serpihan kelimabelas: UM UGM. .

461 5 0
                                    

Hari itu UGM terlihat ramai.
disana-sini terlihat calon-calon mahasiswa dengan berbagai gaya.
ada sekumpulan siswa yang mengenakan seragam sekolah, membentuk lingkaran, sepertinya berdiskusi atau berdoa bersama demi kesuksesan ujian nanti,
ada yang berpakaian seadanya, sendirian berdiri, sambil membuka-buka buku pelajaran kembali.
ada calon mahasiswa-mahasiswi yang Lebih cocok jika sedang berada dalam antrian acara-acara pencari bakat artis dan penyanyi. full makeup! Tapi jatuhnya malah seperti penyanyi dangdut.
ada juga calon mahasiswa yang didampingi sanak saudara sekampungnya.
bener-bener lengkap. Dari bapak, simbok, kakek, nenek, sodara, ponakan, bahkan mungkin tetangga-tetangga sekitar. berasa mau sungkeman idul fitri.

aku duduk disebuah sudut bersama 4 orang temanku
nanang, martin, vina, dan tentunya rira.
entah tanpa disengaja, aku dan rira memakai baju yang mirip hari itu.
bawahan jeans dan atasan warna putih.
kebetulan yang indah.
seharian kami berdua menjadi bahan candaan teman-teman
mukaku memerah salah tingkah, namun sebenarnya senang bukan kepalang.
rira sendiri menjawab candaan itu dengan senyum simpul yang terlihat sangat manis sekali.

tidak terasa, waktu ujian akan dimulai.
kamipun segera berpisah menuju ruang ujian masing-masing
sebelum pergi rira berbisik pelan, doakan aku ya end?

aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil.
lalu segera menuju ruanganku yang tak terlalu jauh dari tempat kami duduk tadi.
always ra, bahkan tanpa diminta pun aku akan slalu mendoakanmu.
ucapku dalam hati.

sebelum ujian dimulai aku berdoa:
ya Allah, berilah kami berdua kemudahan sehingga bisa lolos ujian ini. namun, jika salah satu tidak kau kehendaki melanjutkan sekolah disini, tolong jangan loloskan salah satu yang lain. Aku tidak ingin berpisah dengan dia. Amin.

=========================================================

sekeluar dari ruang ujian kepalaku penat.
pening.
soal-soal tadi jauh lebih susah dari soal-soal yang biasa di try-out kan.
namun melihat rira yang hanya tersenyum-senyum kecil, seluruh bebanku terasa hilang.

"end, gimana tadi ujiannya?", rira membuka pembicaraan, seperti biasa.

"susah ra. . . aku ngga yakin bisa lolos nih",ungkapku jujur.

"iya, aku juga ngerasa soal tadi susah banget. sampai pingin nangis karena takut ngga lulus. .end, aku beneran takut ngga lulus.", wajahnya sedikit meredup

aku memutar otak tuk memilih kata yang akan kuucapkan
namun belum sempat kulontarkan, dia kembali berbicara.

"tapi aku yakin end pasti lolos koq. tadi aku udah doain kamu."

hatiku berbunga-bunga mendengar ucapannya.
"mm, makasih rira. aku juga yakin kamu bakal lulus koq. kita kan udah janji mau kuliah di jogja bareng. ."

"iyah end. tolong doain aku terus ya", senyum kecilnya kembali terlihat.
aku lega.

"slalu, ra"
kali ini aku benar-benar bisa mengucapkannya.

sebelum pulang, kami menyempatkan diri ke malioboro.
mencoba naik delman, hunting pernak-pernik kecil nan antik dan tak lupa membeli bakpia untuk oleh-oleh keluarga di rumah.

serpihan cerita tentang dia [true story] [ Kaskus-SFTH ] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang