Enam

255 193 46
                                    

Hari minggu ini cuaca sangat mendukung untuk berolahraga pagi. Arkan dan Keira berencana ingin jogging di sekitar komplek perumahan mereka dan beristirahat sambil memakan es krim di taman nanti.

"KAK! CEPATAN DONG!" Arkan berteriak memanggil Keira yang sedang bersiap-siap di kamarnya.

"TUNGGU!" Keira segera memakai sweater putih dan juga sneakers dengan warna senada.

"Aduh! Mama berasa melihara anak Tarzan tau!" Rina berucap sembari berjalan menuju dapur dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua anaknya.

"Keira tu, ma!"

"Lo mulai!"

"UDAH SAMA AJA!" kali ini Rina yang berteriak dari arah dapur.

"Ih, sekarang malah Mamanya yang kayak Tarzan!" ucap Arkan sambil cekikikan.

"ARKANNN!"

"Ampun, ma. Bejanda! Eh, becanda!"

"Kamu itu ya! Sini deh, sarapan dulu! Dari pada nanti kalian pingsan, siapa yang mau ngangkat coba?" Rina meletakkan piring roti yang sudah di beri beberapa macam selai di atas meja makan.

"Kalo aku pasti ada. Secara aku kan, ga kayak dia!" ucap Keira sembari melirik kearah Arkan.

"Diem lo!" Arkan melempar potongan kecil roti yang di makannya ke arah Keira.

"Udah-udah! Itu makanan, nak." Rina berucap dan tersenyum kecil.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam." semua yang ada di ruang makan menjawab salam dengan penuh tanya.

"Siapa?" Arkan mengangkat sebelah alisnya dan melirik kearah Keira. Keira hanya menaikkan bahunya tidak perduli.

"Kan, itu ada temannya di depan!" ucap Mbak Rania, anaknya Bi Tini kepada Arkan.

"Siapa, Mbak?"

"Itu, cowok ganteng yang waktu itu pernah kesini pakai motor itam corak-corak, lho!" Mbak Rania membalas sambil tersenyum malu-malu.

Satu-satunya teman Arkan yang mempunyai motor hitam bercorak hanya Daniel. Apa benar lelaki itu? Untuk apa dia kesini? Tanpa konfirmasi pula.

"Daniel?" tanya Arkan bingung.

"Mungkin Kan, Mbak mah ga tau nama semua teman kamu!"

"Iya juga ya, makasih Mbak!" Mbak Rania hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban dan berlalu dari sana.

"Dhia nyahri lo ituh!" ucap Arkan sembari memasukkan roti ke dalam mulutnya.

"Gue?"

Sebelum Arkan menjawab lagi, Rina terlebih dahulu menyela pembicaraan mereka. 

"Habisin dulu makannya, baru ngomong!"

"Hehe." Arkan menyengir sembari memasang pose peace pada tangannya.

KEIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang