Tok tok tok
Putra berdiri untuk membukakan pintu.
Cklek.
"Lah kalian ngapain kesini?"
"Siapa put?" Tanya ara ke putra.
"Kak fera sama kak sarah."
Jawab putra."Suruh masuk aja put." Jawab ara.
Ketiga sahabat ara bertanya tanya dalam batinnya. bukan nya dia rasa nggak suka sama fera dan sarah, tapi kenapa sekarang berbeda.Mereka bertiga curiga, termasuk putra.
"Ara ini aku bawain cemilan buat lo." Ucap fera lalu menaruh bungkusan disebelah meja ara.
"Iya kak makasih ya, repot repot banget."
"Kakakmu belum kesini ya ra? Tadi gue lihat dia di lapangan basket sama shinta anak kelas sebelahmu kayaknya. "
Ara mengernyitkan dahi nya.
"Oh iya kak? Pantesan belum kesini."Dana mengambil cemilan yang di bawa fera dan sarah lalu memakan nya bareng bersama yang lain nya. "Eh kok diambil sih, kan itu buat ara." Ucap sarah. "Kakak yang cantik, ara lagi sakit, gak boleh makan sembarangan Oke, lagipula ara nggak bakalan ngelarang kita kok makan makanan dia."
"Maaf ya kak, temenku emang gitu suka makan." Ucap ara.
"Maaf juga soalnya kita bawa makanan yang gak bisa lo makan, seharusnya kan kita bawa buah tadi." Balas fera. "Udah kak nggak papa kok, aku malah makasih udah dibawain, jadi ngerepotin."20.10 WIB.
"Ra kak radit kemana ya kok gak kesini kesini, nggak kayak biasanya." Tanya vania.
"Kak radit udah gede van, biasa kalo cowok jam segini belum pulang." Jawab ara santai.
"Nanti kalo ada apa-apa sama kakak lo gimana ra?"
"Van kan gue udah bilang, kalo kakak gue udah gede, gak bakalan ilang sekalipun dia ke antartika, dia cowok bisa ngelindungin diri beda sama kita." Ucap ara sedikit menaikkan intonasi.
Vania tidak kaget dengan sikap ara yang tiba-tiba seperti ini, karena yang membuat ara seperti ini ya radit kakak nya sendiri. Mungkin ara masih marah dengan kakaknya. Makanya sahabatnya memaklumi hal itu.
"Van udah jangan bahas radit lagi." Bisik putra dan vania hanya mengangguk pasrah.
"Maafin gue ya guys, ara jadi badmood gini gara-gara gue."
"Lo nggak salah kok van, kita juga harus ngerti kenapa ara kayak gitu.""Ra mendingan lo tidur ya, biar besok pagi bangun lebih fresh lagi Oke." Ucap dovie lalu membenarkan selimut ara.
.
.
.21.40 WIB.
Cklek
Suara pintu terbuka, dan menampilkan radit.
Radit menutup pelan pintu agar ara tidak terbangun.
"Dari mana aja lo?" Tanya putra ke radit.
"Dari sekolah." Jawab radit.
"Sampai jam segini baru pulang, ngapain aja lo disana? Gantiin pak satpam jaga malam?"
"Ya kan gue ada jam tambahan, sama basket."
"Gue juga anak basket tapi gak ada kumpul tuh di grub."
"Basket angkatan gue, kenapa sih, lo gak pernah pecaya sama gue." Ucapan radit dengan kesal."Ya lo pikir aja sendiri."
Dovie dan aksa yang awalnya hanya bermain game di handphone melihat ke arah putra dan radit yang daritadi saling adu mulut.
"Aduh berisik, bisa nggak sih kalian tuh diem, nanti ara bangun." Ucap dovie agak kalah kesal.
"Kalo kita nggak disini, siapa yang jagain ara selain kita bertiga?"
"Mana ada sekolah sampe jam segini, ngapain aja di sekolah? bertelur."
"Terusin aja kalian, adu mulut aja bisanya."
"Udahlah, gak usah berteman sekalian."
Dovie menggeplak kepala aksa."Suka ngada ngada emang ini anak."
"Sekarang lo disini tujuan nya mau ngapain, gue tanya serius nih." Putra berbicara dengan menatap nyalang mata si lawan bicaranya itu.
"Masih tanya, ya jagain adek gue lah."
"Udah pergi aja lo, gak usah sok ngejagain adeknya, kalo masih gak becus."
"Terserah gue dong mau ngapain, ara kan adek gue."
"Gue bilangin ya, selama gue, dovie, aksa disini lo gak bakalan bisa nyakitin ara lagi, terserah deh lo mau pergi ke arab naik unta atau sekalipun ke kutub utara ketemu beruang es, gue gak peduli, ara juga gak bakalan nyari lo."
"Gini deh kak, maaf nih ya sebelumnya, umur gue emang masih di bawah lo tapi gue lebih dewasa ketimbang lo kak, bayangin kak lo jadi ara sehari aja, gimana perasaannya punya satu-satunya kakak disini gak peduli sama dia, kakak yang dia percaya dan dia sayang, lagi suka senang di atas penderitaannya, kalo gue jadi lo udah pasti gue bakalan berubah, gak ngomong di mulut doang, tapi kelakuan hmm ya masih kayak lo gini."
"Gimana ya jelasin nya, kalo kak radit masih belum serius ngejagain ara, disini kita siap jadi kakak buat ara, jangan mainin perasaan dia lagi, banyak cewek yang suka sama lo kak, tapi juga malah mencelakai ara, aduh harusnya lo sadar dong kak, gimana sih bikin lo sadar sama kelakuan lo ini aduh." Ucap aksa sambil geleng geleng kepala.
"Jauhi sesuatu yang bikin hubungan lo dan ara retak, please, kalian itu saudara kandung, jangan sampe gara-gara lo yang suka semena-mena, yang gak pernah pulang, yang main sama cewek terus, padahal udah kelas 12, berhenti kak berhenti gue mohon, kasian ara, dia cuman punya lo disini, orang tua lo lagi jauh sama ara, cuma lo yang ada di dekat dia, jangan kecewain dia, sebelum lo nyesel kak."
Ucap dovie lalu dia berjalan keluar dari ruang rawat ara."Ehm, gue ke toilet dulu ya put."
"Kayaknya gue mau beli minum deh seret tenggorokan." Akhirnya mereka bertiga meninggalkan radit dan ara yang sedang tertidur di ranjang rumah sakit.
Radit menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal, ia sungguh memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa merubah sikap yang semula, nggak seperti sekarang,
Yang selalu semena-mena, bahkan radit mengetahui jika ara belum sepenuhnya memaafkan radit.Sekarang radit sungguh kecewa dengan dirinya sendiri, dia bingung harus bagaimana sekarang, menjauhi semua cewek yang dekat dengan dia, menjauhi teman dan cewek yang selalu memanfaatkan harta dia, sungguh ia sangat bingung.
Tbc.
Sudah lama banget yaa author nggak update, mohon maaf jika sudah banyak yang berpaling dari book ini, author lagi sibuk sibuknya bikin skripsi dan sidang di tahun ini, maaf yaa guys.
Kembali lagi author yang super sibuk sama revisi skripsi dan revisi cerita hehe, semangatin dong...
KAMU SEDANG MEMBACA
NGENEST
Teen FictionMengertikah semesta jika aku telah mengagumi sosok yang entah dia juga mengagumiku atau enggan -Rara Andhita