Lima

281 204 45
                                    

'Queen of death dateng tuh!'

'Gue ga sudi ya punya teman seangkatan pembunuh!'

'Gue juga ogah kali sat!'

'Cantik sih, tapi udah ngehilangin nyawa orang. Berarti sama aja dengan iblis!'

'Seharusnya itu lo yang mati tau ga?!'

-XxX-

"Gue bukan pembunuh, gue bukan pembunuh! ENGGA!!" Keira berteriak, terbangun dari tidurnya.

Hembusan napasnya yang tidak beraturan itu terdengar beriringan dengan jantungnya yang berdetak lebih kencang. Keringat yang terus mengalir di sekujur tubuh gadis itu juga terlihat jelas.

Keira mengambil napas sebanyak-banyaknya lalu menghembuskannya secara perlahan. Hal itu terus di lalukan berulang kali.

Tok... Tok...

"Kak, lo gapapa?" suara itu masuk ke pendengaran Keira bersamaan dengan pintu kamar yang terbuka.

"Gu-gue gue ga pa-pa." balas Keira dengan napas yang masih tersenggal-senggal.

"Apanya yang gapapa, hah? Lo sampai keringatan gini." Arkan berucap sembari menghapus keringat Keira dengan tissue yang di ambilnya di nakas samping tempat tidur gadis itu.

'Mimpi itu datang lagi.' batin Keira.

Gadis itu menundukkan kepalanya. "Gue bukan pembunuh kan, Ar?" tanyanya.

Jarang sekali Keira memanggil nama adiknya itu dengan sebutan 'Ar'. Seakan paham apa yang baru saja dimimpikan kakaknya, lelaki itu menjawab dengan tegas.

"Bukan!"

"Lo itu bukan pembunuh! Lo itu malaikat. Malaikat tak bersayap kedua yang Tuhan titipkan buat gue bahagiain!" Arkan berucap sembari menekankan di setiap kata malaikat.

"Udah, jangan ngelamun! Mandi sana cepet! Gue sama Mama tunggu dibawah." lelaki itu mengacak rambut Keira pelan dan meninggalkannya sendiri.

"Gue, gue bukan pembunuh. Gue malaikat!" Keira mengulangi perkataan Arkan barusan dengan pelan. Tidak lama kemudian, gadis itu tersadar dari lamunannya dan segera bergegas kekamar mandi.

-XxX-

TING TUNG TING

"Diharapakan kepada seluruh siswa dan siswi untuk segera memasuki kelas masing-masing! Dikarenakan jam pertama pelajaran akan segera dimulai!" suara guru piket melalui speaker membuat seluruh siswa-siswi SMA Triada bergegas memasuki kelas.

"KEIRAAA!!!"

Keira menghentikan langkahnya saat mendengar seseorang meneriaki namanya. Gadis itu menoleh ke belakang dan mendapati seorang lelaki berdiri sekitar lima meter di belakangnya dengan jaket yang tersampir di bahu kirinya.

'Dia lagi.' batin Keira.

Keira tidak memperdulikan lelaki yang terus-terusan memanggil namanya tersebut. Gadis itu terus melangkahkan kakinya sampai sebuah tangan besar menggenggam lengannya.

KEIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang