Tujuh

246 200 44
                                    

Hari ini adalah hari yang selalu di kutuk oleh hampir semua pelajar. Hari Senin. Hari dimana semua pelajar harus mengikuti yang namanya UPACARA. Semua siswa-siswi SMA Triada berbondong-bondong pergi kelapangan upacara agar tidak kena amukan sang guru piket.

Tapi lain halnya dengan tiga siswa yang sedari tadi berlari di sepanjang koridor yang justru mencari amukan sang guru piket. Siapa lagi kalau bukan Daniel  dan para sohibnya yang setia?

"DANIEL!!! DASI ITU DIPAKAI DI LEHER BUKANNYA DI DAHI."

"BAJU KALIAN MASUKIN CEPAT!!!"

"ITU RAMBUT KALIAN UDAH PANJANG SEKALI!!!"

"TOPI KALIAN MANA???"

"YA ALLAH!!!"

Daniel dkk tidak memperdulikan celotehan Bu Diah si guru piket yang terkenal galak karena sering membawa penggaris rotan kemana-mana. Mereka terus berlari di selingi tawa melihat sang guru masih giat mengejar dan sesekali berceloteh meski tampak sudah sangat kelelahan.

"HAHAHAHA." ketiga murid barbar itu tertawa puas dan berhenti sejenak untuk mengatur napas.

"Anjirr! Itu guru gak capek-capek ngejar apa?" Kendra mulai ngedumel melihat sang guru tidak juga berhenti mengejar mereka.

"Kayaknya kita harus lari lagi." ujar Daniel dan mulai mengambil ancang-ancang untuk berlari karna Bu Diah sudah mulai mendekat.

Fandi memberi aba-aba dengan menghitung menggunakan jarinya. Saat sudah hitungan ketiga mereka berteriak bersama.

"LARII!!!"

-XxX-

"Kantin yuk!" sudah keberapa kalinya Fandi mengajak kedua temannya ini untuk ke kantin. Tapi mereka hanya menjawab 'bentar'.

Setelah aksi kejar-kejaran dengan Bu Diah tadi, mereka memutuskan untuk bolos ke rooftop sampai jam istirahat. Namun sudah lewat sepuluh menit dari bunyinya bel istirahat, kedua teman Fandi ini tidak juga ingin turun.

"Nyebat mulu lo bedua! Kagak lapar apa?"

"Ngomong bentaran lagi gue tendang lo bedua kebawah!" ancam Fandi cepat sebelum kedua temannya ini menjawab bentar 'lagi'.

"Iya-iya. Ayo!" setelah batang ketiganya habis, akhirnya Daniel mengalah dari pada nanti di tendang Fandi, walaupun dia tau lelaki itu hanya becanda.

Baru saja sampai di depan pintu kantin mereka sudah di pandangi oleh semua pasang mata yang ada di sana, tidak terkecuali pedagang kantin.

"Susah ya jadi orang ganteng!" ucap Fandi dengan pede sambil menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jarinya.

Namun apa yang di katakan Fandi memang benar. Mereka bertiga di kenal karena ketampanan mereka dan juga karna mereka anak Dynamite, sekaligus anggota basket yang mengharumkan nama sekolah mereka tahun lalu dalam pertandingan 3x3 antar provinsi.

"Urus gih degem-degem lo itu! Gue mau makan aja." Daniel dan Kendra meninggalkan Fandi yang mulai sibuk melayani degem-degemnya. Padahal kalau diingat Fandi lah yang tadi memaksa mereka kekantin.

"Lo mesen kayak biasa Niel?" tanya Kendra.

"Yoi."

Daniel memperhatikan seluruh kantin dan tatapannya jatuh kepada seorang gadis yang tengah membeli minuman dengan wajah datarnya. Saat Kendra hendak pergi tiba-tiba saja Daniel menarik bajunya. Kendra yang tak mengerti pun berbalik dan menaikkan alisnya.

KEIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang