kalo nggak secara baik baik takut nya dia sakit hati."
"Iya ra kakak bakal bicara baik baik."
Sudah saat nya radit sadar diri tidak meremehkan orang lain, ia tidak mau kehilangan adik yang selalu menemani nya, walaupun terkadang dia jengkel dengan tingkah gila adiknya. Ia harus bisa memilih seseorang yang memang benar benar menyayangi adik nya bukan menyayangi harta ataupun dirinya.
Sepertinya radit harus sadar, ada vania yang selalu menemani dan memberi semangat bahkan dari jauh selalu memberikan semangat ketika dia jatuh, tapi yang vania dapat hanya luka, sakit hati yang sangat sulit untuk disembuhkan, begitu bukan. Itu vania yang dulu, sekarang semuanya sudah berubah, vania mungkin sudah tidak lagi memikirkan radit karena sudah ada sosok yang selalu menemani nya disaat senang ataupun sedih.
"Ra, ada kak bisma sama kak sarah yang mau menjenguk, gue ajak masuk boleh nggak?"
Tanya vania di ambang pintu.Ara hanya mengangguk memberi jawaban kepada vania, lalu masuk lah dua sejoli dengan membawa buah buahan di tangan nya. "Hallo ra, gimana keadaan nya? Udah baikan belum?" Tanya bisma ke ara yang masih terbaring lemah.
"Alhamdulillah sudah mendingan kak, makasih ya kak bisma kak sarah sudah mau meluangkan waktu menjenguk kesini." Jawab ara lemah. "Iya ra, harus menjenguk dong, kan kita temen nya kakak lo, masak adik temen nya sakit kita nggak jenguk sih." Tambah bisma.Satu minggu kemudian.
Ara masih belum diperbolehkan untuk pulang kerumah, karena kondisi luka yang masih belum sembuh, serta dirinya yang masih lemas. Ia sudah merasa bosan, pagi hari suster dan dokter akan mengecek keadaan nya, siang teman dan kakak nya kesini, malam dia tidur. Setiap hari kembali seperti itu rutinitas ara, membuat dirinya jenuh karena suasana kamar hanya itu itu saja pikir ara.
Jam menunjukkan pukul satu siang, mendandakan teman teman nya masih belum pulang sekolah, ara selalu menunggu kedatangan temannya karena hanya itu yang bisa menghibur ara.
Cklek...
Ada seseorang yang membuka pintu? Ah pasti suster yang akan memeriksa keadaanku, siapa lagi. Pikir ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
NGENEST
Teen FictionMengertikah semesta jika aku telah mengagumi sosok yang entah dia juga mengagumiku atau enggan -Rara Andhita