Delapan

234 207 71
                                    

Hari demi hari, minggu demi minggu telah terlewati. Namun kehidupan Keira yang kini di juluki gadis batu itu masih berjalan seperti biasa. Bersikap cuek, dingin dan hanya membalas perkataan orang yang di anggapnya penting saja adalah rutinitasnya.

Selalu menjauh saat di dekati oleh Daniel, serta ditambah beberapa hari belakangan dia selalu di ikuti oleh Kenta, lelaki yang mengatakan dirinya sebagai kapten futsal tempo hari.

Seperti sekarang ini, Keira baru keluar dari mobilnya dan langsung dikejutkan oleh kehadiran Kenta didepan mobil.

"Pagi, Kei."

"Gue deluan, Kan!" tanpa memperdulikan lelaki di depannya, gadis itu langsung pamit kepada Arkan dan meninggalkan mereka berdua disana.

"Gue heran, apa sih kurang gue, Kan?" tanya Kenta sembari memperhatikan punggung Keira yang mulai hilang di tengah keramaian siswa-siswi lainnya.

Arkan meneliti Kenta dari atas hingga bawah dan mengulanginya hingga tiga kali sebelum menjawab pertanyaannya.

"Cuman satu kurang lo."

"Apaan?"

"Kurang sadar diri!" Arkan tertawa lepas sambil berlari setelah mengatakan itu.

"Sialan lo sempak Superman!" Kenta menggerutu kesal dan meninju-ninju udara layaknya Arkan berdiri di hadapannya.

Saat hendak pergi menuju kelasnya, Kenta di kejutkan dengan suara klakson motor yang bersahut-sahutan di belakangnya. Siapa lagi yang berani membuat keributan seperti ini selain Daniel dkk.

"Eh, ada Kenta rupanya!" Fandi memulai bicara dengan nada mengejek.

"Gue kira tadi makhluk halus, bro!" tawa garing Daniel benar-benar terdengar menjengkelkan.

"Gue udah peringatin lo berkali-kali, lo ga ngerti bahasa manusia apa gimana? Ja-ngan de-ka-tin Kei-ra!" mata hitam legam Daniel yang biasanya selalu terlihat menggoda, kini menajam seperti mengeluarkan percikan api.

"Lo emang punya hubungan sama dia? Ga kan? So, jangan berlagak seolah-olah lo punya hubungan spesial sama dia!" setelah mengatakan itu Kenta berlalu dari sana.

Daniel hampir turun dari motornya dan melayangkan pukulan ke wajah Kenta, jika saja tidak ditahan oleh Kendra dan Fandi.

"Ngapain kalian tahan gue, bangsat!" Daniel menoyor kepala kedua temannya.

"Si bos mah, pagi-pagi udah kekerasan aja!" gerutu Fandi sambil mengusap kepalanya yang habis kena sasaran Daniel.

"Kalo gal di tahan, sekarang mungkin lo udah di seret keruangan Pak Karim!" Kendra melirik kebelakang Daniel, sekitar 10 meter dari mereka berdiri sudah terlihat wajah Pak Karim beserta perut buncitnya.

Daniel turun dengan kasar setelah memarkirkan vespa kesayangannya di ikuti dua motor besar milik Kendra dan Fandi yang berada tepat di sebelah kanan dan kiri motornya.

Vespa. Ya, itulah motor kesayaangan Daniel yang sudah berulang kali di modifikasinya. Daniel bukan seorang most wanted yang menggunakan ducati, rebel ataupun  moge seperti kedua temannya.

Jangankan menaiki motor yang memakai kopling, motor gigi biasa saja pernah membuatnya terbang dan berakhir nyungsep kedalam selokan.

"Keren ga mesti makai motor besar kan? Gue makai vespa gini aja, udah banyak yang ngantri jadi pacar gue!"

Kira-kira itulah yang menjadi jawabannya saat dulu ada yang bertanya kenapa dia tidak memakai motor seperti kedua temannya. Dia memilih arti keren dengan caranya sendiri.

KEIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang