Baiklah ini kedengarannya cukup bodoh, aku belajar seharian kemarin dan nyatanya sekarang hanyalah pengenalan tentang gedung kampus, penjelasan tentang sistem pendidikannya, dan semacamnya.
Lalu buat apa kemarin aku belajar dasar dasar hukum di netherland? Sampai sampai aku baca sejarahnya, sebuah pembodohan.
Okay lupakan, sekarang aku sedang duduk di bangku taman kampus ini, tadi aku sempat bertemu dengan lily dan nathan, mereka berdua kelihatannya sedang buru buru jadi aku hanya sekedar menyapanya.
"Yoooo" yatuhan rasanya jantungku mau copot, aku menoleh dan ternyata itu adalah andrew.
"Andrewww...." aku menarik telinganya dan dia langsung meringis kesakitan.
"Aaaa cecil sakit.. ampun ampunnn" andrew langsung memegang tanganku dengan wajahnya yang memelas.
"Lepaskan cecil, ini menyakitkan kau tau" aku tertawa lalu melepasnya. Dia duduk disampingku sambil mengusap telinganya itu.
"Maaf yaa, lagian siapa suruh kau mengagetkanku"
"Iya iya tak apa, sejak tadi aku mencarimu, aku bertemu dengan lelaki yang waktu itu menjemputmu pulang" Aku hanya mengangguk ngangguk mendengarkannya.
"Cecil kau dengarkan aku tidak?" Dia menoleh kearahku, lalu aku mengangguk. "Iya aku mendengarkanmu andrewww" kemudian dia terkekeh lalu menyentil bibirku, sialan lelaki ini.
"Sakit bodoh"
"Lebih sakit telingaku" setelah itu kami berdua tertawa bersama.
"Lelaki itu kekasihmu cil?" Sekarang andrew duduk dengan posisi menghadapku, kemudian aku menggeleng cepat.
"Bukan, dia bukan kekasihku, namanya adam, aku menumpang dirumahnya, karena beasiswa itu"
"Kalau kau mau kau bisa tinggal dirumahku, agar kita selalu bersama" aku menjitak kepalanya karena ucapannya itu, semudah itu dia berkata, memang dasar anak ajaib.
"Bodoh, kau pikir mudah mengurus surat suratnya"
"Tidak sih.. tapi serius jika kau mau aku akan minta ke ayah untuk mengurus semuanya"
Ya tuhann kenapa aku harus bertemu dengan makhluk seperti ini. "Tidak andrew, terimakasih atas tawaranmu" aku menggeleng lalu beranjak dari kursi dan pergi.
Andrew mengejarku dan menyetop langkahku karena dia sekarang berada dihadapanku sambil merentangkan tangannya. "Kau mau kemana? Kau marah? Kau kesal denganku?"
"Tidak andrewww.. yaastagaaa, aku itu lapar jadi tidak mood, aku mau makan dulu biar mood ku baik kembali" andrew tertawa mendengarku lalu menggandeng tanganku dan kami jalan bersama.
Dia mengajakku kesebuah restaurant makanan cepat saji di sebrang kampus.
"Kau mau apa? Biar aku yang pesan" andrew bertanya dengan senyuman dibibirnya.
"Ayam goreng saja, aku mau yang paha ya, kalo dikasih dada kau minta tukar okayy"
Adrew mengangguk sambil terkekeh "ada lagi? Minumnya?"
"Strawberry float, less ice yaa"
"Baiklah, aku pesan dulu" andrew pergi memesan sedangkan aku mencari meja.
Aku selalu memilih meja di pojok dekat dengan kaca, karena ya aku suka saja melihatnya hahah.
Saat sedang fokus melihat jalan tiba tiba aku melihat adam bergandengan tangan dengan wanita berambut blonde. Siapa wanita itu?
Adam bilang adam tidak dekat dengan siapa siapa, tapi kenapa dia asik tertawa dan bercanda dengan wanita itu?
Mataku terus terfokuskan kearah mereka sampai akhirnya andrew datang dan membuatku sedikit gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roses,
Ficção AdolescenteAku hanyalah senja yang selalu berusaha datang disetiap harinya, walau harus menunggu dengan dinginnya malam, sejuknya pagi, dan panasnya siang, setidaknya aku pernah ada untuk membuatnya senang.