lanjutan ke 23

250 5 0
                                    

Ada yang tidak punya malu berpuisi di tengah lapangan dengan sekeras-kerasnya
namun banyak juga yang hanya melakukannya lewat coretan-coretan di baju seragam.

Di baju seragamku sendiri kutemukan empat buah coretan tanda tangan dengan pesan-pesan picisan,
I love u, dengan tinta warna pink. Di sisi bawah kanan baju seragam.
Tulisan sejenis, Di lekukan bagian dalam kerah belakang (ikut-ikut salah satu adegan di film sunny)
sebuah puisi pendek di bagian punggung, dan sebuah tulisan serupa di bawahnya.

Mungkin terlihat jahat, tapi kurasa itu semua tak ada artinya tanpa coretan dari rira.
Seharian ini aku belum bertemu dengannya
akupun berkeliling dari satu kelas ke kelas lain untuk mencarinya
sambil bertanya pada orang-orang yang kutemui

barusan aku lihat rira di kelasmu kok
sebuah jawaban yang kuingin dengar akhirnya terlontar juga
aku cepat-cepat menuju kelas.

Disana kulihat dia sedang melayani permintaan coretan dari kawan-kawan.
Akupun menunggu sampai dia selesai melayani semuanya
dan berencana mendekatinya, memintanya mencoretkan sesuatu di bajuku, sambil kuucapkan kalimat-kalimat panjang pengakuanku.
Semoga aku mampu.

Tidak terlalu lama, dia telah selesai.
Satu persatu pergi,
masih tersisa lima orang di kelasku, dengan kesibukannya masing-masing.
Rira sendiri seperti siap beranjak pulang, dengan tas yang sudah dicangklongnya.
tangannya masih menggenggam spidol whiteboard.

Sebelum dia beranjak keluar, aku mendekatinya.
Namun sampai depannya aku malah mematung
menggenggam erat tali tas cangklongku.
Kalimat-kalimat yang telah kucipta tak ada yang tersisa

'end?

aku masih diam saja.

Jeda.

ra. .
aku. .
mm..
aku...

garuk-garuk kepala.

mm..
mm..

coretin bajuku donk.
ternyata aku memang belum bisa mengatakannya.

ooh,dia tersenyum
senyum terakhir yang bisa kunikmati, mungkin.

Dia membuka tas nya,
mengambil kotak pensil,dan malah memasukkan spidol tadi ke kotak pensil.

Aku hendak protes,
tapi terhenti ketika dia mengambil bolpen jelly warna biru muda dari kotak pensilnya, sambil berkata:
buat end kukasih spesial ya
sambil tersenyum manis sekali,
aku melayang.
Dia memilih tempat di lengan kanan.
aku nulis panjang gapapa kan?

sepanjang yg kamu mau, ra
hatiku berbunga-bunga

Baru saja dia akan menorehkan huruf pertama di bajuku, seseorang cowok dari depan pintu memanggilnya.
ayo ra, jadi nggak?

dia menoleh,
iya bentar

udah ga ada waktu lagi, buruan. .

aku tak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi sepertinya memang terdengan genting.
Rira memandangku dengan wajah merasa serba salah dan kebingungan.
Aku kasihan melihatnya,tiba-tiba meluncur sebuah kalimat dari bibirku:

sana, diselesaiin dulu urusanmu. Gapapa kok. Beneran

rira masih terlihat gamang

udah sana, beneran. .
aku tersenyum.

Dia membalas senyumanku, sambil memasukkan kembali bolpen jelly biru muda itu ke kotak pensilnya.
makasih ya end

lalu berlalu meninggalkanku.

Aku masih berusaha tersenyum.
Tapi hatiku pecah berkeping-keping.
kecewa luar biasa.
sambil berjalan gontai aku melangkah keluar kelas
duduk di depan kelas, sambil berharap urusan rira cepat selesai dan segera kembali kesini.
Menuliskan kalimat-kalimat panjang yang entah apa isinya di baju seragamku.

Namun ternyata harapan tinggal harapan.

Beberapa menit kemudian aku melihat rira dibonceng cowok tadi melintas di depan kelas.

Menuju gerbang luar.
Pergi
entah kemana.
Dan mungkin lupa tentang janjinya tadi.

Hatiku semakin tak berbentuk.
Baru kali ini aku melihatnya diboncengkan seorang cowok.
Kombinasi antara sedih, kecewa dan (mungkin) cemburu menekan-nekan dadaku

sesak.

serpihan cerita tentang dia [true story] [ Kaskus-SFTH ] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang