Sembilan

237 214 71
                                    

Seorang wanita berumur sekitar empat puluhan tengah berdiri di depan kamar seseorang sambil mengetuknya berkali-kali. Mulai dari ritme yang pelan, sedang hingga sangat kencang.

Setelah sekian lama, akhirnya pintu terbuka menampilkan seorang remaja lelaki dengan rambut super berantakan. Sudah di pastikan dia baru saja bangun tidur. Lelaki itu mengernyit bingung. "Ada apa, Bunda Dara?"

"Daniel cintanya Bunda Dara. Ini jam berapa ganteng?" Dara, ibunda Daniel tersenyum paksa menatap putranya.

"Jam berapa ya, Bunda Dara?"

"Daniel ga sempat liat jam,"

"Tapi Daniel masih ngantuk banget,"

"Tadi malam, Daniel pulang jam 1 lewat."

"Terus harus mandi dulu karna badan Daniel lengket,"

"Terus Daniel lapar dan harus buat indomie dulu,"

"Terus Dan--- hmpp"

"Nyerocos mulu dah tu mulut!" Dara membekap mulut Daniel dengan tangannya.

"Bunda ini pusing tau liat kamu itu! Di bilangin jangan pulang malem terus, masih aja ngeyel. Di bilangin jangan makan indomie tengah malam, ngeyel juga. Jadi, mau kamu itu apa?" ucap sang bunda berapi-api.

"Ga aneh-aneh kok Bunda Dara. Cuman satu," Daniel menjeda ucapannya. "Tidur lagi, hehe."

Braakk

"Allahuakbar!" Dara terlonjak kaget dan mengelus dadanya pelan. "Untung ga copot jantungku ya Allah!"

-XxX-

"Kenapa si bos izin ga ngajak-ngajak ya?" Fandi menopang dagunya malas sambil mengaduk-aduk mie ayam yang dipesannya.

"Mana mau dia ngajakin elo, nyusahin!" Kendra membalas sambil melahap nasi gorengnya.

"Songong banget lo kuda lumping!"

"Bodoamat tainya,"

"Eh tapi, gimana kalau kita nyusulin Daniel? Pasti dia lagi tiduran santai noh di rumah!" lanjut Kendra memberi usul.

"Boljug tu. Daripada kita beduan gini, kayak homo, iihh!" Fandi bergidik ngeri ke arah Kendra.

"Ngapain lo liatin gue begitu? Harusnya itu lo yang gue curigain!"

"Hehe, mangap Ken!" Fandi memasang pose peace dengan tangannya.

"Maap, bodo!" jitakan Kendra mendarat dengan sangat mulus di kepala Fandi.

"Sakit, anjir!"

"Banyak ngeluh lo kambing! Cepetan makannya, keburu masuk entar!"

Fandi memasukkan mie ayamnya kedalam mulut dengan suapan yang besar-besar. "Ini udah cepet tulul!"

Setelah selesai makan, mereka berjalan cepat menuju parkiran sambil menyusun siasat untuk bisa keluar dari sekolah. Ketika sudah hampir tiba di parkiran, dari kejauhan mereka melihat Keira yang berlari-lari sambil beberapa kali menoleh kebelakang.

"Si Keira ngapain lari-lari yak?" tanya Fandi bingung.

"Menurut gue ni ye Ken, dia lagi di kejar-kejar orang noh! Makanya liat belakang mulu, menurut lo begimane?" sambungnya kemudian.

Kendra memasang pose berpikir sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di kening. "Menurut gueee,"

"Lo kepo curut! Mau tau aja urusan orang!" Kendra melangkahkan kakinya cepat meninggalkan Fandi yang masih berdiam diri ditengah koridor.

KEIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang