Aku tiba di sebuah pedesaan yang sangat indah, aku tau tempat ini, ini adalah desa Marken yang berada di wilayah waterland dan zaan, north holland.
Adam memberhentikan mobilnya didepan rumah kayu khas belanda. Mataku tak hentinya memandangi keindahan pemandangan yang ada disini.
"Cecilia, kau tidak mau turun?" Seketika aku menoleh ke sumber suara tersebut, ibu dan ayah sudah turun dari mobil. Sedangkan adam? Ia bergelayutan di pintu mobilnya sambil menungguku untuk turun.
"Ah iya iya maaf, aku akan segera turun" ucapku lalu mengambil tasku dan turun dari mobil. Aku melirik adam sekilas, kulihat dia seperti menahan tawa, aku memperhatikan pantulan diriku sendiri di kaca mobil, apakah ada yang aneh dariku? Kurasa tidak.
"Ayo masuk" ucap adam sambil mengandeng tanganku, tak lupa juga dia menggeret koper yang aku bawa.
"Selamat datang dirumah barumu Ceciliaaa" teriak ibu dan ayah saat aku memasuki rumah ini. Jujur saja, aku merasa sedikit terkejut, ditambah lagi terdapat tebaran kertas kertas kecil warna warni yang membuat ini semua terkesan lebih manis.
Aku memeluk ibu dan ayah secara bergantian "terimakasih banyak, kalian sangat baik" aku tak bisa menahan air mataku untuk tidak jatuh. Ini bukan tangisan kesedihan yang seperti dulu, melainkan tangisan kebahagiaan.
"Mulai dari sekarang, kau adalah bagian dari keluarga Anderson" aku mengangguk sambil tersenyum saat ibu berkata seperti itu.
"Adam, kau harus menjaga cecilia, jangan sampai ia terluka atau kau akan ayah hukum" adam mengangguk pasrah saat ayahnya berkata seperti itu. Lihat lah wajahnya itu, ia sangat lucu, aku tau apa yang ada dipikirannya, sungguh.
"Adam, ayah bicara padamu".
"Yatuhan.. ya ya baiklah, aku akan menuruti semua yg diperintah kan olehmu ayah, kau mau aku menjaga cecil kan? Tentu saja aku akan melakukannya, tadi kan aku sudah mengangguk, apakah kau tidak lihat?"
Aku tertawa saat adam berkata seperti itu, dan bodohnya hanya aku lah yang tertawa disini. Ibu, ayah, dan adam menatapku secara bersamaan, membuatku menunduk malu.
"Hmm maaf, aku tidak bisa menahan untuk tidak tertawa hehehe" kataku sambil melihat ujung sepatuku.
Kupikir mereka akan marah, tapi nyata tidak, yang ada mereka malah ikut tertawa.
"Sudah sudah tertawa nya, cecilia butuh istirahat. Adam, kau antarkan cecil ke kamarnya ya, ibu mau masak dulu untuk makan malam kita" ucap ibu sambil mengelus kepalaku lalu berjalan ke arah dapur, hmm mungkin hehe.
***
Aku tiba di depan pintu kamar, terdapat gantungan kecil dan namaku disana. "Ini kamarku?" Aku menoleh ke arah adam, dan adam mengangguk.
"Tunggu apa lagi? Ayo cepat masuk" adam membuka pintu kamar itu dan membuatku benar benar terkejut. Kamar ini di desain sangat indah, cat dindingnya berwarna biru langit sesuai dengan warna kesukaanku, terdapat boneka beruang merah muda berukuran sedang di kasur, dan juga furniture furniture kayu yang terdapat di dinding itu. Sungguh ini sangat lah indah.
"Apakah kau suka dengan kamarnya?" Tanya adam dan dengan cepat aku mengangguk.
"Sangat amat suka, kamar ini seperti kamar impianku dulu, dan... aaa boneka beruang iniii, apakah ini untukku?"
Adam tertawa sambil mengangguk. "Bagus lah kalau kau suka, tidak sia sia aku merapikan kamarmu ini, dan boneka itu, ya itu untukmu, aku yang membelikannya"
Seketika aku memeluknya, namun didetik selanjutnya aku segera melepas pelukannya. "Maaf, tadi itu reflek, aku hanya merasa senang sekali heheh"
"Tak apa, aku senang kalau kau senang, sekarang rapih kan pakaianmu ke lemari, setelah itu ganti baju, lalu beristirahat lah. Aku mau membantu ayah dulu, dah.. " ucapnya sambil mengacak acak rambutku.
Aku mengangguk mengiyakan, setelah itu adam keluar dari kamar dan menutup pintunya. Aku merebahkan tubuhku dikasur.
Aku memejamkan mataku sambil tersenyum. Kuharap ini adalah awal yang baik selama aku berada disini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Roses,
Teen FictionAku hanyalah senja yang selalu berusaha datang disetiap harinya, walau harus menunggu dengan dinginnya malam, sejuknya pagi, dan panasnya siang, setidaknya aku pernah ada untuk membuatnya senang.