1

7.1K 476 13
                                    

Bobby menekan perlahan tombol yang ada di depannya.
Dengan sangat santai tapi juga hati-hati akhirnya sebuah brankas berhasil ia buka.

"Hyung, kita hanya perlu ambil flashdisk". Omel Hanbin dari belakang Bobby.

Jelas saja, mereka hanya diperintah untuk mengambil sebuah benda kecil bernama flashdisk namun namja bergigi kelinci ini justru mengambil yang lain.

"Hyung!!"

"Bisa diam tidak!!" bentak Bobby sebelum Hanbin mulai bicara lagi.

Bobby mengambil benda bergambar itu sebelum dia mengambil flashdisk hitam.

"dapat!! kajja!"
Ucap Bobby setelah mendapatkan flasdisk itu.

Tidak lama kemudian sebuah alarm berbunyi.

Mereka panik.

Bobby dan Hanbin langsung menutupi wajah mereka dengan tudung jaketnya.

Hanbin menempelkan earplug pada telinganya.
"Yak! Cepat matikan alarmnya"

Tidak lama kemudian alarm itu mati dengan sendirinya.

Apa kalian tahu? Alarm itu mati karena perilaku hacker dibalik aksi mereka.

Tidak ada hacker maka rencana mereka tidak akan berhasil.

"Kau, jalan lebih dulu". Bobby mendorong Hanbin menuju pintu keluar.

Tidak lama kemudian sinar dari arah kiri Bobby meneranginya.
Ia semakin menurunkan tudungnya.

"Siapa disana?" suara itu berhasil membuat Hanbin berlari meninggalkan Bobby.

Kini mereka berpencar.

"Yak! Berhenti disana" suara itu semakin mendekat kearah Bobby.

Orang itu mengejarnya hanya seorang diri dengan sebuah senter sebagai penerangannya.

Oh Sial~

Tembok besar menghalangi langkahnya.
Bobby berhenti disini.
Orang itu hanya berjarak 3 meter darinya.

Orang itu semakin mendekat dengan menyenteri kearah Bobby.

Yang Bobby bisa lakukan sekarang adalah menyembunyikan wajahnya.

Ketika orang itu mendekat, Bobby langsung menjatuhkan senter yang orang itu pegang.

Alasan kenapa Bobby tidak langsung menyerangnya adalah karena orang itu adalah yeoja.

Senter yeoja itu jatuh.

****

Sial

Senter yang dari tadi menemaninya sekarang sudah jatuh kelantai karena orang ini.

Saat ia sadar tadi alarm milik ayahnya berbunyi dengan cepat ia turun ke ruang bawah tanah di rumahnya.

Hanya senter itulah yang menemaninya.

Tidak ada kata takut baginya selama itu bisa melindungi apa yang harus ia jaga.

Jisoo meringis saat tangannya terkunci di belakang oleh orang berpakaian serba hitam. Orang itu yang ia sebut sebagai penjahat itu
pun mengunci tubuhnya

Tidak ada jarak untuk keduanya.
Bahkan pipi mereka bersentuhan.

Dingin

Itulah yang Jisoo rasakan dari kulit penjahat ini.

Jantungnya berdegub tidak karuan.
Tidak! Dia tidak boleh takut.

Sekuat tenaga Jisoo meronta namun penjahat itu lebih kuat darinya.

"Diam! Maka aku tidak akan menyakitimu".

Perlahan orang itu menuntun Jisoo kearah tangga, askes untuk penjahat itu kabur

Masih dengan posisi yang sama, mereka berjalan menuju tangga.

Saat di pastikannya aman. Orang itu melepaskan Jisoo perlahan.

Penjahat itu berjalan mundur sambil terus memastikan bahwa Jisoo tidak mengejarnya.

Jisoo pun jatuh terduduk dilorong gelap ini.
Nafasnya masih tidak beraturan, bahkan ia masih bisa merasakan sentuhan di pipinya.

***

Begitu sampai dimarkas Bobby langsung menghamipiri Chanwoo dan Rose sebagai Hacker mereka.

"Hei, bagaimana bisa kalian tidak tahu jika ada orang yang datang, huh?" katanya sambil melemparkan flashdisk di meja.

"Kau pikir aku ini cenayang yang bisa lihat situasi orang lain? Aku hanya hacker yang tahu keberadaan orang melalui teknologi. Tidak ada teknologi maka hacker tidak bisa apa-apa"
Protes Rose si hacker pintar andalan Nonagon.

"Rose benar Hyung. Gadis itu tidak membawa ponsel saat mengejar kita maka itu tidak akan terdeteksi" lerai  Hanbin.

"Masih baik tadi seorang yeoja jika bukan, aku bisa tertangkap di lorong buntu itu"

"Sudahlah, karena flashdisk sudah berhasil kita ambil, maka kita harus menjalankan misi selanjutnya".  Ujar Chanwoo.

***

Ting~

Suara dentingan terdengar dari ponselnya Jennie.

Matanya terpejam, tapi ia tidak tidur.

Hal pertama yang ia liat adalah Jam pada ponselnya yang menunjukan pukul 2 malam.

Jennie menghela nafas saat ia membaca isi pesan itu.

Besok pagi kau dan Lisa harus bersiap.

Seperti itulah isi pesannya. Dia jelas sudah tahu siapa pengirimnya,
Chanwoo.

"Baiklah, saatnya tidur."

Besok bukanlah pekerjaan yang berat, yang harus ia lakukan adalah memberikan flashdisk kepada orang suruhan kliennya.

Mudah, bukan?

Seperti itulah kerja Jennie. Menyamar untuk kliennya.
Meski ini tidak bisa di bilang sebagai mata pencaharian tapi Jennie sama sekali tidak mengambil untung dari pekerjaan ini.

Dia hanya bersenang-senang saat kondisi keluarganya berantakan.

***

Bobby melipat kedua tangannya di belakang kepala sebagai bantalan untuknya.

Sambil menatap langit-langit kamarnya ia masih terbayang kejadian saat di lorong tadi.

Bobby menghela nafas untuk keselamatannya tadi.

Bobby merogoh saku celananya.

Ia ingat tadi sempat mengambil sebuah foto dari berankas itu.

Bobby memandangi foto itu  yang menampakkan seorang gadis yang kiranya sepentar dengannya.

Gadis itu tersenyum lebar seperti tidak ada beban dalam hidupnya.

Tanpa sadar Bobby ikut tersenyum melihat foto itu.

Tunggu dulu.

"Mungkinkah?"

Bobby ingat jelas mata gadis di lorong itu sama dengan mata gadis di foto ini.

Walaupun samar-samar Bobby dapat mengingat sedikit wajahnya.

Tapi Bobby merasa ada yang aneh pada dirinya saat bertemu gadis ini.

Seperti rasa bersalah, mungkin?

.
.
.
.
.
.
.
Next?

Jangan lupa vomentnya😍

NONAGON (The Black Hunter) Completed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang