2 Tahun lalu.
Jinyoung berdiri dibalik pilar putih di gedung tempat seseorang beristirahat untuk yang terakhir kalinya, langkahnya terasa berat saat ia ingin melangkah mendekat.
Bukan tanpa sebab, dia hanya takut jika seorang disana tidak menerimanya.
Kepalanya bahkan masih pening karena alkohol yang ia minum semalam.
Potongan-potongan kejadian saat kebakaran kemarin juga masih terekam jelas di pikirannya.
Kedua ujung alisnya saling bertaut, matanya berkaca-kaca, hidungnya juga mulai tersumbat.
Rasa bersalah sudah mengalahkan nyalinya untuk memberi penghormatan terakhir pada Ibu Bobby.
Jinyoung menitikkan air matanya melihat sahabatnya yang tengah berdiri disana.
Jika saja dia tidak mengajak Bobby untuk pergi, mungkin nyawa ibunya masih bisa tertolong.
Jika saja Bobby juga tidak menolongnya dari kebakaran itu, mungkin dia masih sempat membawa ibunya kerumah sakit.
Ini semua salahnya.
"Jiwon-ah, mianhe.." katanya dari sini.
Jinyoung menghapus cairan itu yang sudah membanjiri pipinya.Dia hanya akan terus merasa bersalah jika ia tetap berdiri disini.
Jadi, dia pikir lebih balik berdiam dirumah dan memikirkan kesalahan yang sudah ia perbuat.
Jinyoung berbalik bermaksud untuk pulang.
Tapi tiba-tiba saja seorang wanita menabraknya.
Wanita bersurai panjang lengkap dengan gaun hitam ritual pemakaman itu sepertinya terburu-buru.Wanita itu menyelipkan sebagian rambutnya kebelakang telinga sehingga Jinyoung dapat melihat jelas wajah lusu dengan mata sembab wanita itu.
"Tolong maafkan saya" kata wanita itu sambil membungkukkan badannya.Belum sempat Jinyoung membalasnya, namun wanita itu sudah pergi dari hadapannya.
Jinyoung juga sadar bahwa dia juga harus pergi sebelum Bobby mendapati dirinya disini.
***
Jinyoung melempar ponselnya kesembarang tempat setelah ia mencabut baterai dari ponsel itu.Beberapa pesan dan panggilan yang terus masuk benar-benar menganggunya.
Dia juga sengaja mematikan ponselnya karena ia takut lintah darat menagih uang padanya.
Pesan-pesan berisi ancaman juga membuat beban pikirannya bertambah.
Uang untuk membayarnya pun belum ia dapatkan dan yang jadi beban utamanya adalah hutang itu jatuh tempo hari ini.
Jinyoung tersentak begitu gedoran pintu berbunyi semakin kuat.
Celaka!
Pikirannya mulai bertanya-tanya seiring ketukan pintu dari luar.
"Park Jinyoung-ssi?"
Mungkin ini akan jadi saat terakhirnya.
Jinyoung menghembuskan nafasnya, tangannya memucat, jantunganya berdetak tidak karuan.
Ia beranikan diri untuk menurunkan engsel pintunya, matanya terpejam begitu daun pintunya terbuka sempurna.
Jinyoung langsung berinisiatif untuk membujuk lintah darat itu.
"To..tolong beri aku waktu sedikit lagi" kata Jinyoung masih dengan mata terpejam, tapi kali ini ia berjongkok menahan kaki seorang dibalik pintu itu."Hard disk?" Ucap orang itu.
Jinyoung langsung membuka matanya, dia mendongak.
Mereka bukan lintah darat, tapi badan mereka cukup besar seperti budak-budak penagih hutang.

KAMU SEDANG MEMBACA
NONAGON (The Black Hunter) Completed
FanfictionNonagon, sebuah sebutan untuk kelompok yang menjalankan misi-misi rahasia dengan teknik meretas yang handal Mereka terbiasa untuk menyamar atau melompat dari gedung satu ke gedung lainnya. Namun siapa sangka diantara mereka terdapat cinta yang tumbu...