part 17

33 6 0
                                    


ARA POV

Gue kesel sama si dovie, masa baru aja kemarin malam, baik-baik aja, sekarang kumat lagi, tapi ya gue siapa dia, gue juga udah putus sama dia.

Gue berjalan menuju dapur untuk membuat bubur ayam, yang instan itu loh, kalian pasti tau kan, buat sendiri kok, gue gak mau ya buatin si dovie, dia kan punya tangan, biarin buat sendiri.

Pas udah mateng, gue langsung aja melahap bubur yang tadi gue buat, karena lapar juga sih, dari kemarin malem belum makan, karena debat sama kakak.

Eh, kakak gue mana ya? Emang gue masih marah sama dia, tapi bukan berarti gue gak perhatian sama dia, kayak nya masih tidur deh.

hari ini masih sekolah, dan sekarang udah menunjukkan jam setengah 6 pagi, dovie palingan juga mandi.

Pas gue berdiri mau ambil susu di kulkas, kakak gue menghampiri.

"Dek, udah bangun."

Gue diem aja sih karena gue males ngomong.

"Nanti gak bisa barengin lo, soalnya gue jemput cewek gue, maaf ya."

Gue masih diem, tapi dalem hati bilang.

"Ya terserah lo aja, ngapain lo ngomong ke gue, mau lo kencan sama pacar elo kek, mau lo bolos sama pacar elo kek, masa bodo."

Tapi itu dalem hati, gak mau debat lagi sama dia, bikin tambah badmood nanti.

Drttt drrrt drttt...

"Hallo? vania, kenapa van? Oh iya, hah? Oke jam 6 lebih 15 yaa, gue masih sarapan nih, iya iya oke ditunggu."

Vania nelpon gue, katanya dia mau jemput gue, ya gue iyain lah, kan gue sama dia udah baikan.

Gue melihat dovie masuk rumah, dengan membenarkan dasi sekolah, dia duduk di depan gue di sebelah kakak.

"ra gue kayaknya nggak bareng lo deh, sorry ya."

Gue sih ngangguk-ngangguk aja sih.

"Ya siapa juga yang mau bareng sama elo, orang gue juga gak minta lo barengin gue, pergi sana jemput cewek lo."

"Haahh??"

Yah baru tau dia, haha mamam tuh kenyataan.

Iya kenyataan pahit gue.

"Oke van gue kedepan."
Tanpa pamit ke mereka berdua, gue bergegas menuju depan rumah gue, untuk menghampiri vania.

"Ntar jalan yuk, putra ikut juga loh."

"Beneran lo, yee ada putra, udah lama gue gak jalan-jalan sama dia."

"Makanya ntar kita jalan-jalan, jangan murung mulu, stres gue mikirin elo."

"Halah apaan , stres mikir kakak gue iya hahaha."

"Laknat ya lo, jadi sahabat."

"Eh emang kita sahabatan? Wleee."

"Turunin nih."

"Yaelah baperan amet kayak cewek pms."

"Untung gue sabar ya ra hahaha."

Kita bercanda di dalam mobil, akhirnya gue dan vania sampai sekolah.

"Hari ini kayaknya nggak ada pelajaran deh."

"Kata siapa van?"

"Kata putra, dia bilang para guru rapat."

"Iyakah?"

"Kok gue gak tau ya van?"

"Emang nya lo gak tanya ke kakak lo?"

"Nggak." gue menggeleng.

"Lah kenapa, jangan bilang lo marahan sama kakak lo?"

Gue diem aja kan.

"Ra lo gak boleh gitu, dia kakak lo yang selalu jaga lo, selalu menyayangi elo gimana pun keadaan elo, lo gak boleh ngambek lagi sama dia, lo juga harus terima pilihan kakak lo ra, dia juga berhak memilih, lo pasti tau kan cinta itu gak bisa buat dipaksain ra, jadi apapun keputusan kakak lo, lo juga harus terima, lo gak boleh egois sama ini semua." kata vania panjang lebar.

Gue udah nangis di depan dia, dia baik banget, padahal udah di khianatin tapi dia gak pernah marah, gue gak tega lihat sahabat gue sakit hati kayak gini, gue tau dia pasti nahan rasa sakit.

"Ra udah jangan nangis lagi, jangan mikirin gue, gue gak papa ra, gue gak sedih lagi kok."

"Hiks, lo kenapa baik banget sih, kenapa lo tegar kayak gini, sekali kali kenapa lo gak marah sama gue? Kenapa lo selalu sabar ngadepin semua masalah? Gue juga mau kayak lo, yang sabar dan tabah ngadepin semuanya, tapi gue gak bisa, gue terlalu sakit buat ngejalani ini semua hiks."

"Syukuri apa yang ada di diri lo, lo itu cantik, baik, ceria, sopan, dan juga humoris, siapa yang gak mau sama lo? Cuman orang orang yang bodoh, yang gak mau sama lo, lo harus kuat mengahadapi semua kesakitan hati lo, lo harus terus bersyukur, banyak disana yang masih di bawah lo, yang gak punya siapa-siapa, yang di jahatin, yang gak bisa makan, bahkan yang gak bisa bahagia."

"Ra, lo harus mensyukuri ini semua, karena ada kakak lo yang selalu ada buat lo, ada sahabat lo, kayak gue, latin, dana, putra, Masih banyak yang baik sama lo, kita semua sayang sama lo dalam keadaan apapun, jadi kalo ada masalah jangan di pendem sendiri, gue sama yang lainnya selalu ada buat lo" vania menepuk bahu gue.

"Makasih van, lo selalu ada buat gue."

Iya disini gue nangis di bangku taman, emang biasanya kalo berangkat masih pagi, gue di taman sama sahabat gue, sekedar main, photo, buat vlog, atau juga curhat kayak gini.

Kurang dua lagi yang belom dateng nih. Gak tau mereka mungkin telat.

"Nih minum buat lo."

"Ih lucu botolnya."

"Iya ini buat elo, gue juga punya."

"Ara vania gue datang membawa kebahagian."

"Hallo latin disini sayang."

Walaupun mereka berdua rada miring, tapi gue sayang banget sama mereka, mungkin kalo nggak ada mereka berdua, gak ada lucu-lucunya hidup gue.

"Yah elah dua orang pengganggu ketenangan pada dateng nih, males ah cabut yuk van." ucap gue sambil menggandeng tangan vania, menuju kelas.

Vania mah cuman senyum-senyum gak jelas lihat tingkah kita bertiga.

"Dasar yaa ara, awas aja lo ra."

"Masak princes baru dateng langsung di tinggalin, yang kamu lakuin ke aku itu jahat ramlih."

"Mulai kambuh deh gila nya."

"gue mau kasih tau, gue udah pdkt sama kakak itu yang ikut basket." ucap dana dan latin mengangguk.

"Ciye gebetan baru nih."

"Syukur deh bisa move on."

"dasar gue emang udah move on ya." ucap latin gak santai.

"Santai dong, kuping gue nih panas."

"Iya tuan putri ku."










Tbc.

NGENESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang