Di sinilah Keira dan Arkan berada sekarang. Taman hiburan yang masih tampak sepi dikarenakan jam sekolah yang masih berlangsung.
"Kak?"
"Hm."
"Ada yang mau lo bicarain sama gue?"
"Atau ada yang ganggu pikiran lo?"
Arkan menjeda sebentar, memandangi Keira dan kemudian bertanya kembali. "Lo, ketemu seseorang?"
Pertanyaan ketiga yang di lontarkan Arkan mampu membuat Keira mengingat kejadian saat diparkiran tadi.
Apa yang harus dia katakan? Berkata jujur dan membuat Arkan khawatir? Tidak mungkin sepertinya. Dia sudah terlalu sering menyusahkan adiknya ini.
Setelah beberapa saat dilanda keheningan akhirnya Keira buka suara, "Gaada,"
"Cuman pengen kesini." dia berkata sangat pelan. Jika saja Arkan tidak memperhatikannya, mungkin lelaki itu tidak tau apa yang di ucapkan kakaknya.
Lima belas menit terlewati. Arkan hanya diam memperhatikan Keira yang sejak tadi memilin ujung roknya. Yakin ada sesuatu yang disembunyikan Keira membuat lelaki itu segera menarik kepala kakaknya pelan dan menyandarkan di bahunya.
"Apapun yang terjadi, gue pasti akan selalu ada buat lo!"
-XxX-
"Pak bos! Dua kesayangan mu telah tiba!" Fandi berteriak girang setelah di perbolehkan masuk oleh Dara, ibunda Daniel.
"Langsung ke atas aja deh kalian, tante mau masak dulu!" Dara berlalu dari hadapan kedua teman putranya tersebut memasuki dapur.
Fandi dan Kendra mengangguk seraya berjalan menaiki tangga menuju kamar Daniel berada. "Pak bos! Yuhuu!"
"Langsung buka boleh kaga? Lama amat."
"Kendra, jadi orang harus sabar. Gimana kalau kita buka tapi rupanya Daniel lagi gak pakai daleman? Gimana kalau kita buka Daniel lagi handukan gak pakai baju? Gimana kalau---" omongan Fandi terputus karena Kendra sudah lebih dulu memutar gagang pintu.
"Lo.banyak.bacot!"
"Ya Allah, Fandi salah lagi!" Fandi mengusap matanya seolah-olah ada air mata disana.
-XxX-
"Siapa?" pertanyaan itu meluncur dengan cepat.
"Kagak tau, gak sempat liat!" Kendra menjawab, setelah Fandi menceritakan tentang kejadian Keira yang berlari dengan tergesa-gesa tadi membuat raut wajah Daniel berubah seketika.
Tidak ada senyuman konyol yang biasa dia tunjukan saat berada di dekat dua sohibnya. Tidak ada wajah kesal seperti saat dia baru melihat dua sohibnya memasuki kamarnya tadi.
"Niel!"
"Lo tau sesuatu?" Daniel langsung bertanya cepat.
Berteman hampir dua tahun bersama Fandi dan lima tahun bersama Kendra membuat Daniel paham betul sifat kedua sohibnya, salah satunya seperti saat ini. Jika Fandi sudah memanggilnya dengan nama, ada hal serius yang ingin di ucapkan lelaki blasteran itu.
"Tadi sebelum masuk mobil, gue liat seseorang yang gue kenal," Fandi menjeda ucapannya.
"Dan dia juga kenal Keira." kalimat terakhir berhasil membuat Daniel mengalihkan pandangannya ke arah Fandi dengan alis terangkat menandakan dia bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEIDAN
Teen FictionKeirania Guinevere Alexa, dijuluki sebagai gadis batu oleh hampir semua orang karena sifatnya yang dingin, minim ekspresi dan juga minim kalimat. Keira tidak pernah ingin tahu ataupun berniat kenal dengan lelaki pendiri Geng Dynamite yang bernama D...