Empat Belas

242 213 131
                                    

"Selamat siang, neng pacar!"

"Tambah ganteng ye gue?" Daniel menaik turunkan alisnya. Sedangkan Keira memicingkan matanya, merasa terlalu muak bertemu lelaki ini terus.

"Sejak?" satu pertanyaan terlontar dari mulut gadis itu.

Mengerti maksud Keira, Daniel tersenyum dan menyenggol badan gadis itu pelan dengan bahunya. "Sejak gue ngeklaim lo milik gue!" jawabnya enteng.

"Gila."

"Iya aku emang gila, lebih tepatnya tergila-gila pada cintamu!" Keira hendak menjawab, namun tiba-tiba saja muncul dua tamu tidak di undang lainnya yang memotong ucapan gadis itu.

"Ahay, pak bos. Bisa alay juga ternyata!"

"Cinta emang buat orang jadi kayak gaada harga diri ya, Fan!" ucapan Kendra membuat Fandi tertawa keras di depan wajah Daniel. Meledek lelaki itu.

"Mulut lo bau terasi, kampret!" pernyataan Daniel membuat Fandi mencium aroma mulutnya melalui tangan. Setelah sadar, dia menyengir lebar.

"Udah ah sana-sana, ganggu orang aja lo pada!" Daniel mendorong kedua temannya untuk menjauh dari hadapan mereka.

"Tau deh yang gamau di ganggu,"

"Berhubung kami sohib yang baik. Yuk Fan, pergi!" Kendra menarik tas yang di kenakan lelaki itu menuju ke arah lapangan basket sebelum dia berbuat ulah lagi.

"Maapin mereka ya, Kei. Ganggu banget kan?"

"Kayak lo."

"Oh jangan salah neng pacar! Gue ini bukan ganggu," Daniel menggantung ucapannya.

"Itu mah, emang tugas gue untuk selalu berada di dekat calon istri." dia tertawa. Masih sempat-sempatnya lelaki itu tertawa saat tangan Keira sudah ingin melayang ke wajahnya.

Tidak memperdulikan lelaki itu lagi, Keira berjalan cepat meninggalkannya. Kalau tau akhirnya begini lebih baik dia pulang bersama Arkan saja tadi. Adiknya itu sudah mengajaknya untuk pulang bersama, namun gadis ini menolak karna ingin pergi sendiri dulu ke suatu tempat.

"Gue anter yok, Kei?"

"Ga!"

"Atau temenin gue latihan basket aja gimana?" dia bertanya lagi.

Lelaki itu tidak juga gentar mengganggu Keira. Dia punya prinsip 'get what you want' walaupun terdengar egois, tapi itulah adanya.

Keira menatap Daniel tajam dari ekor matanya. Namun sebelum lelaki itu sempat berbicara lagi, Keira dengan cepat melarikan diri saat ada seseorang yang memanggil lelaki itu. Ini kesempatannya untuk pergi.

-XxX-

Setelah menerima kembalian uangnya, gadis itu keluar dari toko bunga tersebut dengan membawa paperbag di tangan. Berisikan dua bucket bunga mawar merah dan satu bucket bunga tulip putih.

Keira tersenyum kecil memandang paperbag itu seraya menguatkan hatinya. Semenjak dia kembali ke Indonesia, gadis itu belum pernah sekali pun menemui mereka. Jangankan menemui, melihat foto mereka saja sudah membuatnya menangis. Perasaan takut, sedih, marah, serta kecewa semuanya tercampur menjadi satu di dalam dirinya.

Kali ini dia ingin mencoba melawan semua perasaan itu. Dia harus kuat. Dia harus bisa. Setidaknya, untuk menyampaikan permintaan maafnya pada mereka.

Saat tengah menyusun kata-kata yang akan dia sampaikan, tiba-tiba langkahnya terhenti saat tidak sengaja dua orang gadis menabrak bahunya dan membuat semua bucket bunganya jatuh berceceran.

KEIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang