7

2.1K 279 5
                                    

Jennie memutar stick drum di tangannya, kakinya asik menginjak pedal bass dibawahnya.

Irama drum menggema dikamarnya.
Matanya terpejam dengan sebuah Headset di telinganya, tangannya sangat cepat mengetuk snare dan cymbal secara bergantian.

Jika dirumah dia lebih memilih untuk berdiam diri dikamarnya dengan headset yang selalu terpasang ditelinganya.

Baginya tidak ada yang harus dia dengarkan saat dia dirumah selain musik.

Pintu kamarnya terbuka namun Jennie tidak sadar seseorang telah masuk kedalam kamarnya.

Matanya masih tertutup begitu juga telinganya yang masih mendengarkan musik dengam volume yang hampir full.

Aktifitasnya terhenti setelah Headsetnya sudah tidak menempel ditelinganya lagi.

Jennie tahu siapa itu.
Dengan malas dia membuka pelupuk matanya.

Jennie menarik nafas dalam berusaha sabar.

"Tidak bisakah kau mendengarkanku?". Suara itu berhasil membuat Jennie menoleh kearah wanita yang sedang berdiri disampingnya.

"Tidak bisakah kau berhenti menggangguku,huh?". Kata Jennie dingin sembari ia mengetuk cymbal emas itu yang membuat bunyi nyaring.

Tanpa menghiraukan wanita yang ia sebut nenek sihir itu Jennie melanjutkan aktifitasnya memukul snare-snare didepannya.

"Kim Jennie!!!!!". Pekik wanita itu.

Cukup.

Jennie sudah muak. Mau sampai kapan Ibu tirinya mengusiknya?

"Apa yang membuatmu jadi anak bengal seperti ini, huh?". Ibu tirinya itu meninggikan suaranya.

Jennie mendecih lalu menarik sudut bibirnya kedalam.

"Itu bukan urusanmu"

Sekilas Jennie melirik sebuah nampan berisi makan  dan satu gelas air putih disana.

"Dan sebaiknya kau tidak perlu repot-repot menyiapkanku makanan. Berhentilah berpura-pura jadi malaikat"

"Bagaimana juga aku ini ibumu. Aku hanya ingin jadi ibu yang baik".

"Ibu yang baik?haha...maaf, tapi aku tidak butuh ibu sepertimu".

"Baiklah aku tinggalkan makanan itu disana".
Ibunya menaruh headeset Jennie di ranjang lalu keluar dari kamarnya.

"Dasar ular!!!".
Jennie mengetuk cymbalnya lagi untuk melampiaskan amarahnya.

Saat ini udara sangat dingin tapi kenapa ia merasa panas dikamar ini.

Jennie bangkit dari kursinya lalu ia memakai jaket kulit hitamnya kemudian dia ambil kunci motor dari atas nakasnya.

Tidak akan tenang jika ia terus terusan dirumah. Jujur saja, dia rindu ibunya... Ibu kandungnya.
Tinggal disini dengan ayahnya bukan pilihan yang tepat apalagi ayahnya sekarang memiliki peliharaan liar.

Tapi disatu sisi ia juga tidak tega membiarkan ayahnya tingal berdua dengan ular itu.

Jennie bukan tipikal orang yang mudah emosi meski wajahnya terlihat garang tapi hatinya masih lembut.

Tapi, wanita itu selalu membuat darahnya naik. Jennie juga merasa jijik dengan kata kata sok polosnya.

***

Begitu sampai di markas Nonagon, Jennie langsung mendaratkan tubuhnya disofa.

Chanwoo hanya melirik sekilas lalu fokusnya kembali menatap layar komputer didepannya. Kalau sudah begini Chanwoo tidak berani angkat bicara

NONAGON (The Black Hunter) Completed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang